Sabtu, 28 Maret 2009

Gebyar Tingkatkan Pendapatan Petani

Gebyar Tingkatkan Pendapatan Petani


Gebyar singkatan Gerakan budidaya gaharu sumatera barat yang diprakarsai oleh DR. Poempida Hidayatulloh Caleg DPR RI nomor urut satu dari partai GOLKAR melakukan suatu terobosan baru guna tingkatkan pendapatan petani sumatera barat.

Poempida pada tabloid pertanian suara AFTA di ruang kerjanya, mengatakan Gebyar merupakan salah satu lembaga yang dibentuk tepatnya pada tanggal sembilan belas januari dua ribu sembilan.

Jelas Poempida lagi, maksud dan tujuan Gebyar, berusaha dalam bidang pengembangan Budidaya dan Industri gaharu guna memberdayakan, meningkatkan taraf hidup dan mensejahterakan masyarakat minang kabau. Terutama sekali, dengan adanya gerakan Budidaya gaharu. Kita dapat menekan efek rumah kaca yang dapat menimbulkan Pemanasan global dan dapat menyumbangkan oksigen bagi Propinsi Sumbar dan wilayah sekitar. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita menyelamatkan dunia ini dari ancaman Global Warning”. Demikian ungkapnya

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Gebyar melaksanakan kegiatan, penyediaan bibit gaharu unggul asli di sumatera barat. Kemudian melakukan alih teknologi produksi gaharu melalui teknik inokulasi, lalu pengembangan industri penyulingan minyak gaharu dan aneka ragam industri komodiiti gaharu lainnya dan melakukan sosialisasi budidaya gaharu yang berbasiskan masyarakat minangkabau.

Tidak hanya sekedar bicara saja tutur Poempida, di awal februari lalu kita telah mendatangkan tiga puluh ribu bibit gaharu siap edar dan menyusul dua puluh ribu batang lagi, yang direncanakan di bulan maret ini akan didistribusikan pada masyarakat Sumatera Barat.

Pada tahap awal, jelas poempida. Akan meliputi di beberapa wilayah diataranya Dharmasraya, sijunjung, Solok selatan, Tanah datar, Pesisirselatan, serta yang lainnya akan menyusul. Untuk pelaksanaan dilapangan nantinya akan dilakukan oleh Tim Gebyar yang ketuai oleh Ir. P.S. Pelawi.

Fadli Rustam, STP wakil ketua Gebyar mengungakapkan melalui tulisannya. GEBYAR Sumbar (Gerakan Budidaya Gaharu Propinsi Sumatera Barat) yang di prakarsai oleh anak-anak muda di Ranah Minang yang di dukung oleh Dr. Poempida Hidayatullah yang punya komitmen untuk pengentasan kemiskinan di Propinsi Sumbar. Kegiatan GEBYAR Sumbar untuk tahap awal dilaksanakan pada 8 Kabupaten dan Kota di Sumbar dengan jumlah sebaran bibit yang akan di bagikan adalah 50.000 batang.

Sasaran yang di tuju dari gerakan ini adalah masyarakat tidak mampu, Kelompok Tani, Kelompok PKK, Majelis Taklim, Karang Taruna, Masjid dan Surau, yang mana rencananya setiap Rumah Tangga/ Perorangan, Masjid dan Surau serta lainnya akan mendapatkan sebanyak 5 batang.

Program GEBYAR Sumbar ini sendiri adalah program jangka panjang yang mana setelah bibit di bagikan, perawatan dan pengawasan tetap di lakukan oleh GEBYAR Sumbar dan masyarakat penerima bibit. Termasuk juga pemasaran hasil. Program GEBYAR Sumbar ini mengarah kepada optimalisasi lahan pekarangan untuk tabungan masa depan.

Untuk mempercepat proses memanen, setiap bibit Gaharu umur 4 tahun akan di suntikkan inokulum dan pada saat umur 8 tahun tanaman sudah bisa panen. Tumbuhan Gaharu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Program ini sangat membantu karena setiap batang Gaharu yang di panen pada umur 8 tahun telah bisa menghasilkan nilai ekonomi Rp 20.000.000 per batang dengan 5 Batang / KK maka masyarakat akan punya tabungan masa depan keluarga 5 x Rp 20.000.000 = Rp 100.000.000.

GEBYAR Sumbar akan melaksanakan kegiatannya secara kontiniu dan akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang mempunyai komitmen yang sama dalam mengentaskan kemiskinan di Sumatera barat.

Jelas Fadli lagi, Tanaman Gaharu ( Aquilira Malacensis), salah satu jenis tumbuhan hutan. Tumbuhan ini yang diambil adalah bagian gubal yang mempunyai bau aromatic spesifik yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Bagian tumbuhan ini menghasilkan bahan kayu dengan jenis Gubal, Kamendangan dan Abu.

Manfaat tumbuhan Gaharu sangat banyak. Disamping penghasil aromatic, bisa juga untuk obat-obatan herbal, minyak atsiri, minuman dan produk lain.

Negara yang banyak mengkonsumsi Gaharu adalah Arab, China, Thailand, dan India . Disamping itu seluruh agama dan kepercayaan yang ada didunia ini menggunakan hasil olahan dari tumbuhan Gaharu untuk ritual keagamaan.

Selain itu, menurut peneliti gaharu Sumarna pada tahun dua ribu dua, Aquilaria yang menghasilkan Gaharu yang khas sangat disukai oleh masyarakat Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Yaman, Oman, Daratan Cina, korea, dan Jepang yang dibutuhkan sebagai obat-obatan. Menurut Asosiasi Eksportir Gaharu Indonesia (ASGARIN) negara negara Eropa dan India telah memanfaatkan gaharu sebagai pengobatan tumor dan kanker .

Untuk Pemasaran, Poempida menambahkan. Tidak ada yang diragukan lagi, saya bersama teman – teman telah melihat pasar gaharu ini baik di dalam negeri maupun luar negeri serta telah menjalin kominikasi yang baik untuk pelaksanaan pemasaran lebih lanjut.

Fadli menambahkan, Dengan adanya program GEBYAR Sumbar sangat membantu dalam menyangga kebutuhan dunia terhadap kebutuhan hasil gaharu untuk masa depan. Dengan berkelanjutannya program ini di sumatera barat tentu saja akan menambah income masyarakat sumatera barat secara langsung. Demikian Ungkap Fadli.

Ir. Jonner Sitomorang, Tenaga Ahli Gebyar mengatakan, Bibit gaharu yang nantinya akan dibagikan pada masyarakat merupakan bibit unggul yang kemudian diinokulasi dengan inokulan unggul. Inokulasi ini telah saya lakukan penelitian bertahun-tahun dan telah diujicobakan di beberapa demplot kebun gaharu di kabupaten sijunjung maupun di beberapa wilayah diindonesia seperti Irian Jaya, Kalimantan dan lainnya. Khusus untuk Sumatera Barat saya beri nama inokulan tersebut gaharu baringin.

Ernofri merupakan Kepala Bidang Pengelolaan Kehutanan Kabupaten Sijunjung mengatakan, Hasil inokulum yang ditemukan oleh Jonner, peneliti gaharu yang berasal dari IPB, Terbukti mampu tingkatkan produksi gaharu. Tidak hanya itu saja, Cukup menunggu satu tahun saja gaharu hasil inokulum jonner sudah bisa dipanen.

Datuak Abu nawas merupakan salah satu petani yang telah berhasil mengembangkan gaharu, berlokasi di jorong taratak batuang nagari padang laweh kecamatan koto 7 kabupaten sijunjung. Mengatakan pada tabloid Pertanian Suara AFTA Pada akhir tahun dua ribu tujuh lalu, bersama Dinas Kehutanan yang didampingi bapak M. Manurung pendamping teknis kelompok tani. Telah memanfaatkan inokulasi dari bapak Jonner, hasilnya sekarang saya bisa meningkatkan produksi gaharu. Hasilnya Alhamdulillah produksinya meningkat.

DR. Poempida Hidayatulloh mengatakan, Sektor pertanian merupakan salah satu faktor penggerak ekonomi kerakyatan. Maka dari itu, Mari kita bersama membangun Negeri Ranah Minang ini dengan langkah konkrit dan dirasakan secara langsung oleh masayarakat.

Bersamaan dengan itu DR. Poempida, mengajak dan menghimbau kepada masyarakat minangkabau Propinsi Sumbar terutama bagi wilayah Padang, Solok Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Dharmasraya, Mentawai, Pesisr selatan yang berkeinginan untuk membudidayakan gaharu, agar menyurati Posko Kesekretariatan Gebyar yang diketuai oleh bapak Ir. PS. Pelawi dengan melapirkan nama calon penerima yang disertai alamat atau bisa juga melampirkan foto copi KTP. Untuk informasi lebih lanjut bisa juga hubungi sekretaris Gebyar Anton wardani dengan HP 085263610120.ØØØAnton WD

Kamis, 26 Maret 2009

H. Armaini Dari Rantau Untuk Nagari.


Hujan emas dirantau orang, hujan batu dikampung sendiri, namun kampung teringat juga. Pepatah ini tampaknya masih berlaku bagi sebagian perantau Minang. Sesukses apapun di rantau orang, keinginan untuk kembali dan mengabdi di kampung masih sangat kuat mengoda jiwa.

Setidaknya ini sikap yang timbul dalam diri Haji Armaini seorang Perantau dari Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan Tanah Datar. Meski telah menjadi saudagar minang yang telah sukses mengembangkan berbagai usaha di kepulauan Nias, tempat dia merantau.

Dia kembali balik kekampung untuk mengembangkan berbagai usaha pertanian. Dengan cara itu, dia ingin keberhasilan di rantau juga bisa dinikmati warga kampung sendiri. Tak heran ,ketika dia dikampung dia mengajak warga kampung untuk memberdayakan lahan-lahan terlantar dengan berbagai usaha pertanian.

Buat penduduk Jorong Padang Laweh, Kanagarian Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar, kembali H. Armaini setelah sukses di rantau memang menjadi anugrah. Setidaknya ini yang diungkapkan Kepala Jorong Padang Laweh Indra Sutan Panghulu pada Tabloid Pertanian Suara AFTA beberapa miggu lalu “Haji Armaini telah tingkatkan pendapatan masayarakat Jorong Padang Laweh,”. ucapnya.

Haji Armaini 52 tahun bapak dari tiga anak dan satu istri ini, 3 tahun talah pergi merantau sejak kecil. Berbagai usaha juga telah banyak dilakoninya. Berkat ketekunan dia menjadi orang berhasil. Dirantau dia punya usaha ekspedisi, pertokoan sebelumnya adalah seorang saudagar minang dari kepulauan nias tepatnya di Gunung Sitoli. Namun semenjak tahun 2006, haji Armaini kembali kekampungnya jorong Padang Laweh Kabupaten Tanah Datar untuk membuat berbagai usaha baru.

Buat bapak yang bernampilan bersahaja ini, mencari rezki tidak hanya bisa di rantau saja, di kampung pun juga bisa mendapatkan uang dan mendapatkan rezeki. Inilah yang kini dicobanya menggerakan masyarakat. Dia melihat masih banyak potensi yang patut dikembangkan di kampung sendiri.

Salah satu usaha yang besar peluangnya adalah usaha pertanian. Tanah yang bisa diolah sangat luas. Rata-rata kondisi sangat subur. Apalagi dikampungnya itu, selain lahan, air pun tersedia dengan cukup sehingga bisa mengembangkan berbagai jenis ikan. Kini tinggal lagi bagaimana memotivasi masyarakat agar mau dan mampu mengolah lahan.

Maka, ketika pertama kali sampai dikampung, dia langsung menghubungi tokoh-tokoh kampun seperti ninik mamak, alim ulam, cadiak pandai dan pemuda. Nagari. Karena idenya ini sangat bemanfaat, dukungan dari ninik mamak yang terdapat di Jorong Padang Laweh.

Selain itu, pengangguran pun dapat diatasi dan potensi daerah dapat diolah dengan optimal yang nantinya untuk kemaslahatan masyarakat sekitar juga. Tidak hanya memotivasi warga kampung, dia juga membuat konsep yang saling menguntungkan antara dia sebagai pemodal dengan warga kampung. Sistim ini bernama bagi hasil

Setelah mendapat persetujuan warga kampungnya . pada tahun 2007, haji Armaini bersama masyarakat langsung membentuk kelompok tani. Bersama kelompok tani itu mulai dia mengembangkan usaha– usaha dalam bidang pertanian, diantarnya , membuat tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Untuk menunjang kelancaran usaha tersebut, Haji Armaini juga membuat usaha ekspedisi barang dan jasa.
Setelah dua tahun berlangsung, beragam usaha yangdikembangkan mulai membuahkan hasil. Tek heran kelompok tani menjadi dua kelompok dengan total anggota 52 orang yang terdiri dari Kelompok Tani Taratak Hulu dengan anggota 21 orang dan Kelompok Tani Puncak Pulau 31 orang.

Pak Haji menuturkan pada tabloid Pertanian Suara AFTA, adapun modal yang telah dikeluarkan untuk membiayai kelompok ini berkisar antara tiga ratus juta hingga empat ratus juta rupiah.

Bersama Kelompok Tani tersebutlah Haji Armaini mengembangkan berbagai usaha. Adapun lahan yang dikembangkan yaitu lahan – lahan tidur yang diproduktifakan kembali.

Pak Haji mengungkapkan, pada tahun ini kita sudah menuai hasil yang pertama dari kelompk tani puncak pulau yaitu panen ikan. Diwaktu panen tersebut kita mendapatkan hasil panen ikan 5 ton yang terdiri dari ikan rayo 2.5 ton dan ikan nila 2.5 ton.

Total pendapatan yang didapatkan hasil panen ikan, musim kemaren hampir mencapai tujuh puluh juta rupiah,”ungkap haji Armaini.

Untuk pemasaran ikan pun tuturdia juga tidak ada persolan. Karena daerah pemasaran ikan yang cukup luas. Malah sekarang ini, permintaan terhadap ikan nila dan rayo musim kemaren tidak terpenuhi oleh kelompk tani kami. Diperlukannya penambahan tambak ikan lagi agar pasokan ikan dapat terpenuhi oleh toke – toke ikan.

Alhamdulillah pada pertengahan tahun 2008 ini, kelompok tani kami juga sudah dibantu oleh pemerintah dalam pembangunan dan penambahan tambak ikan dengan total nilai bantuan sebesar seratus juta rupiah, “ ucapnya..

Tambah Haji Armaini lagi, selain usaha budidaya ikan nila dan rayo. Kami juga memanfaatkan air tersebut untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan kekuatan 500mw yang dapat memenuhi kebutuhan listrik di posko Kelompok Tani kami. Dalam pengerjaanya kami dibantu oleh Universitas Andalas untuk pemanfaatan dan pembuatan pembangkit listrik ini.

Sekarang ini tutur Zulfikar Ketua Kelompok Tani Puncak Pulau, Kelompok Tani kami mengalami masalah dengan pelet dan pakan ikan. Dimana harga pelet ikan yang sekarang melambung tinggi seharga tiga ratus lima ribu per karung, yang sebelumnya hanya seratus lima ribu per karung, membuat kami keawalahan dalam mengadakan pakan ikan. Dan hal ini membuat pendapatan kelompok tani kami menjadi berkurang. Diharapkan dengan adalanya wawancara dengan Tabloid Pertanian Suara AFTA ini, ada pihak pihak – pihak yang dapat membantu kami dalam pengadaan pakan ikan. Serta memberikan teknolgi pembuatan pakan ikan yang murah dan bermanfaat besar.

Kedepannya, tutur Haji Armaiani dan sekarang masih dalam tahap pengerjaan. Kelompok tani kami akan membudidayakan asama kapas. Bakrie Pandeka Ketua Kelompok Tani Taratak Hulu, melihat asam Kapas cocok ditanam di daerah ini, dimana asam kapas memiliki banyak manfaat dan apalagi harga asam kapas yang sekarang ini merangkak naik terus dan harganya yang selalu stabil >>>Anton

Bioteknologi Tingkatkan Ketahanan Pangan Sumbar

Bioteknologi, salah satu teknologi tepat guna yang terbukti dapat meningkatkan Ketahanan Pangan Sumbar pada khususnya dan Indonesia pada umunya, hal ini disampaikan oleh Rektor Unand Prof. Musliar Kasim dalam pembukaan Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production di Universitas Andalas Padang, Selasa 17 maret 2008.

Lebih lanjut Prof. Musliar Kasim menjelaskan pada wartawan, perlu dilakukannya upaya serius oleh pemerintah maupun pihak tekait agar teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ilmu bioteknologi juga memberikan kontribusi besar dibidang peternakan serta farmasi.

Sebelumnya senin, 16 maret 2009, Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, dalam audiensi dengan panitia pelaksana mengatakan kedepan perlu dilakukan kerjasama antara Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, Stake Holder dan masyarakat dalam mengembangkan tanaman dan ternak spesifik Sumatera Barat, seperti tanaman Cabai tahan penyakit kuning dan kriting, tanaman Kakao yang tahan penggerek buah Kakao (PBK), tanaman penghasil gaharu yang berkualitas double super , dan tanaman gambir mengandung Katechin serta Tannin yang tinggi. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri, perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, stake holder dan masyarakat. Dan pada malam harinya panitia pelaksana dan peserta seminar dijamu makan malam oleh wakil wali kota padang Ir. Mahyeldi Ansyarullah.

Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production ini dilaksanakan dalam rangka Lustrum Fakultas Pertanian ke 11 atau Dies Natalis Fakultas Pertanian Universias Andalas yang ke 55 dengan pembicara Prof. Dr. Wolfgang Nellen (Kassel University-Germany), Dr.Bambang Purwantara(Seameo Biotrop), Dr. Tantono Subagyo (Syngenta-HAKI), Prof. Dr. Fasli Djalal, SPGK (Dirjen Dikti), Prof. Dr. Sudarsono(IPB Bogor), dra. Surti Kurniasih, MS(IPB Bogor), Dr.Sc.Agr. Ir. Jamsari, MP ( Ketua PHBI Sumbar/Fak.Pertanian Unand), Prof. Dr. Trimurti Habazar(Fak.Pertanian Unand), dan Prof. Dr. Sumaryati Syukur (FMIPA Unand). »»ANT

Selasa, 24 Maret 2009

Arus Teknologi Pertanian Perlu Dilakukan


Dalam rangka meningkatkan produksi padi Sumatera Barat diatas lima persen, salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu arus teknologi pertanian.

Salah satu arus teknologi pertanian yang dilakukan, dikatakan oleh Ir. Amdan Nur Kepala Balai Diklat Pertanian TPH Propinsi Sumatera Barat saat pembukaan pelatihan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP), senin 23 Februari 2009 di Balai Diklat Penyuluh Pertanian Bandar Buat Kota Padang yaitu melakukan revitalisasi penyuluh pertanian.

Ir. Amdan Nur menjelaskan, revitalisasi penyuluh pertanian diperlukan karena menyangkut beberapa aspek diantaranya aspek kelembagaan, aspek ketenagaan, aspek penyelenggaraan dan aspek pendanaan.

Salah satu bentuk revitalisasi penyuluh pertanian yaitu THLTBPP Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yang hari ini dilakukan. Tutur Amdan Nur.

Perekrutan tenaga penyuluh ini dirasa perlu karena kebutuhan tenaga penyuluh di Propinsi Sumatera Barat sekitar tujuh puluh ribu orang. Namun yang baru terealisasi sekitar dua puluh enam ribu tenaga penyuluh. Artinya masih terdapat kekurangan penyuluh pertanian di Sumatera Barat sekitar empat puluh empat ribu tenaga penyuluh.

Agustiar SP selaku ketua panitia penyelenggara menuturkan, Pelatihan untuk rekrut THLTBPP tahun 2009 untuk wilayah Sumatera Barat pesertanya berjumlah tiga ratus empat puluh tiga orang, yang di rekrut oleh bagian Sumber Daya Manusia dinas Pertanian Pusat. Pelaksanaannya kewenangannya di kelola oleh Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Medan.

Tambah Agustiar SP lagi. Pelaksanaan pelatihannya di lakukan di tiga tempat. Pertama Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten 50 Kota dengan jumlah peserta seratus dua puluh orang yang dimulai pada tanggal 16 sampai 17 februari 2009, disusul UPTD Balai Diklat Bukittinggi dengan jumlah peserta seratus tiga orang yang dimulai pada tanggal 17 hingga 18 februari 2009 dan diakhiri Balai Diklat Pertanian Bandar Buat dengan jumlah peserta seratus dua puluh orang yang dimulai pada tanggal 23 hingga 24 februari 2009.

Untuk pelatihan di Balai Diklat Pertanian Bandar Buat Kota Padang, tutur Agustiar lagi. Nantinya akan ditempatkan di empat Kabupaten yaitu Kabupaten Pesisir Selatan empat puluh orang, Padang Pariaman tiga puluh orang, Pasaman Barat tiga puluh orang, Solok Selatan delapan belas orang dan kepulauan mentawai dua orang. Penempatannya tersebut akan ditentukan oleh Dinas Pertanian kabupaten masing – masing.

Hingga diawal terselenggaranya acara Diklat ini, belum ditemukan kendala yang berarti. Namun kendala yang dirasa, diantara beberapa peserta diklat syarat-syarat administrasi masih belum dilengkapi. Agustiar memberitahukan, agar beberapa peserta diklat yang kurang lengkap administrasinya, supaya melengkapi syarat administrasi di akhir diklat. »»Anton

PRODUKSI PADI SUMBAR DIUPAYAKAN MENINGKAT DIATAS 5%


Tahun ini, Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumatera Barat berupaya tigkatkan produksi padi hingga mencapai diatas lima persen. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Sumbar Ir. Djoni, saat pembukaan pelatihan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP), senin 23 Februari 2009 di Balai Diklat Penyuluh Pertanian Bandar Buat Kota Padang.

Ir. Djoni menjelaskan, sasaran produksi padi Sumatera Barat diharapkan mengalami peningkatan. Pada tahun lalu produksi padi Sumbar mencapai angka 1.965.000ton gabah kering giling, dengan berbagai program peningkatan ketahanan pangan tahun ini diharapkan bisa meningkat diatas lima persen atau setara 2.045.000ton gabah kering giling.

Untuk mencapai angka diatas, maka dilakukan upaya revitalisasi penyuluh pertanian yang digelar melalui THLTBPP. Langkah ini diambil mengingat penyuluh pertanian merupakan salah satu faktor penting pembagunan pertanian. Para penyuluh pertanian yang dibekali pelatihan ini, diharapkan nantinya bisa bekerja secara professional dilapangan dan mampu tingkatkan pendapatan petani.

Selain itu, upaya lain yang ditempuh yaitu memberikan bantuan benih, menambah sekolah lapang Padi Tanam Sabatang, meningkatkan pemanfaatan budidaya pertanian secara organik, meperbaiki jaringan irigasi, menggunakan terpal saat merontokkan padi, pengadaan treser, memperbaiki SDM petani, menekan berjangkitnya hama penyakit serta bekerjasama dengan berbagai lembaga seperti Petani Pakar Organik(PPO), dinas peternakan, perikanan, kehutanan dan PNPM mandiri.

Ir. Djoni menjelaskan, Berdasarkan pengalaman dari lebih kurang dua ribu delapan ratus demplot Padi Tanam Sabatang(PTS) yang tersebar di sumbar. Metoda budidaya PTS rata – rata dapat ditingkatkan produksinya sekitar seperempat dari budidaya secara biasa. Pada budidaya padi biasa, produksi rata – ratanya empat setengah ton per hektar dengan PTS bisa mencapai produksi rata – rata enam koma dua puluh lima ton per hektar, bahkan di beberapa lokasi bisa mencapai delapan hingga sepuluh ton perhektar.

Hal ini didukung dengan pola pertanian organik seperti pemanfaatan jerami, pupuk kandang serta pupuk organik lainnya yang dapat memperbaiki sifat – sifat tanah serta meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini telah dibuktikan baik di lapangan secara langsung maupun di beberapa penelitian. Oleh karena itu, Djoni menghimbau dan mengajak petani, agar jangan membakar jerami dan senantiasa memanfaatkan pupuk kandang.

Terang Djoni lagi, upaya lainnya yaitu menekan kehilangan hasil padi saat panen. Menurut penelitian yang dilakukan dan dari catatan petani, kehilangan hasil padi saat panen mencapai lebih kurang sebelas persen. Untuk mengatasiya, manfaatkan terpal saat melakukan perontokan padi.

Dan yang tak kalah pentingnya yaitu, pemberantasan hama penyakit, seperti pemberantasan hama tikus. Ir. Djoni menegaskan, bagi wilayah yang mengalami serangan hama tikus, dapat diberitahukan kepada dinas pertanian kabupaten/kota setempat dan bisa juga langsung ke dinas pertanian Provinsi. Dengan cara membuat secara tertulis luas wilayah serangan dan luas yang terancam melalui wali nagari dan diketahui KCD setempat dan disampaikan ke BPTPH dispertahort sumbar atau Faks kan ke (0751)55587.

Ir. Djoni, berpesan kepada para peserta peserta THL TBPP. Dalam melakukan penyuluhan kepada petani, posisikan diri sebagai fasilitator. Karna jika berbicara tentang pertanian hortikultura, kita berbicara tentang bisnis yang disana mencakup persoalan efisiensi dan keuntungan. Serta, melakukan pelatihan pertanian secara door to door, karena dari beberapa pengalaman teknik ini efektif.

Selain itu tutur Djoni lagi. Dalam melakukan penyuluhan, gunakanlah konsep tidak ada guru dan tidak ada murid serta menjalin mitra kerjasama yang baik bersama petani.

Untuk keberhasilan tercapainya peningkatan produksi pangan hingga diatas lima persen tersebut, selain dari dinas pertanian. PPL bersama petani atau masyarakat bisa juga memanfaatkan dana PNPM Mandiri yang kegunaanya untuk meningkatkan ekonomi produktif. Informasi hal ini bisa ditanyakan langsung kepada cabang – cabang PNPM wilayah masing – masing.

Ada sekitar tiga milyar rupiah dana PNPM untuk tiap kecamatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian serta lainnya. Belum lagi dana PUAP untuk tiga Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) senilai seratus juta rupiah, merupakan nilai tambah untuk kemajuan pembangunan pertanian di Sumatera Barat, Tutur Djoni.

Untuk meningkatkan produksi padi sekitar delapan puluh ribu ton pada tahun ini, memang suatu tugas yang berat tutur Djoni. Namun dengan cara – cara diatas diharapkan produksi padi sumatera barat dapat meningkat sekitar lima persen.

Apabila, masing- masinh PPL bisa meningkatkan produksi padi sekitar 100 ton di wilayah kerjanya masing masing, itu sudah bagus, tutur Djoni.

Ir. Amdan Nur, Kepala Balai Diklat Pertanian TPH Propinsi Sumatera Barat, Mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Selain itu, dalam rangka mensukseskan peningkatan produksi padi diatas lima persen, Di bulan maret ini PPL jumlahnya akan ditambah. Untuk informasi lebih lanjut akan kita beritahu»»Anton

PENGGUNDULAN HUTAN MEMBUAT WARGA MALALO RESAH


Warga Malalo di Kanagarian Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuah Selatan Kabupaten Tanah Datar diresahkan oleh gundulnya Bukit Kayu Mati yang terletak di Kubang Badak Jorong Pincuran Tujuh Kanagarian Batipuah Baruah Kecamatan Batipuah.

Hal ini disampaikan oleh Kasmir Gindo, Ketua Kelompok Pecinta Hutan dan Air Kabupaten Tanah Datar Pada Tabloid Pertanian Suara AFTA baru-baru ini di rumahnya. “Warga Malalo diresahkan oleh penggundulan hutan yang dilakukan di Bukit Kayu mati oleh beberapa oknum warga Kubang Badak. Berbagi upaya telah dilakukan baik melalui surat pada wali nagari batipuah baruah maupun ke kantor kehutanan Kabupaten Tanah Datar, namun hal ini tak kunjung ada tanggapan yang berarti”.

Jelas Kasmir Gindo lagi, Jika hal ini tak juga ada tanggapan, dikhawatirkan akan terjadi longsor yang dapat menimpa Kanagarian Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuah Selatan.

Tambah Gindo Lagi, Bukit kubang badak memiliki kelerengan yang terjal, dengan sudut kemiringan 900. Apabila lahan dengan kelerengan tersebut, tidak terdapat tanaman tahunan, maka dengan sendirinya daya dukung tanah terhadap air dalam tanah akan menurun. Sehingga dikhawatirkan akan terjadi longsor apabila kondisi ini secara terus menerus berlangsung.

Ungkap Gindo lagi, Penggundulan hutan lindung yang dilakukan oleh beberapa oknum warga kubang badak ini. dimanfaatkan sebagai ladang berpindah. Dengan tanaman yang diusahakan yaitu Padi dan Kopi. Setelah dipeladangi kemudian ditinggalkan begitu saja. Tanpa melakukan penanaman hutan atau reboisasi kembali.
Jelas Gindo lagi, Puncak penggundulan bukit kubang badak besar–besar terjadi pada akhir tahun 2008 ini. Tercatat luas lahan Bukit Kubang Badak yang telah digunduli yaitu sekitar 6-7 hektar.

Gindo berharap, melalui Tabloid Pertanian Suara AFTA ini, diharapkan ada perhatian pemerintah maupun pihak – pihak yang terkait untuk dapat mengatasi masalah ini. Sehingga sebelum musibah longsor terjadi dan korban berjatuhan, sekurang-kurangnya sudah ada usaha agar penyelamatan dilakukan.»»Anton.

WARGA PADANG LAWEH DIKEJUTKAN DENGAN ADANYA BINATANG ANEH


Baru - baru Warga Jorong Padang Laweh, Kanagarian Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar dehebohkan dengan penemuan binatang aneh.

Seekor binatang dengan ciri – ciri muka seperti anjing dengan mata agak kemerahan serta memiliki bulu lebat dan agak kasar juga memiliki ekor yang agak tebal ditemukan oleh salah seorang warga Jorong Padang Laweh.

Haji Armaini warga Jorong Padang Laweh yang sekarang memelihara binatang aneh tersebut mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Binatang ini ditemukan oleh warga Jorong Padang Laweh di jeratan sawah yang sengaja dibuat oleh warga untuk menangkap babi. Tapi pada hari rabu 28 januari 2009, sekitar sore hari ada binatang aneh yang tertangkap oleh jeratan sawah.

Tambah haji Armaini lagi, Tanpa pikir panjang warga yang sebelumnya berkeinginan membunuh binatang tersebut membawa ke kandang yang terdapat dihalaman rumah saya. Untuk dipelihara dan dirawat.

Diharapkan dengan ditemukan binatang aneh ini, dapat menambah kekayaan koleksi binatang yang terdapat di Indonesia dan juga menambah ilmu serta ensiklopedi perbintangan Indonesia.

Melalui tabloid Pertanian Suara AFTA ini, Haji Armaini menghimbau bagi Ilmuan Binatang agar dapat meneliti binatang ini, sehingga perawatan yang tepat agar binatang aneh ini tetap hidup sehat bisa terwujud.>>>Anton

Panen PTS oleh Presiden SBY. PTS Tingkatkan Produksi Beras Nasional


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku bangga dengan kerja keras petani di Indonesia yang mampu meningkatkan produksi beras nasional mencapai 65 juta ton. Keberhasilan, katanya, tidak terlepas dari penerapan teknologi yang mampu meningkatkan produksi seperti penerapatan Metoda Padi Tanam Sabatang (PTS) di Sumatera Barat.

Presiden mengatakan hal tersebut ketika panen PTS di Jorong Bukit Mindawa , Kanagarian Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sabtu 13 Desember 2008 lalu. Selain panen PTS, kedatangan Presiden meresmikan Proyek Irigasi Batang Hari.

Dalam sambutannya itu, Presiden SBY juga mengatakan ketersediaan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam stabilitas sebuah negara. Jika ketersediaan pangan Maka dari itu SBY menghimbau agar mari bersama – sama kita menjadikan Indonesia memiliki ketahanan pangan yang tinggi.

Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyebutkan Ketahanan pangan merupakan hal yang musti di wujudkan di Indonesia, dimana Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar Teknik budidaya konservasi PTS tambah anton yang merupakan terapan budidaya spesifik lokal unggulan di Sumatera Barat terbukti dapat meningkatkan efisiensi serta dapat meningkatkan produksi padi yang tentunya memberikan kontribusi besar bagi ketahanan pangan nasional.

Oleh karena itu, sambung Anton Apriyantono dalam pidatonya, Presiden berkenan untuk panen padi simbolis Indonesia yang mencapai produksi 65 juta ton gabah kering giling pada th 2008 ini di Propinsi Sumatera Barat dengan daerah penunjukan diKanagarian Tebing Tinggi Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmas Raya.

“Puji dan Syukur pantas disampaikan pada TUHAN YME tutur Anton lagi, karena dalam dua tahun terakhir ini Indonesia mengalami peningkatan produksi beras sekitar 5 %. “Pada tahun 2008 ini saja kita sudah surplus beras sebesar 2.34 juta ton”. Jadi walaupun harga beras internasional mengalami peningkatan, namun harga beras kita tetap stabil sehingga pada tahun ini indonesia tidak melakukan impor beras,” ucapnya.
Keberhasilan tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijkan yang diambil Presiden SBY pada tahun 2007 yakni gerakan peningkatan produksi beras nasional . Kebijakan tersebut antara lain pertama, memberikan bantuan benih unggul bermutu baik hibrida maupun non hibrida serta subsidi benih dan pupuk termasuk pupuk organik; kedua memberi bantuan sarana dan prasarana berupa alat dan mesin pertanian; kemudian melakukan perbaikan pengairan dalam usaha tani. Serta menambah SDM pertanian seperti penyuluh pertanian, kemudian penentuan harga beras, pengendalian organisme penganggu tanaman dan pembiayaan usaha tani. Tutur Anton.

Tambah Anton Lagi, pada tahun 2009 nanti merupakan tantangan yang berat bagi Indonesia untuk mencapai stabilitas konsumsi pangan indonesia, karena diperkirakan kebutuhan konsumsi pangan indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi hal itu, Anton memperkirakan produksi beras nasional Indonesia harus mencapai empat puluh juta ton. Dan tidak tertutup kemungkinan Indonesia bisa mengekspor beras.

Tentu saja hal itu tidak dapat terjadi dengan begitu saja. Anton menjelaskan, untuk meraih stabilitas konsumsi pangan di tahun 2009 maka langkah yang akan ditempuh yaitu meningkatkan produktifitas dengan jalan memperluas areal lahan baru terutama diluar jawa, melakukan pengamanan produksi dalam negeri, serta melatih pemberdayaan manusia, mensinergikan berbagai kelembagaan, serta melakukan optimalisasi sumber daya dan tanah yang tersedia.

Sedangkan untuk Peningkatan produktifitas akan terus di pacu melalui pendekatan sekolah lapang, SLPTT maupun SLI, termasuk pengembangan padi hibrida seluas 500rb Ha, disertai dengan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh PPL, dan pihak terkait lainnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dharmasraya Ir. Afdal Jd Thamsin menyebutkan sebelum metoda budidaya PTS diterapkan Kabupaten Dharmasraya, rata – rata produksi padi hanya tiga ton per hektar. Sekarang setelah pola budidaya PTS di terapkan, rata – rata panen padi tiap hektarnya bisa mencapai tujuh hingga delapan ton per hektar.

Pengembangan PTS di Sumatera Barat Pemimpin Menanam, Rakyat Memanen


Lengkap Sudah. Mungkin itu pekengandaian yang cocok untuk dukungan dan kampanye gerakan penanaman padi metoda Padi Tanam Sabatang (PTS) di Sumatera Barat.

Betapa tidak, mulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Pertanian Anton Aprintono, sampai Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi , telah menyerukan agar Petani Di Propinsi ini untuk merubah sistim budidaya padi dari sistim penanaman padi dengan beberapa batang benih menjadi sistim satu batang padi atau yang populer dengan PTS.

Dukungan itu mereka buktikan dengan langsung menanam padi sistim PTS diareal persawahan pada kesempatan berkunjung di Sumatera Barat. Tertariknya para pemimpin tertinggi Republik tersebut tak pelak merupakan dukungan kongkrit agar petani terus mengembangkan budidaya Padi Tanam Sabatang ini.

Presiden SBY bahkan mengucapkan terima kasih kepada Universitas Andalas atas kepeloporannya mengembangkan budidaya padi model PTS di Sumatera Barat. Presiden SBY mengucapkan rasa terima kasih itu ketika menanam padi dengan sistim Padi Tanam Sabatang saat meresmikan Proyek Irigasi Batang Hari di Nagari Bukit Mindawa di Kabupaten Dharmasraya, Sabtu 13 Desember 2008 lalu.

Dia melihat model Budidaya metoda PTS terbukti mampu meningkatkan produktifitas padi. Selain itu penggunaan benih dan pemakaian air juga lebih sedikit dari sistim pertanaman padi secara konvensional. Ini merupakan keuntungan lain yang didapat petani jika menerapkan metoda ini.

Pengembangan PTS di Propinsi Sumatera Barat pertama kalinya memang dipelopori oleh Universitas Andalas. Adalah Prof. Dr. Musliar Kasim, MS, Rektor Unand sekarang yang yang mulai Metoda PTS pertama kali diujicoba oleh Rektor Unang pada tahun 2006. Saat itu dia mulai mengembangkan sistim budidaya ini, namanya metoda ini belumlam bernama metoda Padi Tanam Sabatang, melainkan System Rice Intensification (SRI). Sistem SRI sendiri pertama kali ditemukan oleh Hendri de Laulani, seorang pendeta yang mencintai pertanian di Pulau Madagaskar.

Hasil ujicoba Dosen Fakultas Pertanian bersama kawan-kawannya ternyata cukup ampuh meningkatkan produktifitas padi di Sumatera Barat. Hasil ujicobanya memperlihatkan produktifitas padi mencapai 8-10 ton perhektar. Sementara rata-rata produktifitas padi dengan cara yang biasa dilakukan petani hanya berkisar 4,5 ton perhektar.

Konsep SRI ini kemudian dipakai Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat. Tidak hanya mengembangkan, Diperta Sumbar juga menyempurnakan model SRI dengan memadukannya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penguatan Agroekosistem sehingga menjadi model budidaya terpadu yang tidak saja mampu meningkatkan produktifitas padi, tapi juga hemat pemakaian bibit, air serta dapat menjaga kelestarian lingkungan. Bersamaan dengan pengembangan itu, Diperta Sumbar juga mempopulerkan dengan Nama Padi Tanam Sabatang (PTS).

Setelah beberapa kali ujicoba dengan berbagai kelompok tani, pada tanggal 13 September pada kelompok Tani Labuah Malintang Ikur Koto , Kota Padang, Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mencanangkan pengembangan sistim Padi Tanam Sabatang di Sumatera Barat. Tidak hanya Gubernur Sumbar., Menko Kesra, Aburizal Bakri yang pada waktu itu melakukan kunjungan kerja di Sumatera Barat juga ikut mencanangkan dan melakukan panen perdana PTS ini.

Setelah itu, Diperta Sumbar mulai mengembangkan Padi Tanam Sabatang dengan gencar di Sumatera barat. Pertama kali yang dilakukan Diperta Sumbar adalah melatih tenaga-tenaga penyuluh yang akan mendampingi petani untuk mengembangkan sistim PTS. Pada tahun 2007, Diperta Sumbar memprogramkan sekolah lapang PTS pada kelompok tani di seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Barat.

Agar Sistim Budidaya Padi secara PTS cepat berkembang, petani-petani yang ikut Sekolah Lapang PTS ini juga didorong untuk menerapkan PTS di persawahannya masing-masing.Dengan banyak pengembangan Sekolah Lapang PTS maka setiap pejabat pemerintahan yang datang ke Sumbar ikut melihat dan mendorong pengembangan PTS. Menariknya, kegiatan-kegiatan sosialisasi oleh pejabat ini tidak lagi melakukan pemanenan, tapi menanam padi tanam Sabatang. Perobahan acara sosialiasi bermakna tidak saatnya lagi pemimpin yang menikmati hasil, tapi petani yang menikmati. Pemimpin menanam petani yang menikmati.

Pemimpin Republik yang pertama mensosialisasikan dengan menanam padi adalah Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla. Dia menanam padi dengan metoda PTS pada acara penanaman di Kelurahan Tanjuang Aua, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada tanggal 6 Mei 2008 yang lalu.

Pada kesempatan itu Wakil Presiden langsung menghimbau petani agar terus mengembangkan budidaya metoda PTS tesebut. Disamping itu dia juga meminta agar petani mulai kembali memakai pupuk alam seperti, kotoran sapi dan jerami. Dengan cara itu, katanya, petani dapat mengatasi kelangkaan pupuk yang terjadi sekarang ini. Langkah Presiden ini menanam padi dengan cara PTS ini juga kemudian diikuti oleh Menteri Pertanian, Dr. Ir. Anton Anpriantono.

Menteri Pertanian melakukan penanaman Padi dengan sistim PTS di Nagari Kasang, Kabupaten Padang Pariaman. Mentan ini juga melihat bahwa PTS sangat cocok dikembangkan .

Sementara pejabat-pejabat lain ditingkat Kabupaten/ Kota yang mensosialisasikan PTS baik yang memanen maupun menanam sudah sangat banyak. Hampir seluruh Bupati dan Walikota di Sumbar pernah melakukan. Semua itu itu mendorong agar sistim Padi Tanam Sabatang di Sumatera Barat.
Dengan dorongan dari pemimpin itu, petani diharapkan tidak ragu-ragu lagi menerapkan metode Padi Tanam Sabatang. Dengan menerapkan PTS, produktifitas akan meningkat. Selain itu biaya usaha tani juga menurun karena metode ini mengurangi pemakaian benih. Ditambah dengan memakai pupuk alam seperti jerami dan kotoran hewan, maka otomatis pendapatan petani akan meningkat. Metode Padi Tanam Sabatang merupakan wujud dari Pempimpin Menanam, Padi Memanen. Pemimpin mengembangakan program pertanian yang berpihak pada petani dan petani yang menikmati. ******

PEMDA DAN PT. SP BERSAMA TINGKATKAN KETAHANAN PANGAN


Upaya peningkatan dan ketahanan pangan yang di laksanakan di Jorong Bukit Mindawa Kanagarian Tebing Tinggi Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Dharmasraya besama PT Semen Padang.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dharmasraya Ir. Afdal Jd Thamsir beberapa saat sebelum kedatangan Presiden SBY di Dharmas Raya Sabtu 13 Desember 2008.

Ir. Afdal, menjelaskan , ada 3 komoditi tanaman yang masuk dalam upaya peningkatan dan ketahanan pangan yang di laksanakan di Jorong Bukit Mindawa Yaitu Padi, jagung dan kedelai. Ketiga komoditi itu tersebut cukup berhasil dikembangkan didaerah iotu

Untuk Kedelai, misalnya, produksi kedelai meningkat hingga mencapai 100%. Sebelumnya, panen kedelai rata – rata biasanya hanya 500 – 800 kg per hektar sekarang dari terapan teknologi oleh Dinas Pertanian bisa mencapai 2,2 ton per Ha. Sedangkan jagung, diperkirakan nantinya bisa mendapatkan hasil panen sekitar 11 ton per hektar.

Untuk mendukung program itu, Ir. Afdal mengungkapkan. pemerintahan Kabupaten Dharmas Raya dalam rangka untuk keberhasilan program tersebut telah mengalokasikan dana sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah kepada Kelompok Tani berupa bantuan bibit Unggul ditambah bantuan dari PT Semen Padang sebesar lima ratus lima puluh juta rupiah dalam bentuk bantuan pupuk serta obat – obatan..

Namun Terlepas dari semua itu, adapun dampak positif yang dirasakan oleh Ir. Afdal yaitu terbentuknya rasa kebersamaan yang tinggi antara gapoktan di kanagarian tebing tinggi kemudian masuknya listrik bagi 200 kk serta terbuatnya perpanjangan jalan sejauh empat puluh empat kilometer ke daerah pemukiman. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan sarana dan percepatan keberhasilan ketahanan pangan di kabupaten Dharmasraya.

Selama program berjalan Ir. Afdal mengungkapkan tidak terdapatnya masalah yang berarti yang terjadi. Masalah yang sekarang masih terjadi yaitu banjir. Hal ini ungkap Ir Afdal karena belum semuanya irigasi terkerjakan. Diharapkan pada tahun 2009, jaringan irigasi (JITUT)dapat ditambah lagi.

Pada waktu dan tempat yang sama, Dafris Januir Kepala Biro Lingkungan (Corporate Sosial responsibility) PT. Semen Padang mengatakan kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Kerjasama upaya peningkatan ketahanan pangan dengan Pemda Dharmasaraya dimulai semenjak bulan mei 2008 dan Alhamdulillah saya cukup puas dengan hasil kerja sama ini.

Dafris Januir menambahkan, alasan dipilih menjadi daerah binaan Biro Lingkungan PT. Semen Padang karena letaknya yang strategis, dimana daerahnya berdekatan dengan daerah propinsi lain, kemudian kelompok taninya yang terorganisir dengan baik, serta yang menariknya lagi terdapat 3 komunitas yang tergabung yaitu sunda, minang dan jawa.

Dalam kesempatan yang mulia ini Dafris Januir menghimbau kepada semua BUMN yang terdapat di Indonesia agar menerapkan hal serupa yaitu membina lingkungan yang terdapat di wilayahnya, yang tidak hanya mementingkan keadaan perusahaan saja, tapi juga ikut berkontribusi pada masyarkat.>>>Anton

Prospek Besar Usaha Ikan Lele.


Beternak Ikan Lele ternyata memiliki prospek yang mengiurkan di Sumatera Barat. Prospek ini semakin terbuka utuk wilayah perkotaan seperti Kota Padang. Paling tidak ini yang dirasakan oleh peternak ikan lele di kota ini. Begitu besarnya peluang, usaha ikan lele kini mulai menjalar ke berbagai daerah di Sumatera Barat.

Masril, salah seorang peternak lele di Padang Sarai Kota Padang mengaku bisa meraup untung kotor 10 juta per bulan dari usaha ternak ikan lele. Baik dari pembibitan maupun pembesaran. Usaha yang telah dilakoninya sejak tahun 2000 lalu, terbukti mampu memberi keuntungan yang besar terhadap kehidupannya.
Hal yang sama juga diungkapkan Novalindo, peternak ikan lele lain. Tidak saja kebutuhan hidupnya yang terpenuhi , dia pun mampuu menyekolah adik-adiknya dari beternak lele. “Dengan usaha lele ini saya dapat menguliahkan adik saya sebanyak 4 orang, membayarkan kredit motor empat buah dan membayar kredit mobil kuda satu buah. Alhamdulillah”. tutur Novalindo yang kini baru berusia 23 tahun ini.

Tidak hanya di Kota Padang, usaha ikan lele juga mulai dilirik orang di daerah lain di Sumatera Barat. Salah satu Kabupaten Dharmasraya. Perlahan tapi pasti, beberapa orang di kabupaten ini kini juga sudah mulai membudidayakan ikan ini.
Salah satu dari mereka yang tertarik mengembangkan ikan lele ini adalah M. Isa, seorang kepala sekolah di Nagari Siguntua, Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Bertempat dibelakang rumahnya dia. mencoba membuat beberapa petak kolam ikan lele..

Meski belum sebesar pengembangan ikan lele, di kota Padang, dia melihat prospek pengembangan ikan lele di Kabupaten Dharmasraya masih sangat besar. “Usaha yang saya kembangkan ini juga sangat cocok sebagai usaha sampingan,’ ucapnya M. Isa yang juga mengakui masih taraf belajar dalam membudidayakan ikan lele tersebut.

Peluang Pasar sangat terbuka
Tinggi peluang pasar ikan lele ini memang tidaklah mengherankan. Tinggi minat masyarakat terhadap ikan lele, terutama rumah-rumah makan merupakan salah satu faktor penyebab berkembangnya usaha ternak ikan lele. Abun, salah satu Toke Besar Lele yang terdapat di Kota Padang, mengungkapkan pada Tabloid Pertanian Suara Afta bahwa setiap bulannya dia membutuhkan pasokan lele dari Sumatera Barat sebanyak 30 Ton. Ikan lele ini dipasarkan ke Sumbar, Riau, jambi, Bangko, Sumsel, luar negeri serta lainnya.

Dia melihat, pasokan lele dari kota Padang saja kini sudah tidak mencukupi kebutuhannya. Untuk menutupi kekurangan pasokan lele tersebut, dia terpaksa , mengambilnya di beberapa lokasi tambak Di Sumatera Barat.
Hal senada diakui Masril, peternak ikan lele di kota Padang Dia menyebutkan , produksi lele ditambaknya hanya mencukupi kebutuhan 10 ton tiap bulannya. “Diperlukan pengembangan dan perluasan areal tambak untuk dapat memenuhi permintaan dari Toke Lele, ungkap Masril.

Masalah harga kata, Abun, juga masih sangat menguntungkan buat peternak. Saat sekarang 8 harga pasaran lele pedaging per kilogramnya diambil ke lokasi tambak, sebesar sepuluh ribu rupiah. Dengan harga penjualan di pasaran mulai dari tiga belas ribu rupiah hingga lima belas ribu rupiah sesuai ukuran dan jarak tempuh lokasi pemasaran.

Mulai dilirik Pemerintah Kabupaten.
Keberadaan usaha ika lele yang sangat potensial ini kini juga dilirik oleh pemerintah sebagai salah satu basis ekonomi masyarakat, khusus petani. Daerah yang kini betul-betul serius mengembangkan ikan lele adalah Kabupaten Padang Pariaman.

Perhatian serius , pemerintah Kabupaten ini terhadap pengembangan usaha lele,dibuktikan langsung oleh Bupati Kabupaten Padang Pariaman , Muslim Kasim yang mengunjungi areal pengembangan ikan lele pada Kabupaten itu, di Tanjuang Belibis.

“Kita bertekad menjadikan Kabupaten Padang Pariaman sebagai sentra pengembangan Ikan Lele di Sumatera Barat,” ucap Muslim Kasim kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA. “Hal ini merupakan langkah pemerintah Kabupaten Padang Pariaman untuk meningkatkan lapangan usaha, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan ekonomi masyarakat.,” tuturnya lagi.

Ir. Nazran. MM, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman. Menyebutkan Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman memang potensial sekali untuk dikembangkan usaha budidaya lele. Pasalnya Kabupaten itu memiliki banyak lahan rawa yang cocok untuk membudidayakan ikan lele.

Untuk mewujudkan Padang Pariaman sebagai sentra lele, dia telah menyusun rencana pengembangan. “Langkah yang kami buat kedepannya yaitu, terus mensosialisasikan budidya lele, memberikan subsidi benih, dan penguatan modal untuk petani lele. Mengingat daerah pemasaran lele yang terus meluas dan kebutuhan pasokan lele pedaging yang terus meningkat.,” ucapnya.

Bandi Amd. Kepala KCD Perikanan dan Kelautan Kecamatan batang Anai, Membenarkan potensi lele ini, masih banyak terdapat luas lahan rawa yang terdapat di Kecamatan Batang Anai untuk dimanfaatkan usaha lele.

Tantangan dan Hambatan Masril sekarang ini.
Meski memiliki potensi yang besar, namun pengembangan ikan lele bukan tidak ada hambata. Hambatan itu seperti yang diungkapkan Masril, pengusaha lele adalah, pasokan pakan cacing yang masih sedikit.

Salah satu kendala yang saya hadapi adalah kurangnya dalam pasokan pakan cacing untuk pembibitan lele yang bernama tobefact. Tobefact yang biasanya didapat dari hasil limbah karet, sekarang sudah sedikit ditemui. Hal ini dikarenakan pasokan pakan cacing yang didapatkan dari limbah pabrik karet yang terdapat di bay pass Kota Padang berhenti produksi. Menurut penuturan pencari cacing di limbah pabrik karet yang terdapat di bay pass kota padang, pabrik berhenti beroperasi akibat pasokan karet berkurang akibat krisis global yang terjadi.

Rencana Pengembangan Lele Kedepan
Masril Ketua Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya, kedepannya mengusahakan agar bukan saja memproduksi bibit lele dan Lele pedaging saja, tapi dapat memproduksinya ke berbagai bentuk macam pengolahan lele seperti kerupuk lele, Lele asap dll. Tapi hal ini tidak dapat dikerjakannya sendiri.

Masril Menghimbau melalui Tabloid Pertanian Suara AFTA, bagi ada Investor maupun pihak yang ingin mengembangkan budidaya lele atau produk olahannya ataupun pengolahan pakan cacing serta lain sebagainya. Ia akan siap untuk bekerjasama.****

Masril Peternak Ikan Lele


Raup Untung 10 Juta Rupiah Setiap Bulan.
Masril 42 tahun, pengusaha lele Dusun Tanjuang, Kecamatan Batang anai Kabupaten Padang Pariaman. Dengan keyakinan dan usaha sungguh – sungguh nya menjalan kan usaha budidaya lele, ia sekarang bisa meraup keuntungan lebih dari 10 juta rupiah tiap bulannya dan dapat membuka lapangan usaha baru bagi puluhan warga Kecamatan Batang Anai maupun warga Kabupaten lain yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat.

Dengan prinsip kekeluargaan dan pola syariah yang dijalankan masril, ia dapat membantu lebih dari 30 orang, untuk menjadi pengusaha lele yang tersebar baik di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Pesisir Selatan, Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele.

Merupakan fenomena yang menarik saat ini, dimana banyak pengusaha besar yang gulung tikar akibat krisis global, Masril malah mengembangkan sayapnya dan membantu banyak orang untuk membuka lapangan usaha baru untuk budidaya ikan lele.

Masril, yang hanya tamatan SD ini. Mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA saat ditemui di tambak lelenya yang terletak di Dusun Tanjuang, Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Jum’at 28 November 2008, “Setiap bulan pendapatan bersih yang bisa saya dapatkan lebih dari Rp 10 juta rupiah”.
Berawal Sebagai Pembongkar Ikan Lele.

Masril , bapak dari 4 orang anak ini bercerita, awalnya ia seorang pemasok Batako untuk pembuatan Perumnas di kota padang maupun luar kota padang, namun semenjak dilanda krisis moneter pada tahun 1997 hingga pada tahun 1998 perusahaan Batakonya bangkrut.

Berkat bantuan sang kakak Alitar yang saat itu berusaha membudidayakan ikan lele, Masril diterima bekerja sebagai pembongkar ikan lele hingga pada akhir tahun 1998.
Berawal dari hal itulah ia mulai mempelajari teknik budidaya ikan lele sehingga ia bisa membuka tambak lele secara mandiri di Perumahan Muaro Putih Kecamatan Muaro Kasang Kota Padang pada awal tahun 1999. Dimodali oleh Eni, teman lama Masril, sebesar Rp 20 juta rupiah dalam bentuk pinjaman lunak, dia mulai beternak lele. Alhasil dengan modal sebanyak itu, Masril bisa membuat tambak ikan lele sebanyak 6 buah kolam pembesaran dan pembibitan. Alhamdulillah lagi, dalam hitungan bulan saja, Masril mampu mengembalikan uang pinjaman yang telah diberikan Eni.
Namun diakuinya, beternak ikan lele tak semulus yang dibayangkannya. Banyak hambatan dan kendala yang dilaluinya. Salah satunya bencana Banjir yang meluluhlantakan usahanya. Tepanya pada akhir tahun 1999 terjadi bencana banjir di lokasi tambak masril, sehingga banyak ikan yang hanyut bersama air banjir tersebut.

Tetapi, suami dari Leni ini tak patah semangat dan kemudian berhenti. Satu-satunya keuntungan yang dia dapat ketika sebelumnya usaha lelenya, adalah pengalaman dalam bertenak ikan lele. Bermodalan pengalaman serta keyakinan, dia kembali mengembangkan usaha budidaya ikan lele. Dengan keterbatasan modal serta sumber daya yang ada, pada tahun 2000 dia kembali mencoba untuk membuka tambak ikan lele di Padang Sarai Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Untuk itu dia berhutang ke teman, karib kerabat dan sanak family. Kali ini membuat 11 kolam yang terdiri dari kolam pembesaran dan kolam pembibitan. Lagi- lagi Masril merugi, karena di akhir tahun 2000 terjadi bencana banjir di lokasi tambak sehingga banyak ikan yang hanyut. Total kerugian yang diderita masril saat itu mencapai lebih dari 30 juta rupiah. “Saya sempat stress ketika itu,” ucapnya.

Usaha Ikan Lele Masril Mulai Jaya
Meski sempat stress dan menjadi pengangguran sekitar 2 bulan lamanya. Namun akibat tuntutan kehidupan, kebutuhan keluarga dan nasehat seorang bapak-bapak. Masril bangkit lagi di awal tahun 2001, ia memulai usaha lelenya lagi di lokasi yang baru di Korong Sungai Pinang Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.

Disaat itu, Masril menuturkan. Ia merobah mekanisme kerjanya. Ia mencari seorang guru lele yang bernama Kemon. Kemon sang guru, di bayar oleh Masril dengan kesepakatan pembayaran uang sekolah (istilah Masril). Dibayar jika usaha lelenya tersebut telah berhasil sejumlah satu setengah juta rupiah. Dan ternyata, usaha yang ditempuh masril tidak sia-sia. Dalam hitungan 2 bulan, sambil berjalan, ia mampu membuat kolam pembesaran sebanyak 8 buah dan kolam pembenihan sebanyak 14 buah.

Tambah masril lagi, Berkat pengajaran yang diberikan Pak Kemon. Untuk tambak pembibitan lele, ia bisa menghasilkan uang (pendapatan kotor) lebih kurang sebesar dua puluh juta rupiah dengan pendapatan bersih lebih kurang delapan juta rupiah dalam satu bulan. Sedangkan untuk kolam pembesaran pendapatan kotornya bisa mencapai lebih kurang sebesar dua ton setara dengan uang dua puluh juta rupiah dengan pendapatan bersih delapan juta rupiah dalam satu bulannya.

Masril, Tidak mau mengulangi kesalahan yang pernah dialaminya pada tahun-tahun sebelumnya, Bersama guru Kemon, ia membuat tambak yang tidak bisa terkena banjir, meningkatkan produksi pembibitan ikan lele dan produksi lele pedaging.

Disaat itu , Masril bersama anggotanya berhasil mengembangkan usaha lele dan bisa memasok lele untuk wilyah padang maupun di luar kota padang. Sekarang nama perusahaan budidaya lelenya bernama Berkat Yakin.

Tidak hanya puas disitu saja, Masril terus mengembangkan usaha nya. Hingga pada tahun 2005 Ia memperluas tambak sebanyak 19 buah kolam pembesaran di Dusun Tanjuang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Disini saja tutur Masril lagi, modal yang dihabiskan untuk pembuatan kolam sebesar tiga puluh jutaan, belum termasuk pakan dan bibit. Sekarang, pendapatan kotor dalam satu bulannya mencapai lebih kurang sepuluh juta rupiah dan pendapatan bersih berkisar lebih kurang lima juta rupiah.,”tTutur masril

Masril Mengungkapkan, Nilai omzet usahanya sekarang ini berkisar lebih dari seratus juta rupiah. Omset peternakan terdiri dalam ikan, anak ikan dan bibit yang sudah besar. “Kunci dari semua ini , adalah keseriusan dan ketekuanan dalam berusaha. Satu lagi, tidak mudah menyerah hanya kita gagal pada tahap awal,” ucapnya.

Kelompok Ikan Lele Terbentuk
Secara berjalan, Masril mampu membuat Kelompok Ikan Lele dengan nama Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya yang mulai berdiri tahun 2005 beranggotakan sebanyak dua puluh orang.

Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya yang beranggotakan 20 orang ini, Tambah Masril Lagi pada tahun 2008 pernah mendapatkan penghargaan oleh Bupati Padang Pariaman sebagai Juara satu, Tingkat Kabupaten Padang Pariaman Khusus Di bidang Budidaya Ikan Lele.

Tidak hanya disitu saja, Masril juga membina dan membantu bagi ada orang yang tertarik dalam usaha lele baik di kabupaten padang pariaman maupun di luar kabupaten padang pariaman. Masril menuturkan, ini tidak hanya sekedar cerita saja, lebih dari 30 orang yang telah dibinanya untuk mengembangkan usaha budidaya lele di daerah masing –masing dengan sistem kerjasama Syariah. Salah satunya, pemuda yang tergabung Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya Novalindo 23 tahun, yang sekarang ini pendapatan bersihnya mencapai lebih kurang sepuluh juta rupiah setiap bulannya.
Novalindo, mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. “Dengan usaha lele ini saya dapat menguliahkan adik saya sebanyak 4 orang, membayarkan kredit motor empat buah dan membayar kredit mobil kuda satu buah. Alhamdulillah”. Tutur Novalindo 23 tahun pengusaha muda lele.

Masril mengungkapkan, dalam mengembangkan usahanya. Ia menjalankan kiat – kiat berikut; Jujur dalam menjalankan usaha, Tekun, Bekerjasama baik dengan semua pihak, Terus belajar hal baru, Ikhlas dalam berusaha, Tanpa pamrih dan Jangan lupa berzakat. Alhamdulillah, dengan kiat ini usaha lele Masril dapat maju hingga sekarang ini,” tutur Masril lagi>>>Anton

Ribuan Ekor Unggas di Kapur IX terserang Flu Burung


90.960 ekor Unggas Terjangkit Flu Burung di Kec. Kapur IX Kab. 50 Kota. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Sumatera Barat Ir. Edwardi. MM baru – baru ini di ruang kerjanya.

Menurut Edwardi, ada sekitar 936 kepala keluarga pemilik unggas yang menjadi korban dari keganasan Flu Burung. Terdapat 2600 ekor ayam pedaging yang terserang, kemudian itik 8.560 ekor, disusul dengan ayam buras sebesar 99.800 ekor. “Total keseluruhan yang terserang penyakit flu burung di Kec. Kapu IX Kab. 50 kota sebesar 190.960 eko,” tutur Ir. Edwardi. MM

Dibanding tahun 2007, jumlah unggas yang terserang memang lebih besar. Pada 2007 t kasus positif flu burung sebesar 20.077 ekor.Namun demikian usaha penanggulangan yang dilakukan juga lebih keras. Diantara melalui vaksinasi dan memberikan bantuan desinfektan.

Realisasi penanggulangan penyakit flu burung tahun 2007 di kabupaten dan kota Propinsi sumatera barat adalah sebagai berikut
Tahun Kasus positif (ekor) Alokasi vaksin (dosis) Realisasi vaksin (dosis) Desinfektan (liter) Realisasi desinfektan (liter)
2007 20.077 1.000.000 1.671.108 1.620 2.247
Sumber; Statistik Peternakan Propinsi sumatera barat tahun 2007

Namun ungkap Ir. Edwardi lagi, berkat kerjasama yang baik dengan Petugas Dinas Peternakan dilapangan serta masyarakat yang telah mengetahui teknis pemberantasan dan pengendalian penyakit flu burung. Kasus Flu burung di Kecamatan Kapu IX telah diberantas dengan cepat dan tidak meluas hingga ke daerah lain.

Adapun sebab datangnya penyakit Flu Burung ke Kecamatan Kapu IX Kabupaten Lima Puluh Kota belum dapat dipastikan, hal ini dikarenakan tidak adanya pengawasan yang dilakukan dalam transportasi unggas. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kebutuhan pasar dan transaksi jual beli yang berlaku. Dinas Peternakan Tidak memiliki kewenangan dalam hal ini. Tutur Ir Edwardi. MM

Ir. Edwardi menjelaskan, dalam penanganan kasus flu burung di sumatera Barat, hal – hal yang dilakukan yaitu: melakukan sosialisasi, dan hal ini didukung dengan terdapatnya 114 PDSR yang tersebar di Sumatera Barat yang bertugas dalam penanganan Flu Burung secara cepat. Sehingga kasus Flu Burung yang terjadi di Sumbar dapat di tindak secara cepat dan tepat.

Tindakannya yaitu membuat daerah tertutup dengan cara disemprot, oleh dinas peternakan kabupaten dan kota selama 21 hari. Hal ini tentu saja tidak dapat dijalankan dengan baik tanpa bantuan pengawasan dari masyarakat dalam penanggulan kasus Flu Burung yang terjadi di Sumatera Barat. Tapi yang utama dalam pengendalian penyakit ini adalah dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Tambah Ir. Edwardi
Tidak hanya itu saja. Diperlukan juga tindakan pengawasan dengan jalan pengambilan semplimen darah di daerah Sumbar untuk kemudian membuat peta penyebaran lokasi yang pernah terjangkit kasus flu burung dan setelah itu melakukan vaksinasi. Tutur Ir. Edwardi, MM

Ir. Edwardi menghimbau kepada para peternak unggas maupun konsumen unggas agar tidak panik dengan kasus flu burung yang terjadi Kec. Kapu IX Kab. 50 kota. Karna dari dinas peternakan telah melakukan tidakan penanganan. Bagi peternak unggas yang menemukan keganjilan pada unggasnya, agar segera melaporkan hal ini ke Petugas Dinas Peternakan terdekat untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.

Salah satu cara yang dapat ditempuh warga pemilik unggas yang merasa unggasnya telah terjangkit kasus Flu Burung adalah dengan cara pemusnahan dan pembumi hangusan dengan teknik membakar.Tutur Ir. Edwardi.

Warga tidak akan dirugikan dengan cara pembumi hangusan ini, karna nantinya akan diberikan ganti rugi kepada pemilik unggas tersebut sebesar Rp 10.000 / ekor yang uangnya diambilkan dari APBN Tambah Ir. Edwardi. MM

Berikut wawascara Tabloid Pertanian Suara AFTA dengan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Ir. Edwardi mengenai Flu Burung dan Prospek pengembangan ternak unggas di Sumatera Barat.

Apa itu flu burung?
Flu burung (Avian Influenza) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Influenza. Biasanya Virus Flu burung menyerang hewan yang berjenis unggas seperti ayam, bebek dan burung.

Gejala yang terlihat pada hewan unggas jika sudah terkena dengan virus flu burung yaitu memiliki ciri pertama, diare dan kematian tinggi dalam waktu singkat. Kedua, jengger dan piar bewarna biru serta tiga, terjadinya pendarahan bawah kulit pada daerah dada.

Pencegahan?
Untuk pencegahan virus flu burung ini. Dapat ditempuh dengan pertama, Jika menemukan unggas mati mendadak tanpa gejala sakit, maka segera laporkan kepada petugas kesehatan hewan atau peternakan terdekat.
Kedua, Jagalah selalu kebersihan kandang dengan menggunakan sabun/detergen atau melakukan penyemprotan desinfektan.
Ketiga, Pisahkan kandang ayam serta kandang itik.
Keempat, Jauhkan kandang unggas dengan rumah atau pemukiman minimal 10m.
Kelima, Lakukan vaksinasi ternak unggas melalui Petugas Kesehatan Hewan atau Dinas Peternakan terdekat.

Tindakan bila unggas mati secara mendadak?
Bila terdapat unggas mati secara mendadak, maka jangan sentuh unggas mati itu tanpa menggunakan pelindung tangan. Jika hal ini sudah dilakukan maka segera laporkan kejadian unggas yang mati mendadak tersebut ke petugas terdekat.

Tindakan selanjutnya yaitu, bakar dan kubur bangkai unggas yang telah mati itu, dan jangan buang ke selokan atau sungai, karena hal ini dapat membahayakan warga atau hewan yang terdapat di daerah hilir.

Unggas yang mati atau sakit akibat virus flu burung ini, jangan diperjual belikan atau dikonsumsi. Karena dapat membahayakan kesehatan.
Setelah itu, maka kosongkan kandang selama 3 minggu sebelum diisi kembali.

Untuk mencegah penularan virus flu burung ke manusia .
Untuk mencegah penularan Virus Flu Burung ke Manusia maka hal yang perlu di perhatikan setelah menyentuh unggas yang sakit atau mati yaitu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dengan air yang mengalir.
Beli dan konsumsilah unggas yang sehat, jangan makan hewan yang mati akibat berpenyakit. Kemudian, masaklah daging dan telur unggas hingga matang.

Sebagai catatan, Flu Burung atau Avian Influenza tidak menular melalui daging dan telur unggas. Daging dan telur unggas perlu untuk kesehatan dan kecerdasan anak bangsa.

Apakah Bisnis peternakan unggas masih eksis di Sumatera Barat?
Berdasarkan data Statistik Peternakan Propinsi Sumatera Barat, menunjukkan bahwa Sumatera Barat berada pada swasembada untuk komoditi ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik.

Dimana untuk tahun 2007 saja pemotongan ternak unggas Kabupaten dan Kota Sumatera Barat ayam ras pedaging sebesar 12.644.349 ekor dengan populasi ternak ayam ras pedaging sebesar 12.648.143 ekor. Untuk komoditi pemotongan ayam ras petelur sebesar 3.808.402 ekor dengan populasi ternak ayam ras petelur 6.347.337 ekor. Dan pemotongan itik sebesar 602.067 ekor dengan populasi itik sebesar 1.003.445 ekor.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, Sumatera Barat telah swasembada untuk komoditi ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik.

Sedangkan untuk ayam buras, terjadi penurunan populasi pada tahun 2007, tapi pemotongan ayam buras masih tinggi. Hal ini menunjukkan masih terbuka kesempatan besar dalam menjalankan bisnis ternak unggas terutama komoditi ayam buras.

Berikut tabel populasi ternak unggas dan pemotongan ternak unggas tahun 2003-2007 Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Barat.

Populasi Ternak Unggas tahun 2003-2007 Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Barat menurut jenis.
Tahun Ayam Buras
(ekor) Ayam ras pedaging (ekor) Ayam Ras Petelur (ekor) Itik (ekor)
2007
2006
2005
2004
2003 4.529.106
5.107.278
5.725.515
7.737.703
7.877.468 12.648.143
12.847.327
11.357.781
12.804.118
10.608.542 6.347.337
6.396.311
5.608.482
5.337.255
4.706.628 1.003.445
1.050.752
985.442
852.141
992.621
Sumber: Statistik Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2007

Pemotongan ternak unggas menurut jenis tahun 2003-2007 Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Barat.
Tahun Ayam Buras
(ekor) Ayam ras pedaging (ekor) Ayam Ras Petelur (ekor) Itik (ekor)
2007
2006
2005
2004
2003 6.340.748
7.150.191
8.588.273
11.606.555
11.816.202 12.644.349
12.461.906
11.017.048
12.419.994
10.290.286 3.808.402
3.198.157
2.804.241
2.668.628
2.353.314 602.067
630.449
492.721
426.071
496.311
Sumber: Statistik Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2007

Teknologi Hemat Energi, Ramah Lingkungan Apakah Bisa Diterapkan Di Sumatera Barat


Serangkaian penemuan – penemuan dan teknologi terkini telah banyak ditemukan. Diantaranya yang banyak menyangkut kehidupan orang banyak yaitu. Teknologi terbaharukan seperti, Bio ethanol, Brown Gas, Bio fuel dan lain sebagainya yang merupakan bahan – bahan pencampur BBM. Nantinya komoditas ini di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan.

Namun untuk daerah Sumatera Barat, apakah aplikasi teknologi ini dapat berjalan seiring dengan persoalan dan polemik yang terdapat di dalamnya? Untuk itu, perlu pengkajian untuk memahami teknologi itu.

Baru – baru ini, Rabu 19 november 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara dan rombongan mengunjungi Embrapa (Empressa Brasileria de Pesquisa Agropecuaria atau Brasilian Agricultural Research Cooperation), semacam badan litbang di bawah kementerian pertanian dan pangan (Ministry of Agriculture, LIvestock and Food Supply), di luar kota Brasilia, ibukota Brazil

Kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan merupakan dalam rangka kerjasama dan untuk melakukan penandatanganan MoU di berbagai bidang.

Diantara berbagai macam kesepakatan kerjasama tersebut, yang menarik bagi penulis yaitu kesepakatan kerjasama bidang energi terutama teknologi bio-ethanol. Brazil dikenal telah mengembangkan proyek ethanol, bio fuel dan biodiesel. Bio-ethanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganism.
Di Brazil, bio-ethanol dengan bahan baku tebu (sugar cane) telah menjadi industri yang cukup maju. Saat ini bahan bakar minyak (BBM) campuran premium 75 persen dan 25 persen bioetanol telah dijual di seluruh SPBU. Hampir-hampír tidak ada lagi SPBU di Brazil yang menjual 100 persen BBM murni dari fosil.

Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia akan belajar dari kesuksesan Brazil mengatasi krisis energi. Indonesia, akan mengirim lebih banyak mahasiswa dalam program beasiswa khusus untuk mempelajari pengembangan energi alternatif berbasis ethanol tersebut.

Sebelumnya, Saat kedatangan Presiden Brazil Luiz Inacio beserta rombongan ke Istana Negara RI beberapa bulan lalu maret 2008. Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Luar Negeri Brazil Celso Amorim telah menandatangani nota kesepahaman yang memungkinkan Indonesia mempelajari pemakaian energi bioethanol dari Brazil.
Pilihan itu diambil mengingat Brazil sudah lama unggul di bidang tersebut. Guna mendukung pengembangan bioetanol, Departemen Pertanian akan memperluas lahan tebu.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian Anton Apriyantono seusai penandatanganan nota kesepahaman komite konsultasi pertanian (consultative committe on agriculture/CAA), Jumat (16/3) di Jakarta antara Mentan Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian dan Pangan Brazil Luiz Carlos Guedes Pinto.

Bioenergi ke depan sangat menentukan masa depan ekonomi sebuah bangsa. "Kita akan fokus ke situ terkait upaya alih teknologinya," ujar Anton.

Persoalan Bio ethanol di Indonesia
Sedangkan menurut Arya Rezavidi, MEE, Ph.D, Direktur Konversi dan Konservasi Energi BPPT. Mengatakan, Teknologi dalam negeri mampu mendukung produksi etanol menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Tinggal dibutuhkan dukungan investasi serta aturan pelaksana.

Namun Tambah Arya Rezavidi, MEE, Ph.D, terdapat beberapa halangan untuk dikembangkan di Indonesia yaitu pengaturan pasar, Ketersediaan suplai bahan baku, tidak adanya aturan pelaksana yang mendukung penggunaan etanol di dalam negeri.
Bukan sampai disitu saja, menurut pengamatan penulis, ketersediaan lahan yang ada perlu diperhatikan juga. Karena luas lahan yang terdapat di Indonesia terbatas, dan beberapa luas lahan tersebut telah diperuntukkan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan dll.

Teknologi Pengolahan Bioethanol
Teknologi produksi bio-ethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.

Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.
1. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
satu, Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula. Dua, Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik. Tiga, Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:
Satu, Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur. Dua, Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim. Tiga, Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat. Empat, Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:
Satu, Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja. Dua, Pengaturan pH optimum enzim. Tiga, Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat. Empat, Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 derajat Celcius sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

2. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

3. Pemurnian / Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

Prosentase Penggunaan Energy.
Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini:
Prosentase Penggunaan Energi
Identifikasi Proses Steam Listrik
Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan 0 % 6.1 %
Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi 30.5 % 2.6 %
Produksi Enzim Amilase 0.7 % 20.4 %
Fermentasi 0.2 % 4 %
Distilasi 58.5 % 1.6 %
Etanol Dehidrasi (jika ada) 6.4 % 27.1 %
Penyimpanan Produk 0 % 0.7 %
Utilitas 2.7 % 27 %>
Bangunan 1 %> 0.5 %
TOTAL 100 % 100 %
Sumber: A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401

Peralatan Proses
Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:
Satu, Peralatan penggilingan. Dua, Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi. Tiga, External Heat Exchanger. Empat, Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators). Lima, Tangki Penampung Bubur. Enam, Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor. Tujuh, Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol. Delapan, Boiler, termasuk system feed water dan softener. Sembilan, Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting »»Anton

SISTEM BARU MEMBANGUN PARADIGMA BARU


Fakultas Pertanian Universitas Andalas Membuat Gebrakan Baru. 2 buah Jurusan Agroteknologi dan Agribisnis hadir pada mahasiswa angkatan 2008/2009. Berbagai sistem baru dan mekanisme perkuliahan yang baru, siap dihantarkan bagi mahasiswa FPUA. Tidak tanggung- tanggung, berbagai fasilitas pendukung belajar mengajar terus diinovasi sesuai perkembangan zaman yang kompak dan sistematis. Hal ini dibuat semata – mata untuk kemajuan fakultas pertanian agar para alumni FPUA semakin terdepan di berbagai bidang.

Terlihat saat sekarang ini, sistem belajar mengajar di Fakultas Pertanian Universitas Andalas telah menggunakan teknologi tinggi seperti: laptop, infocus, internet bagi tiap – tiap jurusan, pustaka yang memadai, urusan administrasi perkuliahan sudah menggunakan internet, perlengkapan laboratorium yang canggih dan dalam waktu dekat ini FPUA akan mengarah agroekoteknologi serta lain sebagainya.
Hal ini diungkapkan Prof. Ir Ardi M.sc saat ditemui Tabloid diruang kerjanya.yang baru – baru ini dilantik menjadi Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas periode 2008/2012.

Prof. Ardi menambahkan, hal itu semua terjadi berkat dukungan universitas andalas yang juga memiliki komitmen kuat untuk membangun tiap – tiap fakultas. Serta dukungan dari berbagai elemen dari universitas andalas.
Sesuai dengan visi FPUA yaitu sebagai lembaga pendidikan tinggi untuk menghasilkan sarjana pertanian yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa, bermoral tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, relevan dengan kebutuhan serta mampu bersaing baik di bidang akademik maupun dunia kerja.
Hal ini bersinergis dengan misinya yaitu, menciptakan suatu sistem untuk melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka mewujudkan dan pencapaian visi.
Hal ini bukan hanya sekedar cerita saja, terbukti para alumni FPUA telah bayak menjabat posisi strategis dari berbagai aspek, baik itu di pemerintahan, kewirausaahaan dan lain sebagainya.

Konsep Agroekoteknologi
Kedepannya Prof . Ardi menambahkan dengan jabatanya sekarang ini sebagai dekan FPUA periode 2008/2012 akan terus membuat inovasi baru dan merenovasi sedikit kelemahan untuk menuju Fakultas Pertanian sesuai visi dan misi yang telah dicita – cita kan. Diantaranya: Fakultas Pertanian universitas andalas akan mengarah konsep agrotekoteknologi.

Dengan konsep ini, diharapkan nantinya FPUA bukan lagi sekedar tempat berteori dan pintar dengan data – data penelitian saja. Secara bersama dan bertahap FPUA mencoba agar ilmu yang didapatkan tersebut dapat diterapkan dengan benar dilapangan bahkan dengan konsep ini kita bisa mengarah untuk berwirausaha. Sehingga hasil yang didapatkan dengan konsep ini, bisa digunakan nantinya untuk peningkatan mutu dan menunjang keberhasilan fakultas dan menjadi fakultas yang mandiri.
Untuk mewujudkan konsep ini. Prof. Ardi menuturkan, bersama jajaran yang terkait di Fakultas, telah mempersiapkan lahan seluas 15 Ha di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Dan telah melakukan plot – plot lahan yang akan dikembangkan untuk perkebunan, tanaman musiman, perikanan, peternakan, sawah, praktikum mahasiswa, tempat santai dan lain sebagainya. Tidak tanggung – tanggung, jika konsep ini berhasil, Kebun ini juga kita buka untuk umum sebagai tempat objek wisata.

Realisasai konsep ini akan dimulai tanggal 25 oktober 2008, dengan meluncurkan 1 buah eskafator milik saya sendiri untuk membuat jalan di kebun percobaan ini, sehingga transportasi dan akomodasi berjalan dengan lancar selama pembangunan. Tutur Prof. Ardi.

Tambahnya lagi, Saya sangat mengharapkan. Semoga dengan terwujudnya konsep Agroekoteknologi ini. Diharapkan nantinya para alumnus FPUA dapat membuat lapangan pekerjaan sendiri, dengan bekal ilmu berwirausaha dari konsep Agroekoteknologi.
Untuk anggaran, Prof. Ardi dengan senyuman yang kharismatik menjawab “untuk pastinya saya belum bisa menjawab, namun kita dari jajaran fakultas pertanian terus berusaha untuk menghimpun dana, saya memperkirakan untuk terwujudnya kebun ini kita membutuhkan dana sebesar Rp100juta rupiah, perlu kerja ekstra keras agar konsep ini dapat berjalan dengan lancar”.

Tantangan terberat
Setiap pekerjaan tentu banyak menghadapi tantangan dan rintangan, disaat ditanyakan kepada Dekan yang memiliki senyum kharismatik ini, Tantangan terberat apakah yang bapak rasakan saat ini dalam menjalankan program bapak tersebut?
Tantangan tentu saja ada dan semuanya itu akan terasa berat jika dilakukan sendiri, namun dengan berdoa pada ALLAH SWT dan kerja sungguh – sungguh serta kerjasama dengan tim yang solid, saya kira tantangan yang terberat sekalipun dapat dihadapi dengan ringan. Tutur Prof. Ardi.

Akedimisi
Untuk bidang akademik Tutur Prof Ardi, secara sistematik tentu saja kita mengikuti aturan –aturan yang telah di tetapkan Universitas. Namun saya berharap, dalam masa jabatan saya ini. saya menargetkan, untuk dosen – dosen FPUA yang masih S2 agar dapat meneruskan jejang pendidikannya menjadi S3. Untuk hal ini, saya bersama jajaran akan serius untuk menanganai hal ini. Karena hal ini menyangkut mutu dan kualitas fakultas. Semakin banyak dosen yang berstatus doktor, semakin tingggi nilai kredibilitas dan kualitas fakultas tersebut. Sehingga diharapkan nantinya output yang dihasilkan juga berkualitas.

Kontrol moral
Melihat kondisi dan suara-suara yang terdengar baik dari para dosen, alumni dan orang yang dituakan. Kondisi mahasiswa/wi FPUA saat sekarang ini, dirasa mengalami kemunduran norma; baik itu norma sopan santun, tatakrama. Cara berpakaian dan lain sebagainya. Sehingga hal ini menjadi bahan gunjingan yang mungkin sering didengar oleh kalangan dosen, alumni, senior dan orang tua saat sekarang ini. Hal ini sangat merugikan bagi citra dan almamater FPUA bagaimana bapak menyikapi hal ini?

Untuk persoalan ini, saya memang sudah lama memperhatikannya. Di waktu rapat yang diadakan nanti untuk membahas tentang mata kuliah, saya mengusulkan agar mata kuliah budi pekerti dan diharapkan masalah merosotnya norma – norma yang terjadi di kalangan mahasiswa FPUA dapat diatasi. Namun disini saya juga, meminta kerjasama baik itu unit kegiatan kampus maupun forum studi islam agar dapat membantu rekan rekannya agar dapat mengontrol dan menjaga agar norma – norma sosial ini dapat diatasi dengan baik.›››ANT

Pemda Harus Serius Kendalikan Hama Arthona Pada Kelapa.


Kepala UPTD Balai Perlindungan Tanaman Perkebunan Prop. SUMBAR. Ir. H. Zainal geram dengan lambannya kinerja Pemerintah Kab. Solok dalam menangani kasus Arthona Disaat ditemui tabloid pertanian suara afta di rumah dinasnya,, dia mengungkapkan, bila serangan hama penyakit yang menyerang pohon kelapa di kanagarian koto baru kec. Kubung dan sekitarnya Kab. Solok tidak segera diatasi maka kerugian yang akan ditimbulkan sangat besar. Apalagi musuh alami yang biasa mengendalikan serangan yakni burung-burung pemakan ulat. juga hampir punah
“Hama ini telah merugikan masyarakat hingga lebih 2 miliyar rupiah. Pemerintah daerah kabupaten solok lamban menangani kasus ini. Kalau tidak cepat dittanggulangi, besar kemungkinan hama ini meluas hingga ke luar kabupaten solok,” ucapnya.

Dia menyatakan, untuk mengantisipasi serangan hama tersebut, dia telah menyurati, Bupati kabupaten solok dan Bupati kabupaten sekitar solok agar waspada dengan serangan hama artona Satoxanta, namun hingga Senin, 29 September 2008. belum tampak tanda – tanda tindakan serius yang ditempuh oleh pihak kabupaten solok.
“ Kami dari dinas propinsi, hanya bisa memperingatkan. Untuk tindakan lebih lanjut harus dilakukan oleh dinas kabupaten, hal ini disebabkan peraturan otonomi daerah yang berlaku. Demikian terang Ir. Zainal.

Larva Artona biang keladi
Ir. Zainal menjelaskan, hama Artona Sathoxanta tergolong hama berjenis serangga. Sifat dan ciri-ciritya yang hampir sama dengan kupu – kupu. Hama ini mampu terbang alami sejauh 150 m. Dengan bantuan angin, dia bisa terbang sejauh 1,5 km. Namun daerah seranganganny mampu mencapai radius 10 km. Hama ini berkembang biak pada musim kemarau.

Hama Artona memanfaatkan daun kelapa sebagai tempat berkembang biak. Hama ini beru berbahaya pada stadia larva yang berbentuk ulat. Pada stadia ini, arthona memakan lapisan epidermis dan menghisap klorofil daun yang sangat bermanfaat untuk fotosintesis., Setelah itu Arthona baru memasuki stadia pupa selama tujuh hari sebelum menjadi kupu-kupu. Total waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan stadia, mulai dari telur hingga menjadi kupu-kupu berlangsung selama 25 hari.
Sementara,katanya, hama arthona yang telah dewasa berbentu kupu-kupu hanya mampu hidup selama 21 hari dan kemudian kembali bertelur dan mati. Siklus hidup yang cepat ini membuat hama arthona berkembang cepat kalau tidak dikendalikan.

Penyebab meluasnya serangan Artona
Hasil penelitian Balai Perlindungan Tanaman Perkebunan Prop.Sumatera Barat 2008, ungkap Ir zainal. Menunjukan, terjangkitnya wabah Arthona ini di Kecamatan Kubun, Kabupten Solok , diakibatkan karena musuh – musuh alami dari Arthona Satoxanta telah hilang. Musuh alami itu adalah burung-burung pemakan ulat, seperti xathophimpla Sp dan Apamtoks Sp. Kondisi ini diperparah dengan pemakaian pestisida secara intensif di lahan – lahan pertanian yang terdapat di kabupaten solok.
Ungkap Ir. Zainal lagi, hilangnya musuh – musuh alami tersebut diakibatkan dari aktifitas masyarakat Kab. Solok yang suka menangkap burung. Sehingga terjadi ledakan perkembangbiakan hama Artona Sathoxanta. Hal ini diperparah lagi, pemda Solok tidak mengeluarkan Perda bagi warga yang melakukan penangkapan burung secara liar dan pemakaian pestisida tak terkendali.

Dampak dari serangan Artona
Akibat serangan artona, tutur Ir. Zainal. Terjadi kehilangan produksi kelapa sebesar 75% pada tahun pertama, 50% pada tahun ke dua dan 25% pada tahun ke tiga. Kami dari balai perlindungan tanaman perkebunan prop. Sumbar mencatat. Lebih dari 2 milyar rupiah kerugian yang diderita akibat serangan hama artona hingga pekan ini september 2008. Kerugian tersebut belum termasuk nilai aspek sosial dan nilai lingkungan yang telah tercemar.
Perlu perhatian yang serius oleh pemda solok untuk menangani kasus hama ini, terang Ir. Zainal. Jika tidak, berapa ribu pohon dan berapa ratus warga pemilik pohon kelapa serta konsumen lagi yang harus dirugikan akibat lambannya penanganan oleh pemda solok ini.

Penanganan untuk mengatasi kasus merebaknya hama artona
Pemda Kab. Solok musti segera mengeluarkan peraturan daerah untuk pengandalian jangka panjang untuk mengatur pengendalian musuh alami dan penjagaan lingkungan. Seperti melarang warga agar tidak menangkap burung dan melarang pemakaian pestisida sintetik secara intensif. Bagi yang melanggar, harus dihukum berat. Jika langkah ini tidak ditempuh diperkirakan hama artona ini riskan sekali bisa ditangani dan mungkin saja akan timbul wabah – wabah penyakit baru di kabupaten solok.
Ir. Zainal menghimbau, agar warga pemilik pohon kelapa yang terserang larva artona agar segera melakukan penanganan, agar serangan ini tidak meluas. Mengenai dampak, negatif terhadap kesehatan manusia seperti yang dilangsir warga di Kecamatan Kubung, dia menyatakan hal itu tidak benar. Dikatakan bahan pestisida tersebut hanya aktif dalam masa 2 bulan, sehingga pada bulan ketiga buah kelapa yang telah dilakukan penginjeksian sudah dapat di konsumsi lagi karena bahan aktif tersebut tidak mengandung residu lagi dan tidak membahayakan bagi kesehatan manusia. Demikian tutur Ir. Zainal.>>>Ant

Cara Mengendalikan Hama Arthona (Box)
1. Pengendalian Secara biologi
Pengendalian dengan, melepaskan lagi dan menangkarkan kembali musuh - musuh alami dari artona sathoxanta seperti burung pemakan ulat serta lainnya.
2. Pengendalian dengan pestisida nabati
Hama artona dapat ditangani dengan melakukan penyemprotan ekstrak daun thitonia atau daun paik – paik. Namun cara ini tidak efektif, mengingat daerah penyemprotan pada daun kelapa yang tinggi.
3. Pengendalian Secara mekanis
Menggunakan metoda penangkapan. Sesuai sifat ngengat atau serangga lainnya. Artona suka dengan cahaya. Maka dari itu, manfaatkan cahaya lampu untuk menarik arthona dan terus menangkapnya. Untuk penangkapan, sediakan ember yang sudah berisi air, atas ember tersebut taroh lampu yang sudah dialiri listrik. Artona, akan tertangkap air dan mati.
4. Pengendalian secara kimia
Untuk pengendalian secara kimia, yang perlu diperhatikan sekali. Apakah tanaman yang terserang hama penyakit sudah berada pada keadaan Explosif yaitu serangan telah meluas berat dan tidak dapat dikendalikan secara biologi dan mekanisasi.
Untuk kasus hama artona di nagari koto baru. Sudah berada dalam kedaan exlposif. Perlu penanganan menggunakan pestisida kimia sintetik dengan teknik injeksi atau penyuntikan pada batang .

Namun penanganannya perlu memperhatikan hal – hal seperti berikut:
a. Apakah pohon kelapa yang telah terserang tersebut sudah berada pada stadia larva atau belum? jika belum, jangan lakukan penanganan. Jika sudah, perhatikan lagi hal berikut ini.
b. Lakukan penurunan 3 tandan buah kelapa,
c. Penginjeksian pestisida sudah dapat dilakukan.
d. Takaran yang diberikan dalam tiap batang 10-15cc
e. Pada 3 bulan berikutnya, kelapa sudah bisa dipanen lagi. Karena residu sudah tidak ada lagi.>>>ANTON

RIBUAN POHON KELAPA KECAMATAN KUBUNG SEKITARNYA, SOLOK TERSERANG ARTONA SATHOXANTA


Ribuan pohon kelapa yang terdapat di kecamatan kubung dan sekitarnya kabupaten solok kembali terserang hama Artona Sathoxanta. Ratusan warga pemilik pohon kelapa ditaksir merugi hingga lebih 2 milyar rupiah. Diduga Hama penyakit ini berasal dari sawah luka yang terdapat di jorong kajai, nagari koto baru kecamatan kubung kabupaten solok 4 bulan yang lalu, Hama penyakit ini timbul akibat penggunaan pestisida dan hobi masyarakat yang sering menangkap musuh alami. Hingga saat sekarang ini pemerintah Kab. Solok dirasa masih lamban dalam menangani kasus ini.

Arisman Ketua Gapoktan Bareh solok murni nagari koto baru, kecamatan kubung. Petani yang banyak menderita kerugian, mengungkapkan pada tabloid. “Penyakit yang baru menyerang pohon kelapa 4 bulan terakhir ini, telah merusak ratusan pohon kelapa milik saya. Bahkan penyakit ini telah meluas di sekitar kecamatan kubung, pemerintah hingga saat ini dirasa masih lamban dalam menangani kasus ini.”.

Arisman menambahkan, menjelang lebaran ramadhan tahun ini saja. Saya tidak bisa memasok buah kelapa pada toke – toke kelapa yang terdapat di kecamatan kubung. Hal ini disebabkan toke tidak mau mengambil kelapa karena buah kelapa yang dihasilkan tidak bagus. Hal ini membuat pendapatan saya menjadi berkurang.

Hal serupa juga dirasakan Yusnetti (44th) salah satu warga sekitar kec. Kubung yang pohon kelapanya juga terserang hama penyakit. “Jangankan untuk di jual ketoke, untuk masak sehari – hari saja susah. Santan yang dihasilkan oleh kelapa yang terserang hama penyakit ini tidak bagus, buahnya seperti kelapa muda yang sudah lama tak digunakan”.

Kepala Dinas UPTD Perlindungan Tanaman Perkebunan dan Kehutanan Kab Solok Syamsu Nursal mencatat saat dihubungi tabloid AFTA, terdapat 50 Ha lahan milik warga yang terserang dan 6000 batang pohon kelapa telah mengalami dampak parah akibat hama ini.
Hama Penyakit yang menyerang daun kelapa ini dirasa telah banyak merugikan warga sekitar kecamatan kubung maupun luar. Hal ini tentu saja, menjadi perhatian para petinggi yang terdapat di kabupaten solok.

Ir Isral Jalinus anggota DPRD Kabupaten Solok, bebererapa waktu lalu memberitakan. “kami bersama jajaran akan melakukan hearing dengan dinas terkait. Persoalan hama penyakit ini telah banyak merugikan masyarakat, seharusnya dinas yang terkait telah mengambil langkah – langkah agar hama itu tidak terus berkembang menyerang pohon kelapa milik masyarakat seperti yang terjadi di nagari koto baru ini”.

Arisman menuturkan, “hama penyakit ini bermula dari 1 pohon kelapa yang terdapat di sawah luka, jorong kajai, nagari koto baru, kecamatan kubung solok dan berada tepat di depan rumah saya”. Hal ini terjadi 4 bulan yang lalu, Awalnya pohon kelapa tersebut dihinggapi oleh segerombolan hama yang meyerupai kupu – kupu, berukuran kecil, bewarna putih dan hinggap di bawah kelopak daun kelapa.

Setelah beberapa hari daun kelapa yang terdapat di sekitar pucuk menguning dan hanya tersisa pucuknya saja. Setelah itu, Hama tersebut pindah ke pohon kelapa yang di sebelahnya dan hal ini terus terjadi dari waktu ke waktu.

Akibat dari serangan hama tersebut, buah kelapa yang dihasilkan juga mengalami perubahan, ciri - cirinya : buah tidak dapat melekat dengan baik (sehingga banyak buah kelapa muda yang berguguran), warna kulit kelapa menjadi coklat kehitaman, rasa air kelapa berubah, jika dibuka isi buah sedikit dan tidak memiliki santan.
Sekarang hampir 75% pohon kelapa yang terdapat di kanagarian koto baru dan sekitarnya bernasib sama

Hama yang menyerang daun kelapa ini, merupakan hama artona. Hal ini diungkapkan oleh PPL kec. Kubung Abas(45th) pada tabloid. “Dari ciri – ciri hama dan penyakit yang ditimbulkan oleh serangan hama tersebut, memiliki kemiripan dengan ciri – ciri yang ditimbulkan oleh hama artona sathoxanta. Namun saya belum bisa memastikan hal itu. Karna perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah hama tersebut benar hama artona atau bukan. Disini diharapkan para ahli hama dan penyakit serta pihak yang terkait agar dapat meneliti kasus ini dengan baik”

Sementara itu Arisman mengatakan, perlu penanganan segera dan tindak cepat yang musti dilakukan berbagai pihak terkait, baik itu dinas hama penyakit, perkebunan dan kehutanan, peneliti dan sebagainya agar dapat menuntaskan kasus hama penyakit ini dengan segera. Jika tidak, di khawatirkan wabah penyakit ini akan meluas hingga luar kabupaten solok.

Timbul Persoalan
Sebagai bahan perbandingan kata arisman. Dulu pada tahun 2003, pohon kelapa daerah ini juga pernah terjangkit penyakit yang disebabkan oleh ulat. Ulat tersebut menyerang daun dan memakan semua daun hingga tak bersisa. Penanganan penyakit tersebut sudah dilakukan oleh dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten solok dengan menyuntikkan obat pada batang kelapa dan setelah 4 bulan kemudian, pohon kelapa tersebut kembali sehat. Tapi, pohon kelapa yang tidak disuntikkan obat, juga sembuh dalam kurun waktu yang agak lama, sekitar 6-7 bulan.

Pada waktu itu timbul persoalan di tengah masyarakat pemilik pohon kelapa, dimana pohon kelapa yang telah disuntikkan obat, buahnya tidak mau dibeli oleh konsumen. Hal ini terjadi karena konsumen takut memakan buah kelapa yang telah di beri obat. Karena buah kelapa tersebut dapat mengganggu kesehatan, Tutur arisman.

Berdasarkan hal itu, pertengahan bulan puasa 19 september 2008. Datang dinas perkebunan dan kehutanan untuk menyuntikkan obat yang sama pada batang kelapa di daerah ini dengan harga Rp1000/batang. Namun warga tidak merespons nya dengan baik . Karena takut hal serupa, kasus 2003 terulang kembali.

Tambah arisman lagi, apabila nanti ditemukan obat yang dapat menangani masalah hama penyakti yang menyerang daun kelapa ini, diharapkan merupakan ramuan secara organik atau pestisida nabati. Karena dengan pestisida nabati, berkemungkinan buah kelapa yang dihasilkan nantinya akan terjaga kesehatannya. Sehingga konsumen tidak merasa was – was lagi dengan buah kelapa yang dihasilkan pada periode berikutnya. ›››ANT

Selasa, 17 Maret 2009

Bioteknologi Tingkatkan Ketahanan Pangan Sumbar


Bioteknologi, salah satu teknologi tepat guna yang terbukti dapat meningkatkan Ketahanan Pangan Sumbar pada khususnya dan Indonesia pada umunya, hal ini disampaikan oleh Rektor Unand Prof. Musliar Kasim dalam pembukaan Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production di Universitas Andalas Padang, Selasa 17 maret 2008.

Lebih lanjut Prof. Musliar Kasim menjelaskan pada wartawan, perlu dilakukannya upaya serius oleh pemerintah maupun pihak tekait agar teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ilmu bioteknologi juga memberikan kontribusi besar dibidang peternakan serta farmasi.

Sebelumnya senin, 16 maret 2009, Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, dalam audiensi dengan panitia pelaksana mengatakan kedepan perlu dilakukan kerjasama antara Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, Stake Holder dan masyarakat dalam mengembangkan tanaman dan ternak spesifik Sumatera Barat, seperti tanaman Cabai tahan penyakit kuning dan kriting, tanaman Kakao yang tahan penggerek buah Kakao (PBK), tanaman penghasil gaharu yang berkualitas double super , dan tanaman gambir mengandung Katechin serta Tannin yang tinggi. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri, perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, stake holder dan masyarakat. Dan pada malam harinya panitia pelaksana dan peserta seminar dijamu makan malam oleh wakil wali kota padang Ir. Mahyeldi Ansyarullah.

Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production ini dilaksanakan dalam rangka Lustrum Fakultas Pertanian ke 11 atau Dies Natalis Fakultas Pertanian Universias Andalas yang ke 55 dengan pembicara Prof. Dr. Wolfgang Nellen (Kassel University-Germany), Dr.Bambang Purwantara(Seameo Biotrop), Dr. Tantono Subagyo (Syngenta-HAKI), Prof. Dr. Fasli Djalal, SPGK (Dirjen Dikti), Prof. Dr. Sudarsono(IPB Bogor), dra. Surti Kurniasih, MS(IPB Bogor), Dr.Sc.Agr. Ir. Jamsari, MP ( Ketua PHBI Sumbar/Fak.Pertanian Unand), Prof. Dr. Trimurti Habazar(Fak.Pertanian Unand), dan Prof. Dr. Sumaryati Syukur (FMIPA Unand).

Kamis, 05 Maret 2009

MANINJAU ANUGERAH YANG MEMBAWA MALAPETAKA


Danau Maninjau suatu anugerah tak ternilai yang tercipta di Sumatera Barat. Dikitari oleh bukit-bukit serta udara sejuk. Danau Maninjau memberikan pandangan yang eksotik jika dilihat dari Puncak Lawang.

Namun bila dilihat lebih dekat, keindahan tadi memudar. Terlihat air danau yang menghitam, punahnya beberapa satwa danau, Sampah yang berserakan, serta rusaknya lingkungan. Hal ini suatu malapetaka bagi Flora, Fauna dan Masyarakat yang memanfaatkan air Danau sebagai sumber kehidupan.

Belum lagi terpecahkan persoalan punahnya sejumlah satwa lokal danau seperti ikan cideh – cideh/ Ikan Balang Harimau, Ikan Supareh Batu dan tumbuhan lumut Jari Amon. Awal tahun 2009 ini, Masyarakat Sumatera Barat dan luar Sumbar dihebohkan dengan matinya ratusan juta ikan budidaya keramba di sekitar perairan Danau Maninjau. Hal ini membuat pasokan Ikan Nila dan Majalaya di pasaran berkurang secara dramatis.

Diperlukannya usaha keras bagi pemerintah , masyarakat dan peneliti untuk mengembalikan kondisi danau maninjau seperti sebelum tahun 1985 dan usaha ini mungkin saja tidak dapat dilakukan.

Untuk itu, diperlukannya solusi yang cerdas bagaimana Danau Maninjau bisa dijaga serta terawat yang tentunya tidak merugikan pihak-pihak yang memanfaatkan air danau maninjau sebagai sumber kehidupan.

Gindo 42 tahun, Ketua Kelompok Tani KJA (Keramba Jaring Apung) Bayua Saiyo di Nagari bayua Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Menyebutkan, Musibah kematian Ikan keramba yang baru – baru ini terjadi di Maninjau diakuinya akibat ulah manusia dan sebagai pemicunya peran alam.

Gindo menjelaskan, Sebagian besar petani ikan keramba terapung yang terdapat di danau maninjau menggunakan pelet ikan. Sisa dari pelet ikan yang sering disebut dengan residu pakan ikan, telah terakumulasi di dasar danau maninjau.

Kemudian, jelas Gindo. Akibat adanya badai yang berasal dari angin gunung, menimbulkan arus besar di permukaan dan di bawah permukaan air danau dan ditambah tidak bagusnya sirkulasi air danau, Hal ini di perparah dengan jumlah populasi ikan rata –rata pada tiap keramba di danau maninjau hanya berukuran 5x5 meter berjumlah melebihi kapasitas yang dianjurkan yaitu 5000 tiap satuan keramba, membuat air bersama residu pakan ikan tercampur dan mengurangi pasokan oksigen O2 di dalam air. Akibatnya kebutuhan oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh ikan berkurang dan tentu saja bagi ikan yang tidak sempat mencari lokasi yang masih banyak oksigen O2 mati dengan tragis.

Hal senada juga disampaikan oleh Haji Alfi, Pimpinan PT. Mayang Taurai, salah satu perusahaan keramba ikan terapung terbesar di maninjau yang sekaligus mengalami kerugian besar pasca tragedi kematian ikan menyebutkan. Peristiwa kematian ikan di maninjau ini bukan saja disebabkan faktor akumulasi residu pakan ikan, sirkulasi air danau yang tidak bagus dan kelebihan kapasitas populasi ikan. Juga disebabkan faktor limbah rumah tangga , hotel/ motel, erosi dari bukit – bukit yang mengandung logam – logam berat yang tercampur bersama dengan air danau. Sehingga pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh ikan berkurang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Akmal Sutan Pamenan 54 tahun, Wali Jorong Sungai Tampang Kanagarian Tanjung Sani Kecamatan Tanjuang Raya, faktor – faktor pemicu penyebab tragedi kematian ikan di danau maninjau seperti yang telah diungkapkan oleh bapak gindo dan bapak alfi, memang benar. Tragedi kematian ikan keramba di danau maninjau ini bukan disebabkan faktor gas belerang.

Akmal menjelaskan, Pada hari rabu 19 nopember 1997 danau maninjau pernah mengeluarkan gas belerang. Hal ini membuat sebagian besar ikan danau maninjau mati baik ikan keramba maupun ikan asli danau. Masyarakat Maninjau menyebut gas belerang dengan nama tubo belerang. Siklus alam ini biasanya terjadi satu kali dalam sepuluh tahun. Dan jika peristiwa ini terjadi, pasti akan menyisakan bau belerang di udara sekitar kawasan danau. Tapi pada tragedi kematian ikan danau pada awal januari tahun ini tidak menimbulkan bau belerang sedikitpun.

Tambah akmal lagi, Adapun peristiwa alam sebelum terjadinya tragedi kematian ikan danau maninjau januari 2009. Dimulai dengan adanya angin badai pada akhir bulan desember 2008, pada saat tersebut banyak keramba yang rusak akibat terjangan badai dan terjadi perubahan warna air danau yang agak kehitaman serta keruh. Pada tanggal 3 januari 2009 ikan – ikan sekitar danau mulai mati dan puncaknya tanggal 7 januari 2009.

Peristiwa diatas memang diakui oleh Hamdi Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana BAPEDA Kabupaten AGAM. “Air di Danau Maninjau sudah tercemar oleh limbah pakan pelet ikan atau residu pelet ikan. Kesimpulan ini saya dapatkan dari pengamatan di lapangan dan hasil data penelitian yang disampaikan oleh LIPI yang baru – baru ini melakukan penelitian dan uji labor terhadap kualitas air danau maninjau.

Gindo, selain sebagai petani keramba juga berprofesi sebagai Sekretaris Paguyuban Bravo Sentra Bujang 9 frekuensi 365 mhz roger. Menambahkan, Kematian ikan di daerah bayur terjadi dari tanggal 3-5januari 2009 yang dimulai dari daerah muko – muko hingga pandan.

Selain lokasi yang telah disebutkan diatas, berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa masyarakat di sekitar kawasan Maninjau . Wilayah yang mengalami dampak parah adalah sigiran, sungai tampang, batu anjiang, batu nanggai, galapuang, pandan, tanjuang sani, dan sungai batang. Sedangkan untuk nagari maninjau wilayah yang terkena dampak parah yaitu kukuban, bancah, kubu baru, paninggahan, pasa maninjau dan gasang

Haji Alfi, Pengusaha budidaya ikan majalaya dan nila yang berlokasi di kecamatan tanjung raya. Mengungkapkan, “Pada Musibah kematian ikan yang melanda danau maninjau baru- baru ini, telah merugikan saya hingga mencapai dua puluh miliyar rupiah, namun hal ini tidak membuat saya patah semangat untuk membudidayakan ikan lagi, karena semua kenikmatan dan musibah yang ada tersebut merupakan cobaan yang diberikan ALLAH SWT.” Yang penting, memikirkan bagaimana hal ini tidak terulang kembali di kemudian hari. Sehingga kedepan, anak cucu dan kemanakan bisa merasakan anugrah danau maninjau yang merupakan titipan dari ALLAH SWT .

Tragisnya, Saat ditanyakan pada Gindo, Haji Alfi, Akmal dan beberapa masyarakat maninjau dilokasi dan waktu yang berbeda. Sepakat menyebutkan tidak pernah mendapatkan pengarahan, pembinaan dalam mengusahakan budidaya keramba ikan oleh PPL Perikanan, bahkan LIPI yang berada dikawasan maninjau seakan – akan keberadaannya tidak terasa olah masyarakat mainjau.

Seharusnya dengan pengarahan dari PPL, peristiwa kematian ikan dapat di tekan berdasarkan teknologi – teknologi tepat guna yang telah di cobakan. Bahkan LIPI yang semustinya memberi peringatan warning atau waspada kepada masyarakat terhadap status air danau yang telah tercemar berat. Tidak tampak upaya konkrit dalam upaya mengatasi masalah kerusakan lingkungan ini. Dan pemerintah Pemkab AGAM semustinya memberikan upaya cepat tanggap mengambil keputusan mengatasi persoalan yang terjadi ini nyaris tidak terlihat, dimana tugas dari pemerintah adalah sebagai pelayan masyarakat dan pengayom masyarakat.

Untuk itu, diperlukannya upaya – upaya nyata yang diharapkan nantinya bisa menjaga kelestarian dari ekosistim danau maninjau ini. Sehingga kawasan danau maninjau yang digunakan sebagai daerah Wisata, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, BUMN/PLTA, Pemerintah dan Alam dapat bersinergi yang tentunya memberikan kontribusi yang besar baik oleh manusia maupun seisi alam.

Ikan keramba yang dikelola oleh Gindo Ketua Kelompok Tani Keramba Bayua Saiyo, tidak banyak mengalami kematian pada musibah yang terjadi beberapa waktu lalu. Malahan pada saat kejadian banyak ikan yang bisa diselamatkan. “ Kelompok kami yang memiliki 50 buah keramba menjaga dengan baik jumlah populasi ikan pada tiap keramba yaitu sebanyak 5000 ekor per keramba dan jarak antar keramba diatur dengan baik. Sehingga banyak ikan yang dapat diselamatkan dan pasokan oksigen dalam air terjaga”.

Ungkap Gindo lagi, Kedepannya upaya yang musti di tempuh oleh masyarakat maupun pemerintah sehingga kejadian kematian ikan dapat ditangani serta lingkungan dapat di jaga yaitu mengganti pelet ikan kimia menjadi pelet ikan organik. Hal ini merupakan salah satu faktor kunci, mengingat yang menjadi faktor kematian ikan di danau maninjau serta punahnya beberapa satwa lokal spesifik maninjau semenjak tahun sembilan puluhan adalah terakumulasinya residu pelet ikan kimia.

Selain itu tambah Gindo lagi, Dibuatnya semacam wadah kelembagaan baik itu berupa Koperasi maupun LSM atau Gabungan Kelompok Petani Ikan Keramba yang bersifat konstruktif.

Lanjut Gindo lagi, Kelembagaan ini mempunyai tugas penting untuk mengatur dan menjaga Kelestarian Danau. Serta berperan aktif membersihkan pantai, berprogram untuk meningkatkan ekonomi petani keramba, membuat pelet ikan organik, selalu waspada dan aktif memberikan informasi pada masyarakat mengenai keadaan air danau, mengatur tata ruang keramba serta menjaga sirkulasi air danau.

Jika upaya ini ditempuh, Gindo bapak dari 4 orang anak ini. Yakin, keadaan lingkungan danau maninjau bisa terjaga, bahkan kepariwisataan dapat ditingkatkan.

Hal senada juga disampaikan oleh Akmal 54 tahun, tokoh sekaligus pemerhati danau maninjau di tempat berbeda. Selain seperti yang disampaikan oleh bapak Gindo, Weer sebagai pintu utama dari keluaran air danau maninjau yang di kelola oleh PLTA di pasang balok-balok, seperti sebelum tahun 2007 dulu. Apabila air naik, balok di pasang dan bila air turun balok di buka. Yang jelas dengan upaya ini aliran permukan dan bawah danau lancar serta tidak terhambat.

Apabila Hal ini dilakukan, saya yakin. Masyarakat danau maninjau sangat berterimakasih sekali pada pemerintah PEMKAB AGAM sebagai pengambil kebijakan dan ini merupakan langkah kongkrit untuk penyelamatan ekologi danau.

Ditempat dan waktu yang berbeda. Rahman, SIP Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi Pemerintah Daerah Kabupaten Agam menyebutkan. BUPATI AGAM dan Jajarannya akan mengambil langkah dalam rangka penanggulangan bencana kematian ikan yang menimpa danau maninjau beberapa pekan silam. Namun hal ini perlu pengkajian yang lebih lanjut dan musyawarah secara seksama dengan berbagai pihak, Sehingga kebijakan yang akan diambil nantinya benar – benar tepat sasaran dan sesuai dengan yang diinginkan bersama.

Tambah rahman lagi. Untuk itu, berdasarkan rapat yang telah dilakukan BUPATI Agam bersama jajaran beberapa waktu lalu. Kita akan melakukan survei sekaligus sosialisasi rencana pengelolaan dan penetapan kawasan danau maninjau pasca bencana musibah kematian ikan keramba jaring apung di danau maninaju dari tanggal 30 januari hingga 4 februari 2009. Inshaallah, kesimpulan dari Survei dan sosialisasi ini akan kita umumkan dan pelaksanaan kebijakan diperkirakan akhir februari 2009.

Adanya isu yang beredar di tengah – tengah masayarakat bahwa PEMKAB AGAM tidak mendukung berkembangnya keramba ikan di danau maninjau serta isu tindakan untuk menertibkan dan melarang masyarakat untuk berkeramba ikan. Ditegaskan oleh Rahman, “ISU ITU TIDAK BENAR”. PEMKAB Agam bahkan mendukung berkembangnya usaha kerakyatan seperti keramba jaring apung danau maninjau. Bahkan PEMKAB Agam juga telah memberikan berbagai subsidi baik berupa bantuan bibit ikan maupun yang lainnya dalam rangka untuk menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan terutama keramba jaring apung. Serta PEMKAB AGAM tidak pernah mendapatkan intervensi oleh suatu perusahaan manapun untuk menghilangkan ekonomi kerakyatan berbasis Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung.

Berdasarkan berkas surat yang di dapatkan dari BAPEDA AGAM. Kesimpulan sementara yang dirumuskan saat ini dan diketahui oleh BUPATI AGAM dan Ketua DPRD Kabupaten AGAM yang dilampirkan tanda tangan semua peserta adalah sebagai berikut. Pertama, Penetapan zonasi dan pengaturan perizinan budidaya KJA dengan peraturan BUPATI AGAM. Kedua, Perbaikan sistim perikanan keramba dengan pendekatan teknologi yang meliputi pemeliharaan, pembibitan dan pengelolaan ramah lingkungan. Ketiga, Penetapan batas kuota keramba jala apung sesuai daya dukung danau. Keempat, Peningkatan sistim informasi perubahan perairan danau. Kelima, Peningkatan alternatif usaha ekonomi masayarakt selain di bidang perikanan. Keenam, Pengaturan sirkulasi air. Ketujuh, Indentifikasi petani KJA korban bencana. Kedelapan, Program mitigasi penanggulangan bencana danau maninjau.

Nama : Anton Wardani

Obrolan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x