Minggu, 19 Juli 2009

CAMPUR TANGAN ORANG MAMPU PERCEPAT PROSES PEMBERDAYAAN PETANI


Moehar Daniel
Direktur Pemberdayaan Petani Yayasan AFTA)

Dalam beberapa tulisan sering dibahas mengenai kondisi dan keberadaan petani serta rakyat kecil dewasa ini. Intinya, mereka berada dalam ketidak berdayaan yang sebagian besar dicerminkan oleh maraknya kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan kepincangan.

Tanpa menyalahkan siapa dan apa, sudah saatnya kita sebagai bagian dari anak bangsa yang besar ini untuk berbuat dan berperan serta mendukung upaya pemerintah untuk memerangi ketiga hal diatas. Ketiganya merupakan butir akibat yang sangat ditakuti oleh negara berkembang yang sedang giat melakukan pembangunan. Pada penerbitan tiga bulan yang lalu, penulis mengemukakan sebuah wacana dan sistem pembangunan yang diperkirakan efektif untuk membangkit keterpurukan masyarakat pedesaan yang mayoritas petani. Isinya adalah proses pemberdayaan masyarakat melalui penggalian potensi secara simultan, terarah dan didampingi secara berkelanjutan, sehingga masyarakat akan merasa tersentuh. Sentuhan itu merupakan kata kunci dalam membimbing dan memotivasi masyarakat untuk menggali semua potensi yang ada guna mencapai kesejahteraan dan kekuatan mencapai keseimbangan. Dengan demikian, posisi tawar masyarakat kecil akan meningkat dan sekaligus kemiskinan serta pengangguran dapat dieliminir. Wacana atau Program tersebut diharapkan dapat dilaksanakan mulai tahun 2009 oleh Pemerintah Sumatera Barat, dimotori oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Sebagai lanjutan dari wacana tersebut, berikut dikemukakan salah satu kegiatan sebagai implementasi program tersebut yang sejalan dan mendukung program yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai bagian dari Yayasan AFTA yang mempunyai visi “menggapai kesejahteraan petani” dengan memberdayakan para alumni, penulis merasa berkewajiban untuk berpikir dan berbuat lebih jauh, sesuai dengan tugas yang diemban sebagai direktur “Divisi Pemberdayaan Petani”. Kegiatan yang dikemukakan berikut ini merupakan program lima tahun dari Divisi tersebut untuk “Maju Bersama Petani”.

Pada dasarnya, disamping masalah harga dan pemasaran, masalah utama yang dihadapi petani yang menciptakan ketidak berdayaan mereka adalah ; 1). Lemahnya penguasaan modal, 2). Lemahnya penguasaan informasi dan teknologi serta 3). Kurangnya pembinaan yang berkelanjutan. Sampai saat ini petani masih tertatih-tatih mencari jatidiri untuk memperkuat posisi tawar mereka. Tetapi nampaknya tanpa campur tangan pemerhati atau personal maupun lembaga yang punya “kepedulian” terhadap petani, sulit diharapkan nasib petani akan berubah. Bahkan dikhawatirkan bila keadaan ini berlanjut, pergeseran yang akan terjadi lebih mengarah pada penajaman jurang pemisah antara mereka dengan lapisan yang lebih beruntung yang membuat petani semakin terpuruk. Apalagi kalau diperhatikan, dewasa ini sistem “kapitalis” sudah merasuk sampai kelapisan bawah untuk menghisap rakyat kecil. Celakanya lagi, suasana Pemilu dan Pilkada dimana-mana banyak yang memanfaatkan keberadaan petani. Karena kantong suara untuk pemenangan pertarungan politik ada ditangan petani. Pengalaman masa lalu diharapkan tidak berulang kembali, dimana petani sering dimanfaatkan sesaat untuk mencapai tujuan sang pemain politik. Berbagai embel-embel, berbagai janji manis atau angin surga dilemparkan supaya petani memilih mereka. Tetapi setelah terpilih, mereka asik memperjuangkan kepentingan diri pribadi dan kelompoknya sementara petani dan rakyat kecil lainnya tetap terabaikan. Diharapkan, petani dan masyarakat kecil mulai berpikir jernih, tidak mudah terpengaruh dan berupaya tidak tergoda dengan segala bujuk rayu agar tidak menimbulkan penyesalan nantinya. Buktikan bahwa petani mampu berbuat dan berupaya untuk memperkuat kemandirian. Kita serahkan pilihannya kepada petani karena bukan itu pesan atau maksud penulisan artikel ini.

Mulai awal tahun 2008, Divisi Pemberdayaan Petani (DPP) Yayasan AFTA menggalang program pemberdayaan petani melalui kerjasama dengan para pengusaha dan personal pemilik modal. Rintisan kegiatan tersebut telah dimulai di jorong Titith Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Mayoritas masyarakat jorong tersebut, terutama yang bermukim di dusun ”Bukik Duo” tergolong KK miskin. Kemiskinan ini bisa jadi sebagai akibat dari jauhnya lokasi dari jalan raya. Kendaraan roda empat hanya bisa masuk dimusim kemarau bila jalan dalam keadaan kering. Bila musim hujan dusun ini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau kendaraan roda dua. Mereka mempunyai lahan yang cukup luas, tetapi tidak tergarap karena tidak mempunyai modal dan keterampilan yang cukup. Kelompok tani ini merupakan binaan LKMA Primatani Baso. Mereka sudah mulai membangun jalan usahatani secara swadaya melalui gotong royong. Masyarakat yang hampir terisolir tersebut hidup serba kekurangan dibanding dengan masyarakat lainnya pada nagari yang sama.

Bersama-sama dengan pengelola LKMA Primatani Baso, DPP Yayasan AFTA mencoba mengumpulkan masyarakat untuk menyusun rencana pengembangan yang sesuai dengan minat dan kemampuan masyarakat setempat, sesuai dengan dukungan lahan dan lingkungan. Setelah dilakukan pendekatan partisipatif dan diskusi, secara bersama disepakati bahwa mereka akan mengembangkan usahatani jeruk madu dan sayuran organik disamping pengembangan kopi organik dan tembakau yang sudah berkembang tetapi tidak terpelihara dengan baik. Untuk itu mereka butuh bantuan bibit dan pengadaan ternak kambing. Ternak kambing ditujukan untuk menyediakan sumber pupuk organik dan sumber tambahan pendapatan. Sehubungan dengan itu, DPP Yayasan AFTA mendekati beberapa orang pengusaha dan pemilik modal untuk membantu kebutuhan petani tersebut. Saat ini telah diperoleh bantuan bibit jeruk dari Ir.Fikri Amir Direktur PSA (Pusat Studi Agribisnis), Gando Piobang Kabupaten Limapuluh Kota. Bantuan kambing sebanyak 10 ekor diadakan oleh pengusaha dari Bukittinggi. Tahap pertama, luas penanaman jeruk dikembangkan 1 ha, dilakukan oleh dua orang petani. Sementara anggota kelompok lainnya menunggu giliran untuk mendapatkan bantuan. Setiap aktivitas penerapan teknologi seperti pengolahan tanah, penggalian lubang tanam jeruk, usahatani sayuran, pembuatan pupuk kompos dan pembuatan kandang kambing, dibina dan dibimbing secara berkelanjutan oleh tenaga lapang Yayasan AFTA bersama pengelola LKMA Primatani dan aparat pertanian setempat.

Pemberdayaan ini dilakukan dengan perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, petani tidak mendapatkan bantuan secara cuma-cuma, tetapi berkewajiban membayar kembali semua bantuan yang diterimanya tersebut. Setelah jeruk dan kambing menghasilkan (diperhitungkan setelah 2-3 tahun), hasil yang diperoleh dibagi secara proporsional. Setelah dikeluarkan biaya modal dan tenaga kerja yang dicurahkan, maka petani akan menerima 70 % hasil jeruk dan pengusaha sebanyak 30 % . Kemudian tenaga pembina dari Yayasan AFTA menerima 10 % dari bagian petani dan 30 % dari bagian pengusaha sebagai pengganti biaya transportasinya. Sementara kambing yang diperbantukan akan kembali menjadi pemiliknya ditambah dengan setengah jumlah anak dan atau cucu kambing yang dihasilkan. Artinya, petani sangat terbantu dengan bibit dan pupuk kandang, juga perolehan tambahan pendapatan dari hasil ternak. Dan pengusaha atau pemilik modal juga akan memperoleh kembali modal yang dipasoknya ditambah dengan bagian keuntungan. Dengan demikian para pengusaha atau pemilik modal sudah berjasa membantu saudaranya sambil menabung, bahkan juga memperoleh sedikit keuntungan. Bila dibandingkan dengan tabungan yang ditempatkan di Bank konvensional, mungkin tabungan bantuan ini akan memberikan manfaat yang lebih besar, terutama bila tabungan tersebut dalam jumlah nominal yang rendah sehingga bisa habis untuk biaya administrasi bulanan perbankan. Satu, dua juta atau satu dua ekor kambing sangat bernilai bila diperbantukan kepada lapisan masyarakat yang membutuhkan, apalagi sepuluh juta atau sepuluh ekor kambing?.

Model ini dikembangkan bukan untuk mencari keuntungan bagi tenaga Yayasan atau pengusaha, tetapi semata-mata hanya untuk membantu dan memberdayakan petani. Disamping itu mereka (petani) juga akan merasa bertanggung jawab dengan bantuan yang diterimanya. Sehingga petani-petani ini bisa menciptakan dirinya sebagai petani yang mampu berjuang dan mampu bekerjasama dengan semua pihak. Petani seperti inilah nantinya yang diharapkan akan mampu mandiri dan berjaya dengan penguatan modal yang diterimanya. Bila model ini bisa menjadi perhatian dan menggugah para pengusaha atau siapapun yang mempunyai kepedulian terhadap sesamanya, diyakini sektor pertanian akan bangkit dan berjaya sebagai pemicu perkembangan ekonomi masyarakat yang dimulai dari Nagari. Pertanian seperti ini akan berkembang dan akan membuktikan bahwa potensi yang dimliki bisa dimanfaatkan secara optimal dan bermanfaat bagi semua pihak. Kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan kepincangan secara perlahan akan terentaskan, dan sektor pertanian bergerak maju sebagai ”leading sector”nya perkonomian daerah Sumatera Barat.

Walaupun belum memperlihatkan hasil, kegiatan ini sudah diketahui oleh banyak petani disekitar lokasi. Bahkan petani organik binaan LKMA di Koto Tinggi juga sudah sangat mengharapkan mendapatkan program serupa. Saat ini sudah ada 6 Kelompok Tani yang meminta agar anggotanya yang kurang mampu dibantu juga melalui program kerjasama tersebut. Oleh karena itu, DPP Yayasan AFTA berusaha keras untuk bisa mendapatkan suntikan modal dari masyarakat yang peduli dengan kepentingan bersama, terutama dalam pemberdayaan masyarakat yang kurang beruntung. Dalam waktu dekat akan dilayangkan surat himbauan kepada masyarakat, terutama yang ”mampu” dan mau, serta mempunyai kepedulian terhadap nasib petani, untuk ikut berpartisipasi. Yayasan AFTA melalui Divisi Pemberdayaan Petani akan menampung semua bantuan (tabungan) tersebut untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat lainnya yang membutuhkan. Penyaluran tidak hanya sekedar memberikan, tetapi diikuti dengan pembinaan dan pembimbingan secara berkelanjutan oleh para tenaga ahli dan tenaga lapang Yayasan. Bisa dijamin bahwa bantuan (tabungan) yang diberikan tidak akan berkurang, malahan akan bertambah, karena dalam perjanjian yang dibuat petani akan mengganti semua kerugian bila terjadi, sebagai akibat dari kelalaiannya.

Melalui tulisan ini, penulis menghimbau kepada semua pihak yang tergerak hatinya dan yang mempunyai kepedulian terhadap nasib sesama anak bangsa serta punya rasa tanggung jawab terhadap perkembangan daerah, untuk ikut berpartisipasi. Silahkan anda mendatangi Yayasan AFTA dan berikan bantuannya untuk disalurkan kepada yang membutuhkan. Atau bisa juga hubungi personal AFTA dan catatkan bahwa anda salah satu orang yang peduli dengan nasib petani. Bila anda ikut dalam program ini berarti anda sudah maju selangkah dan bisa digolongkan sebagai pahlawan masyarakat yang Islami. Karena Allah SWT telah memerintahkan kita untuk peduli dengan sesama dan hidup saling mengasihi. Kepedulian kita berarti telah mengangkat martabat anak bangsa dan berperan mengembangkan perekonomian daerah. Siapa lagi yang akan membangun negeri ini kalau tidak kita sendiri. Mari kita coba dan mari kita ”Maju Bersama Petani”.

Obrolan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x