Minggu, 19 Juli 2009

Demplot Pengembangan Budidaya Jagung Prima Tani Panampuang Tanam Berbagai Jenis Bibit Jagung



Tim Prima Tani Kabupaten Agam melaksakan demplot dan percobaan tanaman jagung di Nagari Panampuang, kec IV angkat dengan melibatkan kelompok tani Maju Terus dan PPL Nagari Panampuang Warnerim Sp.

Latar belakang kegiatan ini adalah karena Panampuang sebagai salah satu sentra produksi jagung dipandang perlu untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas jagung sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani.

Untuk itu mewujudkan semua itu salah satu kegiatan Prima Tani Kab Agam yang berada di Panampuang mengadakan semacam percontohan sekaligus demplot penanaman berbagai jenis bibit Jagung guna untuk mendapatkan hasil rekomendasi tata cara dan bibit yang cocok untuk nagari Panampuang.

“Kegiatan ini dinamakan dengan Koleksi jagung rebus Sumatera Barat dan sebagai pembanding didatangkan juga bibit dari beberapa daerah di Sumbar dan satunya dari Jawa yakni jagung manis. Terdiri dari enam varitas yakni jagung hibrida N35 yang biasa dipakai oleh petani Saliang Paung untuk jagung rebus, Dupon juga spesial untuk jagung rebus karna sangat manisnya, dan selanjutnya sebagai pembanding kita datangkan jagung lokal sebagai pembangding yakni yang pertama dari Gadut Bukittinggi, kedua dari Rambatan Batusangkar, ketiga Jagung Lubuk Alung, dan terakhir jagung Panampuang.” Jelas Ir Asril Sahar kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA yang melihat langsung kegiatan penanaman perdana tanaman jagung tersebut.

Kegitan tersebut dihadiri oleh Tim Prima Tani Yakni, Ir Asril Sahar, Syafrizal, dan Yanofi Hendri, serta Warnerim PPL nagari Panampuang, dan Pengurus Kelompok Tani Maju Terus Dengan ketuanya Bujang Suhendri.

Lebih jauh Asril menerangkan “ Dalam kegitan ini kita mencoba membuat tiga perlakuan pemupukan, yang pertama yakni sesuai dengan paket rekomendasi yang diberikan oleh produsen jagung, yang kedua kita berikan pemupukan kimia setengah rekomendasi dan ditambah dengankompos kotoran ternak, dan perlakuan yang ke tiga yakni menurut dengan kebiasaan petani setempat. Dan nanti akan sama-sama kita lihat bagaimna hasilnya dan yang terbaik akan kita jadikan acuan dan rekomendasi tatacara dan pembibitan yang cocok.”

Dalam proses pembentukan buah biasanya tanaman jagungm akan terjadi perkawinan silang, masalanya adalah ketika enam varitas yang ditanam disatu lahan kemudian terjadi perkawinan silang apakah ini tidak akan mempengaruhi terhadap mutu, rasa dan kualiatas jagung demplot. Dijelaskan oleh Asril “ Memang benar pada tanaman jagung dengan bantuan angin akan terjadi perkawinan silang namun sejauh ini menurut hasil penelitian bahwa untuk kualitas produksi jagung tidak dipengaruhi oleh hasil perkawinan silang tersebut, namun pengarunhnya akan terlihat apabila buah jagung tadi dijadikan bibit maka akan terjadi pertumbuhan yang berbeda karna telah mengalami percampuran dengan varitas lainya.”

“Adanya kegiatan ini sekaligus kita harapkan hasil yang maksimal guna untuk dapat dijadikan acuan oleh petani sekitar” kata Asrir mengahiri penjelasannya pada Suara afta. (dna)


SOSIALISASI DANA PENGEMBANGAN USAHA AGROBISNIS (PUAB)



Tim pembina dana PUAB propinsi Sumatera Barat melaksanakan sosialisasi seputar dana PUAB pada 11 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Agam Penerima Dana PUAB, bertempat di Aula pertemuan kantor Pertanian Agam.

Pada acara tersebut lebih difokuskan pada sistim pengelolaan dana puab oleh Gapoktan. Acara dihadiri oleh ketua Gapoktan penerima dana PUAB serta penyuluh pertanian dan Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian dan Wali Nagarinya serta tim pembina Propinsi dan Kabupaten yang terdiri dari unsur dinas terkait dibidang agrobisnis.

Nasrul salah seorang nara sumber dari Dipertahor Sumbar menjelaskan bahwa untuk pengelolaan Dana PUAB Gapoktan harus membentuk LKMA (lembaga Keuangan Mikro agro Bisnis) dan ini sesuai dengan keputusan peraturan mentri Pertanian tentang kelembagaan petani, serta petunjuk teknis yang telah dikeluarkan Pemprov Sumbar. “Pengelolaan dana bantuan untuk kelompok tani kedepannya diarahkan untuk dikelola oleh suatu lembaga tersendiri yang lebih profesional yakni untuk saat ini LKMA. Dengan sebuah Manajemen yang bagus maka diharapkan bantuan pemerintah dapat mencapai target dan sasaran yang lebih baik.” Ucap Nasrul

Sementara Endrizal kabid Eko Sus Bud Bapeda Agam menawarkan pada gapoktan penerima dana PUAB untuk menjadikan Lembaga Keuangan Mikro BMT, sebagai mitra Gapoktan dalam pengelolaan dana PUAB, dengan alasan saat ini di Agam sedang gencarnya melakukan penumbuhan BMT, dan direncanakan kedepannya seluruh nagari di Agam akan memiliki LKM BMT, namun dari hasil diskusi Masril Koto dari LKMA Prima Tani Baso mewakili sebelas Gapoktan penerima dana PUAB menerima baik wacana tersebut, akan tetapi pada prinsipnya menurut Masril Dana PUAB yang ditujukan buat petani akan lebih pas pengelolaannya diserahkan pada LKMA. Dan sepertinya seluruh gapoktan penerima dana PUAB lebih condong ke LKMA.

Kepala dinas Pertanian Agam Eldi Zein, menyerahkan sepenuhnya keputusan pada Gapoktan sendiri tentang dana PUAB apakah akan mendirikan LKMA atau dengan BMT, sebab jika dilihat peraturan menteri pertanian tentang kelembagaan disana diatur bahwa pengelolaan dana bantuan pemerintah untuk petani melalui Gapoktan, pengelolaannya diserahkan pada suatu lembaga keuangan mikro. Dan lembaga itu tidak dibatasi hanya pada LKMA saja, jadi boleh BMT, Koperasi, atau lambaga keuangan mikro lainnya. “ Untuk itu perlu kiranya menjadi sebuah renungan bagi Gapoktan yang belum ada LKMA nya, tidak ada salahnya Gapoktan tersebut bergabung dengan BMT, disamping tidak perlu repot lagi mendirikan LKMA berarti Gapoktan tersebut juga berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah kab Agam dalam mewujutkan LKM BMT di seluruh nagari.” Kata Eldi. Hal senada juga diungkapkan nara sumber yang berasal dari dinas Koperasi kab Agam dan Dinas sosial.

Lain lagi dengan pendapat dari ketua KTNA kab Agam, dia mengatakan untuk kedepanya sebaiknya LKM yang telah tumbuh dilebur saja menjadi satu di tiap-tiap nagari dan LKM tersebut diberi nama LKM Nagari, dan dibawahnya dibikin sub-sub yang mana salah satu subnya itu Agrobisnis dengan terobosan LKM Nagari tersebut, lebaga keuangan itu akan lebih berkemampuan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat kecil secara keseluruhan, bukan hanya pertanian dan peternakan saja.

Sementara pada kesempatan lain Suara Afta yang bertemu dengan kepala Dipertahor Sumbar Ir Djoni di Sekretariat Afta jalan Batang Hari Padang, menegaskan pada Suara Afta bahwa untuk wilayah Sumbar pemerintah Daerah telah mengeluarkan keputusan berupa petunjuk teknis tata cara pelaksanaan dana PUAB dan salah satu syaratnya Gapoktan harus membentuk LKMA, dengan artian LKMA lah wadah untuk mengelola dana tersebut. Dan aturan ini adalah baku, “Untuk itu diharapkan pada Pemda tingkat dua agar merujuk pada petunjuk teknis yang telah dikeluarkan Gubernur propinsi sumatera Barat” tegas Djoni (dna)


PERTABUNHUT IV ANGKAT, GELAR SL-PTT Jagung



Untuk mewujutkan sasaran kebijakan Dipertabunhut Agam tentang pengembangan tanaman Jagung khususnya di Wilayah kecamatan IV Angkat, Cabang Dinas Pertanian tanaman pangan Perkebunan dan Kehutanan melaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Sumber Daya Terpadu (SL-PTT) tanaman Jagung sekaligus di tiga kelompok tani, di Nagari sentra produksi Jagung yakni dua unit di Panampuang dan satu unit di Lambah.

Masing-masing kelompok tani yang dijadikan sasaran kegiatan SL, menyediakan lahan sebanyak 15 Ha, ditambah satu Ha Labor Lapang, dan Sekolah Lapang dirancang untuk satu kali musim tanam yakni diadakan untuk delapan kali pertemuan.

Hal ini terungkap waktu Suara Afta melihat langsung kegiatan penanaman perdana di lahan kelompok tani “Harapan” Jorong Lundang Nagari Panampuang beberapa waktu yang lalu, lahan tersebut dijadikan labor lapang. Acara itu dihadiri langsung oleh Kepala Cabang Pertabunhut kec IV Angkat Arwin S.Sos, Koordinator penyuluh Mardiana, PPL Nagari Panampuang Warnerim Sp, PHP Kec IV Angkat Ramdani, Tim Prima Tani Kabupaten Agam Ir Asril Sahar dan Syafrizal serta pengurus dan anggota pok tan Harapan.

Labor lapang (LL) ditujukan untuk sebagai sarana pembelajaran buat peserta, hal ini sangat penting untuk kemudian ilmu yang didapatkan bisa diterapkan di lahan masing-masing, dengan sasaran meningkatnya produksi dan produktifitas. “ Untuk Labor Lapang kita berikan bantuan berupa pupuk organik, NPK, dan Urea serta bibit berlabel, sementara untuk lahan SL yang seluas 15 Ha kita berikan bantuan bibit berlabel.” Jelas Arwin pada Suara Afta disela-sela kesibukanya memberikan arahan buat peserta SL.

Dalam arahanya KCD Pertabunhut IV Angkat menekankan pentingnya kesepakatan petani untuk mau merubah nasib dengan mempelajari teknologi tata cara bertanam jagung. Dan seharusnya petani anggota Pok Tan Harapan benar-benar memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah melalui Dipertabunhut, yang mana ilmu tersebut diantar langsung ke kelompok.” Keinginan pemerintah untuk memfasilitasi seluruh Pok Tan belum bisa terwujut sebab terkendala dengan minimnya anggaran, oleh sebab itu maka dipilihlah beberapa Pok Tan yang dinilai layak untuk kegiatan SL, maka sudah sewajarnya kita bersama-sama menggali ilmu bertanam Jagung dengan sungguh-sungguh.” Tegas Arwin dalam arahanya.

Sementara Ir Asril Sahar menambahkan bahwa tim Prima Tani dapat memahami kesulitan petani dalam mendapatkan pupuk, namun demikian potensi pupuk alami berupa kotoran dan urin ternak, di Nagari Panampung dapat dijadikan bahan yang sangat bagus untuk menyuburkan lahan. “Kami melihat potensi bahan kompos dari limbah ternak sangat melimpah, kenapa kita tidak mencoba untuk membiasakan penggunaan kompos kotoran ternak untuk menyuburkan lahan pertanian kita, dan kita di Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat memiliki teknologi untuk pembuatan kompos yang telah diuji kualitasnya dan melalui SL ini nanti akan kita coba untuk mempraktekan pembuatan kompos” jelas Asril

Tentang hama penyakit tanaman Ramdani menjelaskan yang utama hendaknya diketahui petani adalah dipahaminya apa-apa saja hama atau penyakit potensial yang berkemungkinan akan menyerang tanaman Jagung, diketahuinya taktik atau cara pengendalian serta yang penting juga adalah bagaimana kita mengusahakan tanaman yang sehat dan untuk mendapatkan tanaman yang sehat akan tergantung sekali dari tingkat kesuburan tanah tempat tumbuhnya serta kualitas bibit yang digunakan. “ Untuk itu perlu kita suburkan lahan pertanian agar ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman tercukupi, dengan tercukupinya hara buat tanaman maka akan dihasilkan tanaman yang lebih sehat dan lebih tahan hama penyakit, dan untuk kesuburan tanah, hanya dengan kompos yang telah terbukti nyata hasilnya untuk jangka waktu yang panjang” kata Ramdani

Dalam acara diskusi, ketua pok tan Harapan St Sinaro menyarankan petani untuk memakai bibit berlabel. Dimana kel Tan Harapan ternyata telah mampu menghasikan bibit jagung berlabel, dan menurut KCD Pertabunhut pok tan Harapan merupakan satu-satunya kelompok penangkar bibit jagung di kab Agam. (dna)


SL-PHT SWADAYA


Belum adanya program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) jagung dilaksanakan di kelompok Tunas Harapan Mandiri Jorong Simpang Empat Nagari Sitanang Kecamatan Ampek Nagari membuat pok tan tersebut berinisiatif untuk melaksanakan SL-PHT secara swadaya.

SL tersebut sangat berguna bagi anggota pok tan khususnya dan masyarakat sekitar umumnya, dan dibawah bimbingan Karlina Spt kelompok tersebut mengadakan panen perdana dan sekaligus melaksanakan penutupan acara SL dengan mengundang Kepala Dinas Pertanian Kab Agam yang waktu itu di wakili oleh Alfiandri, Camat ampek Nagari Weldizar, wali nagari Sitanang dan tokoh masyarakat setempat, baru baru ini di lahan pelaksanaan SL tersebut.

Kepala Dinas Pertanian dalam sambutannya mengucapkan terima kasih buat kelompok tani Tunas Harapan yang telah melaksanakan kegiatan SL. “Ini membuktikan bahwa ada gejala atau fenomena bahwa petani kita mulai sadar betapa pentingnya peranan ilmu pertanian dalam mempengaruhi tingkat pendapatan petani, dan khusus untuk pok tan Tunas Harapan kita di Dinas akan mengusulkan program yang akan menunjang kegiatan pok tan untuk lebih maju lagi, sama sama berdoa saja kita semoga terwujut dan disetujui.” Tutur Alfiandi dengan penuh semangat.

“Harapan kami setelah selesainya kegiatan SL ini agar seluruh peserta yang telah mengikuti pelatihan untuk benar-benar melanjutkan kegiatan ini di lahan masing-masing. Dan di pihak pemerintah kecamatan kita akan membantu sesuai dengan kemampuan kita untuk berperan serta dalam meningkatkan pendapatan petani” kata camat Ampek Nagari dalam pidatonya.

Dalam wawancara Suara Afta dengan Alfiandri, terungkap bahwa ternyata saat ini Nagari Sitanang dijadikan sasaran program desa Mandiri Pangan, sasaran dari kegiatan ini adalah terwujutnya desa atau Nagari Sitanang yang mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk warganya dengan hasil daerah sendiri, untuk hasil yang lebih maksimal dinas Pertanian Agam juga menunjuk Karlina Spt sebagai tenaga harian lepas untuk mendampingi pok tan yang ada di Nagari Sitanang dalam melakukan kegiatanya. ( dna )


Faisal Basri dan Pertanian Organik


Faisal Basri kini tidak lagi hanya mengutak - ngutik angka-angka pertumbuhan ekonomi. Pakar ekonomi senior Universitas Indonesia tertarik pula menjadi petani sekaligus mendorong pembanguna pertanian. Tampaknya dia sadar bahwa pembangunan ekonomi tanpa didukung oleh sector pertanian yang kuat, ekonomi sebuah Negara mudah hancur.

Ketertarikan itu dia wujudkan dengan mencoba mengolah lahan seluas 1 Ha. Lahan tersebut ditanam dengan bermacam-macam komoditi Tidak itu , bahkan Untuk mendukung kecintaan dengan bertaniBersama kawan-kawannya di Pergerakan Indonesia, dia mencoba membuat Bale Organik Bale Organik Pergerakan Indonesia yang berlokasi di Bantul.

Bel organic ini, faisal bersama kawan-kawannya lebih focus lagi mengembangkan pertanian organic. Dia berharap Bale Organik yang mereka bentuk dapat menjadi sentra sosialisasi pertanian organic di Indonesia. “Alhamdulillah, sejauh ini perkembangan sangat menggembirakan. Tujuh varietas padi lokal yang kami tanam tumbuh sehat sesuai harapan. Insya Allah sekitar sebulan setengah lagi bisa dipanen.

Karena ingin bertani dan melihat perkembangan pertanian organik ini pula , tokoh yang keman-mana selalu membawa ransel ini mengunjungi Sumatera Barat. Tampaknya dia tahu bahwa perkembangan pertanian organic di propinsi lebih pesat dari propinsi lain di Indonesia. “Di Sumatera Barat , perkembangan pertanian organic jauh lebih pesat. Ini tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah yang mendukung,” ucapnya.

Buat faisal, mengutak-ngutik angka-angka pertumbuhan ekonomi tampak tidak cukup untuk mendorong pembangunan pertanian. Harus ada tindakan nyata mengerjakan hal-hal yang kecil seperti bertani secara organic.

Kami patut bersyukur memperoleh tanggapan yang sangat baik dari warga sekitar. Telah banyak pula rombongan yang menengok, mulai dari petani, mahasiswa, hingga dosen. Kami mulai agak kewalahan memenuhi permintaan pelatihan. Semoga, dengan lahirnya kader-kader baru hasil dari training, kita kian optimistik menguakkan "mimpi" menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia yang menyejahterakan petaninya.


PRODUCT PERTANIAN SUKSES DI PRP 2008


Pedagang product pertanian manangguak untuang gadang pada Pekan Raya Padang yang dilaksanakan dipelataran parkir GOR Haji Agus Salim 7 sampai 17 Agustus 2008.

Dengan bahagianya hal ini disampaikan oleh Marnis salah satu pengusaha jus buah dengan nama dagang JUICE BUGAR “Alhamdulillah, dengan adonyo Pekan Raya Padang yang diadokan oleh Pemerintahan Kota Padang ko, ambo manangguak untuang gadang dari penjualan salah satu product hasil pertanian yang ambo usahoan yaitu juice buah. Dari awal acara PRP hinggo kini selasa 12 agustus 2008 ado sakitar Rp3 juta untuang barasiah yang ambo tarimo”.

Dari penulusuran Tabloid AFTA, terlihat banyaknya pembeli yang antri untuk mendapatkan jus buah yang dikelola oleh Marnis pada acara malam PRP tersebut dan Sepertinya warga masyarakat kita telah paham akan manfaat dari mengkonsumsi product hasil pertanian seperti juice buah ini dari pada mengkonsumsi makanan olahan pabrik yang dapat membahayakan kesehatan. Bersamaan dengan itu petugas tabloid AFTA juga mendapat kesempatan untuk merasakan kesegaran juice buah buatan Marnis, terasa kesegaran dan kenikmatan yang terpadu dengan baik dari tiap degukan dari jus buah dengan rasa mangga yang diberikan oleh marnis. Jadi tidak salah kenapa orang antri menanti JUICE BUGAR ini.

Dari kutipan wawancara, Marnis banyak mendapatkan penghargaan dari usaha juice buah ini. Diantaranya yaitu: Pada tahun 2004 dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sebagai pengendali mutu buah terbaik SUMBAR; Tahun 2002 dari PT. POS Indonesia, sebagai bapak angkat untuk wakil dari Sumbar dalam acara Bazar yang diadakan di bandung, saat itu Dasmajunir (Suami Marnis) sebagai pelaksna. Berdasarkan hal ini Manis menyebutkan, usahanya tersebut sekarang diusulkan sebagai utusan peserta terbaik Sumbar dalam pengelola juice buah.

Adapun kunci dari kesuksesan usaha juice buah ini, Dasmajunir (suami Marnis) mengungkapkan adalah: Selalu jujur dalam berusaha; Melakukan pengawasan ketat dari mutu product dari hulu hingga hilir seperti membeli buah yang selalu segar dan bebas pengawet, penyimpanan buah di kulkas / freezer, selalu menjaga kebersihan tempat pengolahan product juice sehingga rasa tetap terjaga dengan baik, setiap saat amati buah jika sudah busuk tanpa ditunggu lama harus dibuang.; melakukan inovasi – inovasi terbaru dalam menarik pelanggan, serta sabar dalam berusaha.

Marnis mengaku, dia memulai usaha hasil product pertanian ini dari berjualan susu segar yang diambil dari kampungnya padang panjang pada tahun 1992 dengan modal awal Rp20.000 dan alhamdulillah berkat sabar dan ketekunan usaha jualan susu segar, maka usaha ini banyak diminati oleh masyarakat. Kemudian dari masa ke masa , Marnis menambah unit usaha nya sebagai penjual susu kedelai, koktail, natadecoo dan yang terakhir Juice buah. Unit-unit usaha tersebut terangkum dengan nama dagang BUGAR FRESH MILK. Sekarang jumlah total aset yang saya miliki hasil dari usaha ini adalah Rp800 juta rupiah dengan jumlah pegawai yang setia dari awal menemani sebanyak 10 orang.

Berkat usaha dalam mengolah hasil product hasil pertanian ini, Marnis bersama suami yang tercintanya Dasmajunir pada tahun ini mengatakan inshaaallah akan berangkat naik haji dan pada masa – masa akan datang akan terus melakukan inovasi – inovasi terbaru demi keajuan usahanya tersebut.
....................................

Hal serupa juga dirasakan penjual bunga hias Darni wilis (Upik) yang juga membuka stan di PRP padang 2008 dari kelompok tani Bunga Hias pertiwi nursery lubuk minturun kota padang. “Rata – rata penjualan kotor harian kami dari PRP 2008 ini ada sekitar ±Rp3 juta rupiah. Kami dari kelompok Tani Bunga Hias Nursery mengucapkan terimaksih yang sebesar – besarnya kepada pemerintahan kota padang yang telah mengangkatkan PRP di GOR H. Agus Salim ini. Semoga di tahun depan kelompok tani kami dapat diundang lagi untuk ikut berpartisipasi. Ant


45 Kelompok Tani Terima Insentif Pertanian Organik


Sebanyak 45 Kelompok Tani (KT)/Operator Pertanian Organik di Sumatera Barat telah menikmati insentif pengembangan pertanian organik yang mereka lakukan. Total rupiah yang mereka terima sebanyak 140,1 juta rupiah dengan luas lahan pertanian organic keseluruhan 176 , 15 Ha.

Menurut Koordinator Satgas Organik Ir. Syaiful kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA, baru-baru ini menyatakan , insentif yang diterima petani tersebut merupakan bagian program Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura untuk mendorong pengembangan pertanian organik di Sumatera Barat. Pada tahun 2008 ini, katanya, Dipertahor Sumbar telah menganggarkan dana insentif sebesar Rp 250 juta buat petani atau kelompok tani yang telah menerapkan pertanian organik.

Disebutkan, dengan anggaran sebesar Rp 250 juta rupiah, maka jumlah komoditi organik yang dapat diberi insentif berjumlah 1000 ton. Soalnya, besarnya insentif yang diberikan kepada petani-petani organi yang telah menghasilkan komoditi organik sebesar Rp 250 /Kg. “Bila dana insentif yang diterima petani sebesar 140,1 juta, maka jumlah komoditi organik yang telah dihasilkan berjumlah 560,7 ton atau lebih dari separoh dari anggaran yang telah disediakan,” ucapnya.

Dia menyatakan, dari petani atau kelompok tani yang menerima insentif tersebut,
lima kelompok tani berasal dari kelompok tani yang mengembangkan padi organik. Enam kelompok itu adalah Kelompok Tani Tigo Alua Saiyo, Kelompok Tani Kubota, Kelompok Tani Sumin I, Kelompok Tani Indah Saiyo, Kelompok Tani Karya Sejati, dan Kelompok Tani Sadalako Saiyo Sakato. Dari enam kelompok ini, penerima insentif terbesar adalah Kelompok Tani Tigo Alue Saiyo yang menerima insentif sebesar 16.1 juta rupiah. Keseluruhan, luas areal padi yangmenerima pertanian organik berjulah sebanyak 80,95 Ha.

Selain petani padi, penerima insentif itu juga berasal dari petani atau kelompok tani buaha-buahan dan Sayuran-sayuran. Secara keseluruhan luas areal sayuran dan buahan yang mendapat insentif tersebut sebanyak 46, 85 Ha. Untuk kelompok ini,penerima insentif terbesar adalah Irwandi yang menghasilkan Buah Sawo dengan nilai insentif 14,6 juta rupiah.

Demplot Padi Organik
Disamping memberikan insentif untuk mereka yang mengembangkan pertanian organik, untuk mendorong pertanian organik, khususnya tanaman padi, pada tahun 2008 ini dipertahor Sumbar juga membuat demplot-demplot padi organik. Pada tahun ini ada 6 unit demplot padi organik yang dipadukan dengan Sistim Padi Tanam Sabatang.

Keenam unit tersebut ditempatkan di enam kelompok tani yakni; KT Karya Sajati , Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat; KT Karya Sago, Nagari Situjuah Gadang, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten 50 Kota; KT Ampans Sasaok, Nagari Tanjuang Sani, Kecamatan Tanjuang Raya, Kabupaten Agam; KT Sadalako Saiyo Sakato, Nagari Guguak, Kecamatan 2 x 11 Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman dan KT Jamiatun Mubarata, Nagari IV Koto Mudiak, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan.

Dua diantara lima kelompok yang mendapatkan demplot padi organi tersebut kini telah panen. Dua kelompok itu adalah KT Sadalako Saiyo Sakato dengan hasil ubinannya mencapai 7,2 ton perhektar dan KT. Rawang Talao dengan hasil ubinan 6,8 ton perhektar. Dua kelompok ini juga telah menikmati insentif pengembangan pertanian organik . KT Sadalako Saiyo Sakato menerima sebesar 5.6 juta rupiah dan KT Rawang Saiyo sebesar 1,5 juta rupiah. ****

CAMPUR TANGAN ORANG MAMPU PERCEPAT PROSES PEMBERDAYAAN PETANI


Moehar Daniel
Direktur Pemberdayaan Petani Yayasan AFTA)

Dalam beberapa tulisan sering dibahas mengenai kondisi dan keberadaan petani serta rakyat kecil dewasa ini. Intinya, mereka berada dalam ketidak berdayaan yang sebagian besar dicerminkan oleh maraknya kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan kepincangan.

Tanpa menyalahkan siapa dan apa, sudah saatnya kita sebagai bagian dari anak bangsa yang besar ini untuk berbuat dan berperan serta mendukung upaya pemerintah untuk memerangi ketiga hal diatas. Ketiganya merupakan butir akibat yang sangat ditakuti oleh negara berkembang yang sedang giat melakukan pembangunan. Pada penerbitan tiga bulan yang lalu, penulis mengemukakan sebuah wacana dan sistem pembangunan yang diperkirakan efektif untuk membangkit keterpurukan masyarakat pedesaan yang mayoritas petani. Isinya adalah proses pemberdayaan masyarakat melalui penggalian potensi secara simultan, terarah dan didampingi secara berkelanjutan, sehingga masyarakat akan merasa tersentuh. Sentuhan itu merupakan kata kunci dalam membimbing dan memotivasi masyarakat untuk menggali semua potensi yang ada guna mencapai kesejahteraan dan kekuatan mencapai keseimbangan. Dengan demikian, posisi tawar masyarakat kecil akan meningkat dan sekaligus kemiskinan serta pengangguran dapat dieliminir. Wacana atau Program tersebut diharapkan dapat dilaksanakan mulai tahun 2009 oleh Pemerintah Sumatera Barat, dimotori oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Sebagai lanjutan dari wacana tersebut, berikut dikemukakan salah satu kegiatan sebagai implementasi program tersebut yang sejalan dan mendukung program yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai bagian dari Yayasan AFTA yang mempunyai visi “menggapai kesejahteraan petani” dengan memberdayakan para alumni, penulis merasa berkewajiban untuk berpikir dan berbuat lebih jauh, sesuai dengan tugas yang diemban sebagai direktur “Divisi Pemberdayaan Petani”. Kegiatan yang dikemukakan berikut ini merupakan program lima tahun dari Divisi tersebut untuk “Maju Bersama Petani”.

Pada dasarnya, disamping masalah harga dan pemasaran, masalah utama yang dihadapi petani yang menciptakan ketidak berdayaan mereka adalah ; 1). Lemahnya penguasaan modal, 2). Lemahnya penguasaan informasi dan teknologi serta 3). Kurangnya pembinaan yang berkelanjutan. Sampai saat ini petani masih tertatih-tatih mencari jatidiri untuk memperkuat posisi tawar mereka. Tetapi nampaknya tanpa campur tangan pemerhati atau personal maupun lembaga yang punya “kepedulian” terhadap petani, sulit diharapkan nasib petani akan berubah. Bahkan dikhawatirkan bila keadaan ini berlanjut, pergeseran yang akan terjadi lebih mengarah pada penajaman jurang pemisah antara mereka dengan lapisan yang lebih beruntung yang membuat petani semakin terpuruk. Apalagi kalau diperhatikan, dewasa ini sistem “kapitalis” sudah merasuk sampai kelapisan bawah untuk menghisap rakyat kecil. Celakanya lagi, suasana Pemilu dan Pilkada dimana-mana banyak yang memanfaatkan keberadaan petani. Karena kantong suara untuk pemenangan pertarungan politik ada ditangan petani. Pengalaman masa lalu diharapkan tidak berulang kembali, dimana petani sering dimanfaatkan sesaat untuk mencapai tujuan sang pemain politik. Berbagai embel-embel, berbagai janji manis atau angin surga dilemparkan supaya petani memilih mereka. Tetapi setelah terpilih, mereka asik memperjuangkan kepentingan diri pribadi dan kelompoknya sementara petani dan rakyat kecil lainnya tetap terabaikan. Diharapkan, petani dan masyarakat kecil mulai berpikir jernih, tidak mudah terpengaruh dan berupaya tidak tergoda dengan segala bujuk rayu agar tidak menimbulkan penyesalan nantinya. Buktikan bahwa petani mampu berbuat dan berupaya untuk memperkuat kemandirian. Kita serahkan pilihannya kepada petani karena bukan itu pesan atau maksud penulisan artikel ini.

Mulai awal tahun 2008, Divisi Pemberdayaan Petani (DPP) Yayasan AFTA menggalang program pemberdayaan petani melalui kerjasama dengan para pengusaha dan personal pemilik modal. Rintisan kegiatan tersebut telah dimulai di jorong Titith Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Mayoritas masyarakat jorong tersebut, terutama yang bermukim di dusun ”Bukik Duo” tergolong KK miskin. Kemiskinan ini bisa jadi sebagai akibat dari jauhnya lokasi dari jalan raya. Kendaraan roda empat hanya bisa masuk dimusim kemarau bila jalan dalam keadaan kering. Bila musim hujan dusun ini hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau kendaraan roda dua. Mereka mempunyai lahan yang cukup luas, tetapi tidak tergarap karena tidak mempunyai modal dan keterampilan yang cukup. Kelompok tani ini merupakan binaan LKMA Primatani Baso. Mereka sudah mulai membangun jalan usahatani secara swadaya melalui gotong royong. Masyarakat yang hampir terisolir tersebut hidup serba kekurangan dibanding dengan masyarakat lainnya pada nagari yang sama.

Bersama-sama dengan pengelola LKMA Primatani Baso, DPP Yayasan AFTA mencoba mengumpulkan masyarakat untuk menyusun rencana pengembangan yang sesuai dengan minat dan kemampuan masyarakat setempat, sesuai dengan dukungan lahan dan lingkungan. Setelah dilakukan pendekatan partisipatif dan diskusi, secara bersama disepakati bahwa mereka akan mengembangkan usahatani jeruk madu dan sayuran organik disamping pengembangan kopi organik dan tembakau yang sudah berkembang tetapi tidak terpelihara dengan baik. Untuk itu mereka butuh bantuan bibit dan pengadaan ternak kambing. Ternak kambing ditujukan untuk menyediakan sumber pupuk organik dan sumber tambahan pendapatan. Sehubungan dengan itu, DPP Yayasan AFTA mendekati beberapa orang pengusaha dan pemilik modal untuk membantu kebutuhan petani tersebut. Saat ini telah diperoleh bantuan bibit jeruk dari Ir.Fikri Amir Direktur PSA (Pusat Studi Agribisnis), Gando Piobang Kabupaten Limapuluh Kota. Bantuan kambing sebanyak 10 ekor diadakan oleh pengusaha dari Bukittinggi. Tahap pertama, luas penanaman jeruk dikembangkan 1 ha, dilakukan oleh dua orang petani. Sementara anggota kelompok lainnya menunggu giliran untuk mendapatkan bantuan. Setiap aktivitas penerapan teknologi seperti pengolahan tanah, penggalian lubang tanam jeruk, usahatani sayuran, pembuatan pupuk kompos dan pembuatan kandang kambing, dibina dan dibimbing secara berkelanjutan oleh tenaga lapang Yayasan AFTA bersama pengelola LKMA Primatani dan aparat pertanian setempat.

Pemberdayaan ini dilakukan dengan perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, petani tidak mendapatkan bantuan secara cuma-cuma, tetapi berkewajiban membayar kembali semua bantuan yang diterimanya tersebut. Setelah jeruk dan kambing menghasilkan (diperhitungkan setelah 2-3 tahun), hasil yang diperoleh dibagi secara proporsional. Setelah dikeluarkan biaya modal dan tenaga kerja yang dicurahkan, maka petani akan menerima 70 % hasil jeruk dan pengusaha sebanyak 30 % . Kemudian tenaga pembina dari Yayasan AFTA menerima 10 % dari bagian petani dan 30 % dari bagian pengusaha sebagai pengganti biaya transportasinya. Sementara kambing yang diperbantukan akan kembali menjadi pemiliknya ditambah dengan setengah jumlah anak dan atau cucu kambing yang dihasilkan. Artinya, petani sangat terbantu dengan bibit dan pupuk kandang, juga perolehan tambahan pendapatan dari hasil ternak. Dan pengusaha atau pemilik modal juga akan memperoleh kembali modal yang dipasoknya ditambah dengan bagian keuntungan. Dengan demikian para pengusaha atau pemilik modal sudah berjasa membantu saudaranya sambil menabung, bahkan juga memperoleh sedikit keuntungan. Bila dibandingkan dengan tabungan yang ditempatkan di Bank konvensional, mungkin tabungan bantuan ini akan memberikan manfaat yang lebih besar, terutama bila tabungan tersebut dalam jumlah nominal yang rendah sehingga bisa habis untuk biaya administrasi bulanan perbankan. Satu, dua juta atau satu dua ekor kambing sangat bernilai bila diperbantukan kepada lapisan masyarakat yang membutuhkan, apalagi sepuluh juta atau sepuluh ekor kambing?.

Model ini dikembangkan bukan untuk mencari keuntungan bagi tenaga Yayasan atau pengusaha, tetapi semata-mata hanya untuk membantu dan memberdayakan petani. Disamping itu mereka (petani) juga akan merasa bertanggung jawab dengan bantuan yang diterimanya. Sehingga petani-petani ini bisa menciptakan dirinya sebagai petani yang mampu berjuang dan mampu bekerjasama dengan semua pihak. Petani seperti inilah nantinya yang diharapkan akan mampu mandiri dan berjaya dengan penguatan modal yang diterimanya. Bila model ini bisa menjadi perhatian dan menggugah para pengusaha atau siapapun yang mempunyai kepedulian terhadap sesamanya, diyakini sektor pertanian akan bangkit dan berjaya sebagai pemicu perkembangan ekonomi masyarakat yang dimulai dari Nagari. Pertanian seperti ini akan berkembang dan akan membuktikan bahwa potensi yang dimliki bisa dimanfaatkan secara optimal dan bermanfaat bagi semua pihak. Kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan kepincangan secara perlahan akan terentaskan, dan sektor pertanian bergerak maju sebagai ”leading sector”nya perkonomian daerah Sumatera Barat.

Walaupun belum memperlihatkan hasil, kegiatan ini sudah diketahui oleh banyak petani disekitar lokasi. Bahkan petani organik binaan LKMA di Koto Tinggi juga sudah sangat mengharapkan mendapatkan program serupa. Saat ini sudah ada 6 Kelompok Tani yang meminta agar anggotanya yang kurang mampu dibantu juga melalui program kerjasama tersebut. Oleh karena itu, DPP Yayasan AFTA berusaha keras untuk bisa mendapatkan suntikan modal dari masyarakat yang peduli dengan kepentingan bersama, terutama dalam pemberdayaan masyarakat yang kurang beruntung. Dalam waktu dekat akan dilayangkan surat himbauan kepada masyarakat, terutama yang ”mampu” dan mau, serta mempunyai kepedulian terhadap nasib petani, untuk ikut berpartisipasi. Yayasan AFTA melalui Divisi Pemberdayaan Petani akan menampung semua bantuan (tabungan) tersebut untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat lainnya yang membutuhkan. Penyaluran tidak hanya sekedar memberikan, tetapi diikuti dengan pembinaan dan pembimbingan secara berkelanjutan oleh para tenaga ahli dan tenaga lapang Yayasan. Bisa dijamin bahwa bantuan (tabungan) yang diberikan tidak akan berkurang, malahan akan bertambah, karena dalam perjanjian yang dibuat petani akan mengganti semua kerugian bila terjadi, sebagai akibat dari kelalaiannya.

Melalui tulisan ini, penulis menghimbau kepada semua pihak yang tergerak hatinya dan yang mempunyai kepedulian terhadap nasib sesama anak bangsa serta punya rasa tanggung jawab terhadap perkembangan daerah, untuk ikut berpartisipasi. Silahkan anda mendatangi Yayasan AFTA dan berikan bantuannya untuk disalurkan kepada yang membutuhkan. Atau bisa juga hubungi personal AFTA dan catatkan bahwa anda salah satu orang yang peduli dengan nasib petani. Bila anda ikut dalam program ini berarti anda sudah maju selangkah dan bisa digolongkan sebagai pahlawan masyarakat yang Islami. Karena Allah SWT telah memerintahkan kita untuk peduli dengan sesama dan hidup saling mengasihi. Kepedulian kita berarti telah mengangkat martabat anak bangsa dan berperan mengembangkan perekonomian daerah. Siapa lagi yang akan membangun negeri ini kalau tidak kita sendiri. Mari kita coba dan mari kita ”Maju Bersama Petani”.

Agribisnis Gudang Kentang di Simpang Rawang


Berdagang hasil pertanian terkadang memperlihat suatu pola yang tidak lazim. Ada daerah yang menjadi sentra komoditi tertentu, tetapi daerah tidak mampu menjadi terkenal dalam memasarkan komoditi tersebut.

Akan tetapi ada daerah yang tidak begitu besar menghasilkan komoditi , namun mampu menjadi terkenal sebagai penghasil utama komoditi ini.
Lobak Brastagi adalah salah satu contoh dari fenomena ini. Di berbagai daerah pemasaran lobak, seperti Riau,Jambi, bahkan sampai ke Malaysia, semua orang hanya kenal dengan lobak Brastagi. Namun bila mendatangi langsung kabupaten , lobak brastagi tidak hanya berasal dari kabupaten itu. Lobak-lobak yang dipasarkan ini justru lebih banyak berasal dari luar daerah. Salah satu daerah pemasok Lobak Brastagi ini adalah dari kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Bahkan dapat dikata, daerah ini merupakan pemasok utama Lobak Brastagi ini.
Fenomena yang sama tampaknya juga terjadi pada kentang. Semua orang pasti tahu bahwa Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi adalah penghasil kentang terbesar di wilayah Sumatera. Namun, Kerinci ternyata tidak satu-satunya menjadi pusat pemasaran kentang.

Banyak daerah lain yang kini terkenal sebagai tempat pemasaran kentang. Pada daerah-daerah ini , mereka hanya memiliki gudang-gudang penampung, tanpa memiliki satu batang pun kentang. Salah satu Gudang Kentang yang memiliki areal pemasaran cukup luas itu adalah Gudang Kentang di Simpang Rawang, Nagari Tabek , Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Gudang kentang milik H. Labay ini telah menjangkau wilayah pemasaran yang luas. Pemasaran kentangnya tidak hanya menyentuh berbagai kabubaten di Sumatera Barat , tetapi juga merambah ke berapa daerah di propinsi tetangga , seperti Bengkalis dan Dumai di Riau. Bahkan adapula yang sampai ke Jambi.

Menurut Nurlis, 43 th, istri H. Labay yang juga ikut mengendalikan usaha pemasaran kentang, kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA yang menemuinya baru-baru ini menyebutkan, dengan areal pemasarannya yang cukup luas itu , total ya dalam satu minggu mencapai 15 ton atau 2- 3 truk perminggu. Jika dinilai dengan uang, dengan rata-rata harga penjualan sebanyak Rp 3.500 per kg maka penjualannya mencapai 50 juta lebih.

Akan tetapi , meski memiliki omset yang mencapai puluhan juta perminggu, keuntungan yang diperdapat juga tidak terlalu banyak. Rata-rata , dari setiap Kg kentang yang dijual , jelas Nurlis, keuntungan yang mereka perdapat sebesar Rp 100 - Rp 200 perkg . Itupun dengan resiko kerusakan pengangkutan kentang dari Kerinci ke Gudangnya mereka yang tanggung. “Untungnya juga tidak terlalu besar , kadang-kadang ada yang dibawah Rp 100 per kg,” tutur Ibu 13 orang anak ini kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA.

Persortiran

Sama dengan berdagang komoditi hasil pertaniannya lain, Menuru Nurlis, berdagang kentang juga memiliki kualitas-kualitas tertentu. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam berdagang kentang. Kualitas pertama adalah kentang yang kecil-kecil seukuran buah duku. Kentang tipe ini biasa juga disebut dengan kentang rending. Kualitas kedua adalah kentang ukuran menengah. Kualitas ketiga baru kentang ukuran super. Kentang ini adalah kualitas kentang yang terbesa jauh diatas ukuran menengah.

Mengenai harga antara tiga tingkatan kualitas tersebut , jelas Nurlis, jelas berbeda diantara ketiga. Kentang yang ukuran super lebih mahal dengan kentang ukuran menengah. Namun kondisi yang berbeda bila membandingkah harga kentang ukuran Super dengan kentang rendang. Pada suatu ketika bisa saja kentang ukuran super lebih mahal, namun pada ketika lain, kentang rendang yang lebih mahal. Tergantung banyak permintaan terhadap kedua jenis kentang tersebut. “Pada bulan-bulan puasa sekarang ini, biasanya kentang rendang lebih mahal ketimbang kentang ukuran super,” ucapnya,

Disamping beragam kualitas, selera konsumen terhadap kentang juga memperlihatkan kecendrungan yang cukup unik. Seperti yang diungkapkan Nurlis, untuk memenuhi selera konsumen , para pedagang pengecer tak jarang memesan warna-warna tertentu terhadap kentang. Untuk memenuhi warna yang diinginkan itu, mereka harus menyepuhnya dengan tanah atau batu bata.

Karena itu juga, katanya, selain dari sisi ukuran, jenis kentang yang mereka pasarkan juga berbeda dari tampilan warna kulit luarnya. Ada yang berwarna berwarna agak kemerahan seperti batu bata. Untuk yang warna ini memang dicolok dengan batu bata. Ada yang kuning agak kehitaman karena dicolok dengan tanah. “Kalau pasar Pekan Baru lebih senang dengan warna merah,” ungkap Nurlis.

Semua itu, katanya, merupakan bentuk dari p pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Mereka sengaja menyortir sesuai dengan kebutuhan konsumen. Ini juga bertujuan agar keuntungan yang didapat lebih besar. “ Kalau kita menyortir tentu keuntungan akan bertambah. Ini jug yang membedakan gudang kita dengan yang lain,” jelas Nurlis.

Bersaing dengan Jengkol.

Kendati kebutuhan terhadap Kentang ini hampir merata sepanjang tahun, akan tetapi menurut Nurlis, harga komoditi yang lebih banyak untuk kebutuhan rumah tangga, juga akan terpengaruh oleh ketersediaan kebutuhan sejenis lainnya. Salah satu pesaing kuat dari kentang, katanya, adalahj jengkol. Bila komoditi itu banjir, maka harga kentang langsung anjlok, tetapi bila jengkol tidak keluar, maka harga kentang juga melonjak.

Dia melihat, sebagai kebutuhan harga kentang terpengaruhi bila kondisi yang mempengaruhinya juga bergejolak. Karena itu, dalam mendatang kentang , mereka juga berpedoman dari ketersediaan jengkol ini. *****

Sabtu, 28 Maret 2009

Gebyar Tingkatkan Pendapatan Petani

Gebyar Tingkatkan Pendapatan Petani


Gebyar singkatan Gerakan budidaya gaharu sumatera barat yang diprakarsai oleh DR. Poempida Hidayatulloh Caleg DPR RI nomor urut satu dari partai GOLKAR melakukan suatu terobosan baru guna tingkatkan pendapatan petani sumatera barat.

Poempida pada tabloid pertanian suara AFTA di ruang kerjanya, mengatakan Gebyar merupakan salah satu lembaga yang dibentuk tepatnya pada tanggal sembilan belas januari dua ribu sembilan.

Jelas Poempida lagi, maksud dan tujuan Gebyar, berusaha dalam bidang pengembangan Budidaya dan Industri gaharu guna memberdayakan, meningkatkan taraf hidup dan mensejahterakan masyarakat minang kabau. Terutama sekali, dengan adanya gerakan Budidaya gaharu. Kita dapat menekan efek rumah kaca yang dapat menimbulkan Pemanasan global dan dapat menyumbangkan oksigen bagi Propinsi Sumbar dan wilayah sekitar. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita menyelamatkan dunia ini dari ancaman Global Warning”. Demikian ungkapnya

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Gebyar melaksanakan kegiatan, penyediaan bibit gaharu unggul asli di sumatera barat. Kemudian melakukan alih teknologi produksi gaharu melalui teknik inokulasi, lalu pengembangan industri penyulingan minyak gaharu dan aneka ragam industri komodiiti gaharu lainnya dan melakukan sosialisasi budidaya gaharu yang berbasiskan masyarakat minangkabau.

Tidak hanya sekedar bicara saja tutur Poempida, di awal februari lalu kita telah mendatangkan tiga puluh ribu bibit gaharu siap edar dan menyusul dua puluh ribu batang lagi, yang direncanakan di bulan maret ini akan didistribusikan pada masyarakat Sumatera Barat.

Pada tahap awal, jelas poempida. Akan meliputi di beberapa wilayah diataranya Dharmasraya, sijunjung, Solok selatan, Tanah datar, Pesisirselatan, serta yang lainnya akan menyusul. Untuk pelaksanaan dilapangan nantinya akan dilakukan oleh Tim Gebyar yang ketuai oleh Ir. P.S. Pelawi.

Fadli Rustam, STP wakil ketua Gebyar mengungakapkan melalui tulisannya. GEBYAR Sumbar (Gerakan Budidaya Gaharu Propinsi Sumatera Barat) yang di prakarsai oleh anak-anak muda di Ranah Minang yang di dukung oleh Dr. Poempida Hidayatullah yang punya komitmen untuk pengentasan kemiskinan di Propinsi Sumbar. Kegiatan GEBYAR Sumbar untuk tahap awal dilaksanakan pada 8 Kabupaten dan Kota di Sumbar dengan jumlah sebaran bibit yang akan di bagikan adalah 50.000 batang.

Sasaran yang di tuju dari gerakan ini adalah masyarakat tidak mampu, Kelompok Tani, Kelompok PKK, Majelis Taklim, Karang Taruna, Masjid dan Surau, yang mana rencananya setiap Rumah Tangga/ Perorangan, Masjid dan Surau serta lainnya akan mendapatkan sebanyak 5 batang.

Program GEBYAR Sumbar ini sendiri adalah program jangka panjang yang mana setelah bibit di bagikan, perawatan dan pengawasan tetap di lakukan oleh GEBYAR Sumbar dan masyarakat penerima bibit. Termasuk juga pemasaran hasil. Program GEBYAR Sumbar ini mengarah kepada optimalisasi lahan pekarangan untuk tabungan masa depan.

Untuk mempercepat proses memanen, setiap bibit Gaharu umur 4 tahun akan di suntikkan inokulum dan pada saat umur 8 tahun tanaman sudah bisa panen. Tumbuhan Gaharu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Program ini sangat membantu karena setiap batang Gaharu yang di panen pada umur 8 tahun telah bisa menghasilkan nilai ekonomi Rp 20.000.000 per batang dengan 5 Batang / KK maka masyarakat akan punya tabungan masa depan keluarga 5 x Rp 20.000.000 = Rp 100.000.000.

GEBYAR Sumbar akan melaksanakan kegiatannya secara kontiniu dan akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang mempunyai komitmen yang sama dalam mengentaskan kemiskinan di Sumatera barat.

Jelas Fadli lagi, Tanaman Gaharu ( Aquilira Malacensis), salah satu jenis tumbuhan hutan. Tumbuhan ini yang diambil adalah bagian gubal yang mempunyai bau aromatic spesifik yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Bagian tumbuhan ini menghasilkan bahan kayu dengan jenis Gubal, Kamendangan dan Abu.

Manfaat tumbuhan Gaharu sangat banyak. Disamping penghasil aromatic, bisa juga untuk obat-obatan herbal, minyak atsiri, minuman dan produk lain.

Negara yang banyak mengkonsumsi Gaharu adalah Arab, China, Thailand, dan India . Disamping itu seluruh agama dan kepercayaan yang ada didunia ini menggunakan hasil olahan dari tumbuhan Gaharu untuk ritual keagamaan.

Selain itu, menurut peneliti gaharu Sumarna pada tahun dua ribu dua, Aquilaria yang menghasilkan Gaharu yang khas sangat disukai oleh masyarakat Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Yaman, Oman, Daratan Cina, korea, dan Jepang yang dibutuhkan sebagai obat-obatan. Menurut Asosiasi Eksportir Gaharu Indonesia (ASGARIN) negara negara Eropa dan India telah memanfaatkan gaharu sebagai pengobatan tumor dan kanker .

Untuk Pemasaran, Poempida menambahkan. Tidak ada yang diragukan lagi, saya bersama teman – teman telah melihat pasar gaharu ini baik di dalam negeri maupun luar negeri serta telah menjalin kominikasi yang baik untuk pelaksanaan pemasaran lebih lanjut.

Fadli menambahkan, Dengan adanya program GEBYAR Sumbar sangat membantu dalam menyangga kebutuhan dunia terhadap kebutuhan hasil gaharu untuk masa depan. Dengan berkelanjutannya program ini di sumatera barat tentu saja akan menambah income masyarakat sumatera barat secara langsung. Demikian Ungkap Fadli.

Ir. Jonner Sitomorang, Tenaga Ahli Gebyar mengatakan, Bibit gaharu yang nantinya akan dibagikan pada masyarakat merupakan bibit unggul yang kemudian diinokulasi dengan inokulan unggul. Inokulasi ini telah saya lakukan penelitian bertahun-tahun dan telah diujicobakan di beberapa demplot kebun gaharu di kabupaten sijunjung maupun di beberapa wilayah diindonesia seperti Irian Jaya, Kalimantan dan lainnya. Khusus untuk Sumatera Barat saya beri nama inokulan tersebut gaharu baringin.

Ernofri merupakan Kepala Bidang Pengelolaan Kehutanan Kabupaten Sijunjung mengatakan, Hasil inokulum yang ditemukan oleh Jonner, peneliti gaharu yang berasal dari IPB, Terbukti mampu tingkatkan produksi gaharu. Tidak hanya itu saja, Cukup menunggu satu tahun saja gaharu hasil inokulum jonner sudah bisa dipanen.

Datuak Abu nawas merupakan salah satu petani yang telah berhasil mengembangkan gaharu, berlokasi di jorong taratak batuang nagari padang laweh kecamatan koto 7 kabupaten sijunjung. Mengatakan pada tabloid Pertanian Suara AFTA Pada akhir tahun dua ribu tujuh lalu, bersama Dinas Kehutanan yang didampingi bapak M. Manurung pendamping teknis kelompok tani. Telah memanfaatkan inokulasi dari bapak Jonner, hasilnya sekarang saya bisa meningkatkan produksi gaharu. Hasilnya Alhamdulillah produksinya meningkat.

DR. Poempida Hidayatulloh mengatakan, Sektor pertanian merupakan salah satu faktor penggerak ekonomi kerakyatan. Maka dari itu, Mari kita bersama membangun Negeri Ranah Minang ini dengan langkah konkrit dan dirasakan secara langsung oleh masayarakat.

Bersamaan dengan itu DR. Poempida, mengajak dan menghimbau kepada masyarakat minangkabau Propinsi Sumbar terutama bagi wilayah Padang, Solok Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Dharmasraya, Mentawai, Pesisr selatan yang berkeinginan untuk membudidayakan gaharu, agar menyurati Posko Kesekretariatan Gebyar yang diketuai oleh bapak Ir. PS. Pelawi dengan melapirkan nama calon penerima yang disertai alamat atau bisa juga melampirkan foto copi KTP. Untuk informasi lebih lanjut bisa juga hubungi sekretaris Gebyar Anton wardani dengan HP 085263610120.ØØØAnton WD

Kamis, 26 Maret 2009

H. Armaini Dari Rantau Untuk Nagari.


Hujan emas dirantau orang, hujan batu dikampung sendiri, namun kampung teringat juga. Pepatah ini tampaknya masih berlaku bagi sebagian perantau Minang. Sesukses apapun di rantau orang, keinginan untuk kembali dan mengabdi di kampung masih sangat kuat mengoda jiwa.

Setidaknya ini sikap yang timbul dalam diri Haji Armaini seorang Perantau dari Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan Tanah Datar. Meski telah menjadi saudagar minang yang telah sukses mengembangkan berbagai usaha di kepulauan Nias, tempat dia merantau.

Dia kembali balik kekampung untuk mengembangkan berbagai usaha pertanian. Dengan cara itu, dia ingin keberhasilan di rantau juga bisa dinikmati warga kampung sendiri. Tak heran ,ketika dia dikampung dia mengajak warga kampung untuk memberdayakan lahan-lahan terlantar dengan berbagai usaha pertanian.

Buat penduduk Jorong Padang Laweh, Kanagarian Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar, kembali H. Armaini setelah sukses di rantau memang menjadi anugrah. Setidaknya ini yang diungkapkan Kepala Jorong Padang Laweh Indra Sutan Panghulu pada Tabloid Pertanian Suara AFTA beberapa miggu lalu “Haji Armaini telah tingkatkan pendapatan masayarakat Jorong Padang Laweh,”. ucapnya.

Haji Armaini 52 tahun bapak dari tiga anak dan satu istri ini, 3 tahun talah pergi merantau sejak kecil. Berbagai usaha juga telah banyak dilakoninya. Berkat ketekunan dia menjadi orang berhasil. Dirantau dia punya usaha ekspedisi, pertokoan sebelumnya adalah seorang saudagar minang dari kepulauan nias tepatnya di Gunung Sitoli. Namun semenjak tahun 2006, haji Armaini kembali kekampungnya jorong Padang Laweh Kabupaten Tanah Datar untuk membuat berbagai usaha baru.

Buat bapak yang bernampilan bersahaja ini, mencari rezki tidak hanya bisa di rantau saja, di kampung pun juga bisa mendapatkan uang dan mendapatkan rezeki. Inilah yang kini dicobanya menggerakan masyarakat. Dia melihat masih banyak potensi yang patut dikembangkan di kampung sendiri.

Salah satu usaha yang besar peluangnya adalah usaha pertanian. Tanah yang bisa diolah sangat luas. Rata-rata kondisi sangat subur. Apalagi dikampungnya itu, selain lahan, air pun tersedia dengan cukup sehingga bisa mengembangkan berbagai jenis ikan. Kini tinggal lagi bagaimana memotivasi masyarakat agar mau dan mampu mengolah lahan.

Maka, ketika pertama kali sampai dikampung, dia langsung menghubungi tokoh-tokoh kampun seperti ninik mamak, alim ulam, cadiak pandai dan pemuda. Nagari. Karena idenya ini sangat bemanfaat, dukungan dari ninik mamak yang terdapat di Jorong Padang Laweh.

Selain itu, pengangguran pun dapat diatasi dan potensi daerah dapat diolah dengan optimal yang nantinya untuk kemaslahatan masyarakat sekitar juga. Tidak hanya memotivasi warga kampung, dia juga membuat konsep yang saling menguntungkan antara dia sebagai pemodal dengan warga kampung. Sistim ini bernama bagi hasil

Setelah mendapat persetujuan warga kampungnya . pada tahun 2007, haji Armaini bersama masyarakat langsung membentuk kelompok tani. Bersama kelompok tani itu mulai dia mengembangkan usaha– usaha dalam bidang pertanian, diantarnya , membuat tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Untuk menunjang kelancaran usaha tersebut, Haji Armaini juga membuat usaha ekspedisi barang dan jasa.
Setelah dua tahun berlangsung, beragam usaha yangdikembangkan mulai membuahkan hasil. Tek heran kelompok tani menjadi dua kelompok dengan total anggota 52 orang yang terdiri dari Kelompok Tani Taratak Hulu dengan anggota 21 orang dan Kelompok Tani Puncak Pulau 31 orang.

Pak Haji menuturkan pada tabloid Pertanian Suara AFTA, adapun modal yang telah dikeluarkan untuk membiayai kelompok ini berkisar antara tiga ratus juta hingga empat ratus juta rupiah.

Bersama Kelompok Tani tersebutlah Haji Armaini mengembangkan berbagai usaha. Adapun lahan yang dikembangkan yaitu lahan – lahan tidur yang diproduktifakan kembali.

Pak Haji mengungkapkan, pada tahun ini kita sudah menuai hasil yang pertama dari kelompk tani puncak pulau yaitu panen ikan. Diwaktu panen tersebut kita mendapatkan hasil panen ikan 5 ton yang terdiri dari ikan rayo 2.5 ton dan ikan nila 2.5 ton.

Total pendapatan yang didapatkan hasil panen ikan, musim kemaren hampir mencapai tujuh puluh juta rupiah,”ungkap haji Armaini.

Untuk pemasaran ikan pun tuturdia juga tidak ada persolan. Karena daerah pemasaran ikan yang cukup luas. Malah sekarang ini, permintaan terhadap ikan nila dan rayo musim kemaren tidak terpenuhi oleh kelompk tani kami. Diperlukannya penambahan tambak ikan lagi agar pasokan ikan dapat terpenuhi oleh toke – toke ikan.

Alhamdulillah pada pertengahan tahun 2008 ini, kelompok tani kami juga sudah dibantu oleh pemerintah dalam pembangunan dan penambahan tambak ikan dengan total nilai bantuan sebesar seratus juta rupiah, “ ucapnya..

Tambah Haji Armaini lagi, selain usaha budidaya ikan nila dan rayo. Kami juga memanfaatkan air tersebut untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan kekuatan 500mw yang dapat memenuhi kebutuhan listrik di posko Kelompok Tani kami. Dalam pengerjaanya kami dibantu oleh Universitas Andalas untuk pemanfaatan dan pembuatan pembangkit listrik ini.

Sekarang ini tutur Zulfikar Ketua Kelompok Tani Puncak Pulau, Kelompok Tani kami mengalami masalah dengan pelet dan pakan ikan. Dimana harga pelet ikan yang sekarang melambung tinggi seharga tiga ratus lima ribu per karung, yang sebelumnya hanya seratus lima ribu per karung, membuat kami keawalahan dalam mengadakan pakan ikan. Dan hal ini membuat pendapatan kelompok tani kami menjadi berkurang. Diharapkan dengan adalanya wawancara dengan Tabloid Pertanian Suara AFTA ini, ada pihak pihak – pihak yang dapat membantu kami dalam pengadaan pakan ikan. Serta memberikan teknolgi pembuatan pakan ikan yang murah dan bermanfaat besar.

Kedepannya, tutur Haji Armaiani dan sekarang masih dalam tahap pengerjaan. Kelompok tani kami akan membudidayakan asama kapas. Bakrie Pandeka Ketua Kelompok Tani Taratak Hulu, melihat asam Kapas cocok ditanam di daerah ini, dimana asam kapas memiliki banyak manfaat dan apalagi harga asam kapas yang sekarang ini merangkak naik terus dan harganya yang selalu stabil >>>Anton

Bioteknologi Tingkatkan Ketahanan Pangan Sumbar

Bioteknologi, salah satu teknologi tepat guna yang terbukti dapat meningkatkan Ketahanan Pangan Sumbar pada khususnya dan Indonesia pada umunya, hal ini disampaikan oleh Rektor Unand Prof. Musliar Kasim dalam pembukaan Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production di Universitas Andalas Padang, Selasa 17 maret 2008.

Lebih lanjut Prof. Musliar Kasim menjelaskan pada wartawan, perlu dilakukannya upaya serius oleh pemerintah maupun pihak tekait agar teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ilmu bioteknologi juga memberikan kontribusi besar dibidang peternakan serta farmasi.

Sebelumnya senin, 16 maret 2009, Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, dalam audiensi dengan panitia pelaksana mengatakan kedepan perlu dilakukan kerjasama antara Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, Stake Holder dan masyarakat dalam mengembangkan tanaman dan ternak spesifik Sumatera Barat, seperti tanaman Cabai tahan penyakit kuning dan kriting, tanaman Kakao yang tahan penggerek buah Kakao (PBK), tanaman penghasil gaharu yang berkualitas double super , dan tanaman gambir mengandung Katechin serta Tannin yang tinggi. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri, perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti Peneliti Bioteknologi Universitas Andalas Pemda, Balai Penelitian, stake holder dan masyarakat. Dan pada malam harinya panitia pelaksana dan peserta seminar dijamu makan malam oleh wakil wali kota padang Ir. Mahyeldi Ansyarullah.

Seminar International Biodiversity, Biotechnology dan Crop production ini dilaksanakan dalam rangka Lustrum Fakultas Pertanian ke 11 atau Dies Natalis Fakultas Pertanian Universias Andalas yang ke 55 dengan pembicara Prof. Dr. Wolfgang Nellen (Kassel University-Germany), Dr.Bambang Purwantara(Seameo Biotrop), Dr. Tantono Subagyo (Syngenta-HAKI), Prof. Dr. Fasli Djalal, SPGK (Dirjen Dikti), Prof. Dr. Sudarsono(IPB Bogor), dra. Surti Kurniasih, MS(IPB Bogor), Dr.Sc.Agr. Ir. Jamsari, MP ( Ketua PHBI Sumbar/Fak.Pertanian Unand), Prof. Dr. Trimurti Habazar(Fak.Pertanian Unand), dan Prof. Dr. Sumaryati Syukur (FMIPA Unand). »»ANT

Selasa, 24 Maret 2009

Arus Teknologi Pertanian Perlu Dilakukan


Dalam rangka meningkatkan produksi padi Sumatera Barat diatas lima persen, salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu arus teknologi pertanian.

Salah satu arus teknologi pertanian yang dilakukan, dikatakan oleh Ir. Amdan Nur Kepala Balai Diklat Pertanian TPH Propinsi Sumatera Barat saat pembukaan pelatihan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP), senin 23 Februari 2009 di Balai Diklat Penyuluh Pertanian Bandar Buat Kota Padang yaitu melakukan revitalisasi penyuluh pertanian.

Ir. Amdan Nur menjelaskan, revitalisasi penyuluh pertanian diperlukan karena menyangkut beberapa aspek diantaranya aspek kelembagaan, aspek ketenagaan, aspek penyelenggaraan dan aspek pendanaan.

Salah satu bentuk revitalisasi penyuluh pertanian yaitu THLTBPP Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yang hari ini dilakukan. Tutur Amdan Nur.

Perekrutan tenaga penyuluh ini dirasa perlu karena kebutuhan tenaga penyuluh di Propinsi Sumatera Barat sekitar tujuh puluh ribu orang. Namun yang baru terealisasi sekitar dua puluh enam ribu tenaga penyuluh. Artinya masih terdapat kekurangan penyuluh pertanian di Sumatera Barat sekitar empat puluh empat ribu tenaga penyuluh.

Agustiar SP selaku ketua panitia penyelenggara menuturkan, Pelatihan untuk rekrut THLTBPP tahun 2009 untuk wilayah Sumatera Barat pesertanya berjumlah tiga ratus empat puluh tiga orang, yang di rekrut oleh bagian Sumber Daya Manusia dinas Pertanian Pusat. Pelaksanaannya kewenangannya di kelola oleh Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Medan.

Tambah Agustiar SP lagi. Pelaksanaan pelatihannya di lakukan di tiga tempat. Pertama Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten 50 Kota dengan jumlah peserta seratus dua puluh orang yang dimulai pada tanggal 16 sampai 17 februari 2009, disusul UPTD Balai Diklat Bukittinggi dengan jumlah peserta seratus tiga orang yang dimulai pada tanggal 17 hingga 18 februari 2009 dan diakhiri Balai Diklat Pertanian Bandar Buat dengan jumlah peserta seratus dua puluh orang yang dimulai pada tanggal 23 hingga 24 februari 2009.

Untuk pelatihan di Balai Diklat Pertanian Bandar Buat Kota Padang, tutur Agustiar lagi. Nantinya akan ditempatkan di empat Kabupaten yaitu Kabupaten Pesisir Selatan empat puluh orang, Padang Pariaman tiga puluh orang, Pasaman Barat tiga puluh orang, Solok Selatan delapan belas orang dan kepulauan mentawai dua orang. Penempatannya tersebut akan ditentukan oleh Dinas Pertanian kabupaten masing – masing.

Hingga diawal terselenggaranya acara Diklat ini, belum ditemukan kendala yang berarti. Namun kendala yang dirasa, diantara beberapa peserta diklat syarat-syarat administrasi masih belum dilengkapi. Agustiar memberitahukan, agar beberapa peserta diklat yang kurang lengkap administrasinya, supaya melengkapi syarat administrasi di akhir diklat. »»Anton

PRODUKSI PADI SUMBAR DIUPAYAKAN MENINGKAT DIATAS 5%


Tahun ini, Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumatera Barat berupaya tigkatkan produksi padi hingga mencapai diatas lima persen. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Sumbar Ir. Djoni, saat pembukaan pelatihan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP), senin 23 Februari 2009 di Balai Diklat Penyuluh Pertanian Bandar Buat Kota Padang.

Ir. Djoni menjelaskan, sasaran produksi padi Sumatera Barat diharapkan mengalami peningkatan. Pada tahun lalu produksi padi Sumbar mencapai angka 1.965.000ton gabah kering giling, dengan berbagai program peningkatan ketahanan pangan tahun ini diharapkan bisa meningkat diatas lima persen atau setara 2.045.000ton gabah kering giling.

Untuk mencapai angka diatas, maka dilakukan upaya revitalisasi penyuluh pertanian yang digelar melalui THLTBPP. Langkah ini diambil mengingat penyuluh pertanian merupakan salah satu faktor penting pembagunan pertanian. Para penyuluh pertanian yang dibekali pelatihan ini, diharapkan nantinya bisa bekerja secara professional dilapangan dan mampu tingkatkan pendapatan petani.

Selain itu, upaya lain yang ditempuh yaitu memberikan bantuan benih, menambah sekolah lapang Padi Tanam Sabatang, meningkatkan pemanfaatan budidaya pertanian secara organik, meperbaiki jaringan irigasi, menggunakan terpal saat merontokkan padi, pengadaan treser, memperbaiki SDM petani, menekan berjangkitnya hama penyakit serta bekerjasama dengan berbagai lembaga seperti Petani Pakar Organik(PPO), dinas peternakan, perikanan, kehutanan dan PNPM mandiri.

Ir. Djoni menjelaskan, Berdasarkan pengalaman dari lebih kurang dua ribu delapan ratus demplot Padi Tanam Sabatang(PTS) yang tersebar di sumbar. Metoda budidaya PTS rata – rata dapat ditingkatkan produksinya sekitar seperempat dari budidaya secara biasa. Pada budidaya padi biasa, produksi rata – ratanya empat setengah ton per hektar dengan PTS bisa mencapai produksi rata – rata enam koma dua puluh lima ton per hektar, bahkan di beberapa lokasi bisa mencapai delapan hingga sepuluh ton perhektar.

Hal ini didukung dengan pola pertanian organik seperti pemanfaatan jerami, pupuk kandang serta pupuk organik lainnya yang dapat memperbaiki sifat – sifat tanah serta meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini telah dibuktikan baik di lapangan secara langsung maupun di beberapa penelitian. Oleh karena itu, Djoni menghimbau dan mengajak petani, agar jangan membakar jerami dan senantiasa memanfaatkan pupuk kandang.

Terang Djoni lagi, upaya lainnya yaitu menekan kehilangan hasil padi saat panen. Menurut penelitian yang dilakukan dan dari catatan petani, kehilangan hasil padi saat panen mencapai lebih kurang sebelas persen. Untuk mengatasiya, manfaatkan terpal saat melakukan perontokan padi.

Dan yang tak kalah pentingnya yaitu, pemberantasan hama penyakit, seperti pemberantasan hama tikus. Ir. Djoni menegaskan, bagi wilayah yang mengalami serangan hama tikus, dapat diberitahukan kepada dinas pertanian kabupaten/kota setempat dan bisa juga langsung ke dinas pertanian Provinsi. Dengan cara membuat secara tertulis luas wilayah serangan dan luas yang terancam melalui wali nagari dan diketahui KCD setempat dan disampaikan ke BPTPH dispertahort sumbar atau Faks kan ke (0751)55587.

Ir. Djoni, berpesan kepada para peserta peserta THL TBPP. Dalam melakukan penyuluhan kepada petani, posisikan diri sebagai fasilitator. Karna jika berbicara tentang pertanian hortikultura, kita berbicara tentang bisnis yang disana mencakup persoalan efisiensi dan keuntungan. Serta, melakukan pelatihan pertanian secara door to door, karena dari beberapa pengalaman teknik ini efektif.

Selain itu tutur Djoni lagi. Dalam melakukan penyuluhan, gunakanlah konsep tidak ada guru dan tidak ada murid serta menjalin mitra kerjasama yang baik bersama petani.

Untuk keberhasilan tercapainya peningkatan produksi pangan hingga diatas lima persen tersebut, selain dari dinas pertanian. PPL bersama petani atau masyarakat bisa juga memanfaatkan dana PNPM Mandiri yang kegunaanya untuk meningkatkan ekonomi produktif. Informasi hal ini bisa ditanyakan langsung kepada cabang – cabang PNPM wilayah masing – masing.

Ada sekitar tiga milyar rupiah dana PNPM untuk tiap kecamatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian serta lainnya. Belum lagi dana PUAP untuk tiga Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) senilai seratus juta rupiah, merupakan nilai tambah untuk kemajuan pembangunan pertanian di Sumatera Barat, Tutur Djoni.

Untuk meningkatkan produksi padi sekitar delapan puluh ribu ton pada tahun ini, memang suatu tugas yang berat tutur Djoni. Namun dengan cara – cara diatas diharapkan produksi padi sumatera barat dapat meningkat sekitar lima persen.

Apabila, masing- masinh PPL bisa meningkatkan produksi padi sekitar 100 ton di wilayah kerjanya masing masing, itu sudah bagus, tutur Djoni.

Ir. Amdan Nur, Kepala Balai Diklat Pertanian TPH Propinsi Sumatera Barat, Mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Selain itu, dalam rangka mensukseskan peningkatan produksi padi diatas lima persen, Di bulan maret ini PPL jumlahnya akan ditambah. Untuk informasi lebih lanjut akan kita beritahu»»Anton

PENGGUNDULAN HUTAN MEMBUAT WARGA MALALO RESAH


Warga Malalo di Kanagarian Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuah Selatan Kabupaten Tanah Datar diresahkan oleh gundulnya Bukit Kayu Mati yang terletak di Kubang Badak Jorong Pincuran Tujuh Kanagarian Batipuah Baruah Kecamatan Batipuah.

Hal ini disampaikan oleh Kasmir Gindo, Ketua Kelompok Pecinta Hutan dan Air Kabupaten Tanah Datar Pada Tabloid Pertanian Suara AFTA baru-baru ini di rumahnya. “Warga Malalo diresahkan oleh penggundulan hutan yang dilakukan di Bukit Kayu mati oleh beberapa oknum warga Kubang Badak. Berbagi upaya telah dilakukan baik melalui surat pada wali nagari batipuah baruah maupun ke kantor kehutanan Kabupaten Tanah Datar, namun hal ini tak kunjung ada tanggapan yang berarti”.

Jelas Kasmir Gindo lagi, Jika hal ini tak juga ada tanggapan, dikhawatirkan akan terjadi longsor yang dapat menimpa Kanagarian Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuah Selatan.

Tambah Gindo Lagi, Bukit kubang badak memiliki kelerengan yang terjal, dengan sudut kemiringan 900. Apabila lahan dengan kelerengan tersebut, tidak terdapat tanaman tahunan, maka dengan sendirinya daya dukung tanah terhadap air dalam tanah akan menurun. Sehingga dikhawatirkan akan terjadi longsor apabila kondisi ini secara terus menerus berlangsung.

Ungkap Gindo lagi, Penggundulan hutan lindung yang dilakukan oleh beberapa oknum warga kubang badak ini. dimanfaatkan sebagai ladang berpindah. Dengan tanaman yang diusahakan yaitu Padi dan Kopi. Setelah dipeladangi kemudian ditinggalkan begitu saja. Tanpa melakukan penanaman hutan atau reboisasi kembali.
Jelas Gindo lagi, Puncak penggundulan bukit kubang badak besar–besar terjadi pada akhir tahun 2008 ini. Tercatat luas lahan Bukit Kubang Badak yang telah digunduli yaitu sekitar 6-7 hektar.

Gindo berharap, melalui Tabloid Pertanian Suara AFTA ini, diharapkan ada perhatian pemerintah maupun pihak – pihak yang terkait untuk dapat mengatasi masalah ini. Sehingga sebelum musibah longsor terjadi dan korban berjatuhan, sekurang-kurangnya sudah ada usaha agar penyelamatan dilakukan.»»Anton.

WARGA PADANG LAWEH DIKEJUTKAN DENGAN ADANYA BINATANG ANEH


Baru - baru Warga Jorong Padang Laweh, Kanagarian Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuah Selatan, Kabupaten Tanah Datar dehebohkan dengan penemuan binatang aneh.

Seekor binatang dengan ciri – ciri muka seperti anjing dengan mata agak kemerahan serta memiliki bulu lebat dan agak kasar juga memiliki ekor yang agak tebal ditemukan oleh salah seorang warga Jorong Padang Laweh.

Haji Armaini warga Jorong Padang Laweh yang sekarang memelihara binatang aneh tersebut mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Binatang ini ditemukan oleh warga Jorong Padang Laweh di jeratan sawah yang sengaja dibuat oleh warga untuk menangkap babi. Tapi pada hari rabu 28 januari 2009, sekitar sore hari ada binatang aneh yang tertangkap oleh jeratan sawah.

Tambah haji Armaini lagi, Tanpa pikir panjang warga yang sebelumnya berkeinginan membunuh binatang tersebut membawa ke kandang yang terdapat dihalaman rumah saya. Untuk dipelihara dan dirawat.

Diharapkan dengan ditemukan binatang aneh ini, dapat menambah kekayaan koleksi binatang yang terdapat di Indonesia dan juga menambah ilmu serta ensiklopedi perbintangan Indonesia.

Melalui tabloid Pertanian Suara AFTA ini, Haji Armaini menghimbau bagi Ilmuan Binatang agar dapat meneliti binatang ini, sehingga perawatan yang tepat agar binatang aneh ini tetap hidup sehat bisa terwujud.>>>Anton

Panen PTS oleh Presiden SBY. PTS Tingkatkan Produksi Beras Nasional


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku bangga dengan kerja keras petani di Indonesia yang mampu meningkatkan produksi beras nasional mencapai 65 juta ton. Keberhasilan, katanya, tidak terlepas dari penerapan teknologi yang mampu meningkatkan produksi seperti penerapatan Metoda Padi Tanam Sabatang (PTS) di Sumatera Barat.

Presiden mengatakan hal tersebut ketika panen PTS di Jorong Bukit Mindawa , Kanagarian Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sabtu 13 Desember 2008 lalu. Selain panen PTS, kedatangan Presiden meresmikan Proyek Irigasi Batang Hari.

Dalam sambutannya itu, Presiden SBY juga mengatakan ketersediaan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam stabilitas sebuah negara. Jika ketersediaan pangan Maka dari itu SBY menghimbau agar mari bersama – sama kita menjadikan Indonesia memiliki ketahanan pangan yang tinggi.

Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyebutkan Ketahanan pangan merupakan hal yang musti di wujudkan di Indonesia, dimana Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar Teknik budidaya konservasi PTS tambah anton yang merupakan terapan budidaya spesifik lokal unggulan di Sumatera Barat terbukti dapat meningkatkan efisiensi serta dapat meningkatkan produksi padi yang tentunya memberikan kontribusi besar bagi ketahanan pangan nasional.

Oleh karena itu, sambung Anton Apriyantono dalam pidatonya, Presiden berkenan untuk panen padi simbolis Indonesia yang mencapai produksi 65 juta ton gabah kering giling pada th 2008 ini di Propinsi Sumatera Barat dengan daerah penunjukan diKanagarian Tebing Tinggi Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmas Raya.

“Puji dan Syukur pantas disampaikan pada TUHAN YME tutur Anton lagi, karena dalam dua tahun terakhir ini Indonesia mengalami peningkatan produksi beras sekitar 5 %. “Pada tahun 2008 ini saja kita sudah surplus beras sebesar 2.34 juta ton”. Jadi walaupun harga beras internasional mengalami peningkatan, namun harga beras kita tetap stabil sehingga pada tahun ini indonesia tidak melakukan impor beras,” ucapnya.
Keberhasilan tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijkan yang diambil Presiden SBY pada tahun 2007 yakni gerakan peningkatan produksi beras nasional . Kebijakan tersebut antara lain pertama, memberikan bantuan benih unggul bermutu baik hibrida maupun non hibrida serta subsidi benih dan pupuk termasuk pupuk organik; kedua memberi bantuan sarana dan prasarana berupa alat dan mesin pertanian; kemudian melakukan perbaikan pengairan dalam usaha tani. Serta menambah SDM pertanian seperti penyuluh pertanian, kemudian penentuan harga beras, pengendalian organisme penganggu tanaman dan pembiayaan usaha tani. Tutur Anton.

Tambah Anton Lagi, pada tahun 2009 nanti merupakan tantangan yang berat bagi Indonesia untuk mencapai stabilitas konsumsi pangan indonesia, karena diperkirakan kebutuhan konsumsi pangan indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi hal itu, Anton memperkirakan produksi beras nasional Indonesia harus mencapai empat puluh juta ton. Dan tidak tertutup kemungkinan Indonesia bisa mengekspor beras.

Tentu saja hal itu tidak dapat terjadi dengan begitu saja. Anton menjelaskan, untuk meraih stabilitas konsumsi pangan di tahun 2009 maka langkah yang akan ditempuh yaitu meningkatkan produktifitas dengan jalan memperluas areal lahan baru terutama diluar jawa, melakukan pengamanan produksi dalam negeri, serta melatih pemberdayaan manusia, mensinergikan berbagai kelembagaan, serta melakukan optimalisasi sumber daya dan tanah yang tersedia.

Sedangkan untuk Peningkatan produktifitas akan terus di pacu melalui pendekatan sekolah lapang, SLPTT maupun SLI, termasuk pengembangan padi hibrida seluas 500rb Ha, disertai dengan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh PPL, dan pihak terkait lainnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dharmasraya Ir. Afdal Jd Thamsin menyebutkan sebelum metoda budidaya PTS diterapkan Kabupaten Dharmasraya, rata – rata produksi padi hanya tiga ton per hektar. Sekarang setelah pola budidaya PTS di terapkan, rata – rata panen padi tiap hektarnya bisa mencapai tujuh hingga delapan ton per hektar.

Pengembangan PTS di Sumatera Barat Pemimpin Menanam, Rakyat Memanen


Lengkap Sudah. Mungkin itu pekengandaian yang cocok untuk dukungan dan kampanye gerakan penanaman padi metoda Padi Tanam Sabatang (PTS) di Sumatera Barat.

Betapa tidak, mulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Pertanian Anton Aprintono, sampai Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi , telah menyerukan agar Petani Di Propinsi ini untuk merubah sistim budidaya padi dari sistim penanaman padi dengan beberapa batang benih menjadi sistim satu batang padi atau yang populer dengan PTS.

Dukungan itu mereka buktikan dengan langsung menanam padi sistim PTS diareal persawahan pada kesempatan berkunjung di Sumatera Barat. Tertariknya para pemimpin tertinggi Republik tersebut tak pelak merupakan dukungan kongkrit agar petani terus mengembangkan budidaya Padi Tanam Sabatang ini.

Presiden SBY bahkan mengucapkan terima kasih kepada Universitas Andalas atas kepeloporannya mengembangkan budidaya padi model PTS di Sumatera Barat. Presiden SBY mengucapkan rasa terima kasih itu ketika menanam padi dengan sistim Padi Tanam Sabatang saat meresmikan Proyek Irigasi Batang Hari di Nagari Bukit Mindawa di Kabupaten Dharmasraya, Sabtu 13 Desember 2008 lalu.

Dia melihat model Budidaya metoda PTS terbukti mampu meningkatkan produktifitas padi. Selain itu penggunaan benih dan pemakaian air juga lebih sedikit dari sistim pertanaman padi secara konvensional. Ini merupakan keuntungan lain yang didapat petani jika menerapkan metoda ini.

Pengembangan PTS di Propinsi Sumatera Barat pertama kalinya memang dipelopori oleh Universitas Andalas. Adalah Prof. Dr. Musliar Kasim, MS, Rektor Unand sekarang yang yang mulai Metoda PTS pertama kali diujicoba oleh Rektor Unang pada tahun 2006. Saat itu dia mulai mengembangkan sistim budidaya ini, namanya metoda ini belumlam bernama metoda Padi Tanam Sabatang, melainkan System Rice Intensification (SRI). Sistem SRI sendiri pertama kali ditemukan oleh Hendri de Laulani, seorang pendeta yang mencintai pertanian di Pulau Madagaskar.

Hasil ujicoba Dosen Fakultas Pertanian bersama kawan-kawannya ternyata cukup ampuh meningkatkan produktifitas padi di Sumatera Barat. Hasil ujicobanya memperlihatkan produktifitas padi mencapai 8-10 ton perhektar. Sementara rata-rata produktifitas padi dengan cara yang biasa dilakukan petani hanya berkisar 4,5 ton perhektar.

Konsep SRI ini kemudian dipakai Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat. Tidak hanya mengembangkan, Diperta Sumbar juga menyempurnakan model SRI dengan memadukannya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penguatan Agroekosistem sehingga menjadi model budidaya terpadu yang tidak saja mampu meningkatkan produktifitas padi, tapi juga hemat pemakaian bibit, air serta dapat menjaga kelestarian lingkungan. Bersamaan dengan pengembangan itu, Diperta Sumbar juga mempopulerkan dengan Nama Padi Tanam Sabatang (PTS).

Setelah beberapa kali ujicoba dengan berbagai kelompok tani, pada tanggal 13 September pada kelompok Tani Labuah Malintang Ikur Koto , Kota Padang, Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mencanangkan pengembangan sistim Padi Tanam Sabatang di Sumatera Barat. Tidak hanya Gubernur Sumbar., Menko Kesra, Aburizal Bakri yang pada waktu itu melakukan kunjungan kerja di Sumatera Barat juga ikut mencanangkan dan melakukan panen perdana PTS ini.

Setelah itu, Diperta Sumbar mulai mengembangkan Padi Tanam Sabatang dengan gencar di Sumatera barat. Pertama kali yang dilakukan Diperta Sumbar adalah melatih tenaga-tenaga penyuluh yang akan mendampingi petani untuk mengembangkan sistim PTS. Pada tahun 2007, Diperta Sumbar memprogramkan sekolah lapang PTS pada kelompok tani di seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Barat.

Agar Sistim Budidaya Padi secara PTS cepat berkembang, petani-petani yang ikut Sekolah Lapang PTS ini juga didorong untuk menerapkan PTS di persawahannya masing-masing.Dengan banyak pengembangan Sekolah Lapang PTS maka setiap pejabat pemerintahan yang datang ke Sumbar ikut melihat dan mendorong pengembangan PTS. Menariknya, kegiatan-kegiatan sosialisasi oleh pejabat ini tidak lagi melakukan pemanenan, tapi menanam padi tanam Sabatang. Perobahan acara sosialiasi bermakna tidak saatnya lagi pemimpin yang menikmati hasil, tapi petani yang menikmati. Pemimpin menanam petani yang menikmati.

Pemimpin Republik yang pertama mensosialisasikan dengan menanam padi adalah Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla. Dia menanam padi dengan metoda PTS pada acara penanaman di Kelurahan Tanjuang Aua, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada tanggal 6 Mei 2008 yang lalu.

Pada kesempatan itu Wakil Presiden langsung menghimbau petani agar terus mengembangkan budidaya metoda PTS tesebut. Disamping itu dia juga meminta agar petani mulai kembali memakai pupuk alam seperti, kotoran sapi dan jerami. Dengan cara itu, katanya, petani dapat mengatasi kelangkaan pupuk yang terjadi sekarang ini. Langkah Presiden ini menanam padi dengan cara PTS ini juga kemudian diikuti oleh Menteri Pertanian, Dr. Ir. Anton Anpriantono.

Menteri Pertanian melakukan penanaman Padi dengan sistim PTS di Nagari Kasang, Kabupaten Padang Pariaman. Mentan ini juga melihat bahwa PTS sangat cocok dikembangkan .

Sementara pejabat-pejabat lain ditingkat Kabupaten/ Kota yang mensosialisasikan PTS baik yang memanen maupun menanam sudah sangat banyak. Hampir seluruh Bupati dan Walikota di Sumbar pernah melakukan. Semua itu itu mendorong agar sistim Padi Tanam Sabatang di Sumatera Barat.
Dengan dorongan dari pemimpin itu, petani diharapkan tidak ragu-ragu lagi menerapkan metode Padi Tanam Sabatang. Dengan menerapkan PTS, produktifitas akan meningkat. Selain itu biaya usaha tani juga menurun karena metode ini mengurangi pemakaian benih. Ditambah dengan memakai pupuk alam seperti jerami dan kotoran hewan, maka otomatis pendapatan petani akan meningkat. Metode Padi Tanam Sabatang merupakan wujud dari Pempimpin Menanam, Padi Memanen. Pemimpin mengembangakan program pertanian yang berpihak pada petani dan petani yang menikmati. ******

PEMDA DAN PT. SP BERSAMA TINGKATKAN KETAHANAN PANGAN


Upaya peningkatan dan ketahanan pangan yang di laksanakan di Jorong Bukit Mindawa Kanagarian Tebing Tinggi Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Dharmasraya besama PT Semen Padang.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dharmasraya Ir. Afdal Jd Thamsir beberapa saat sebelum kedatangan Presiden SBY di Dharmas Raya Sabtu 13 Desember 2008.

Ir. Afdal, menjelaskan , ada 3 komoditi tanaman yang masuk dalam upaya peningkatan dan ketahanan pangan yang di laksanakan di Jorong Bukit Mindawa Yaitu Padi, jagung dan kedelai. Ketiga komoditi itu tersebut cukup berhasil dikembangkan didaerah iotu

Untuk Kedelai, misalnya, produksi kedelai meningkat hingga mencapai 100%. Sebelumnya, panen kedelai rata – rata biasanya hanya 500 – 800 kg per hektar sekarang dari terapan teknologi oleh Dinas Pertanian bisa mencapai 2,2 ton per Ha. Sedangkan jagung, diperkirakan nantinya bisa mendapatkan hasil panen sekitar 11 ton per hektar.

Untuk mendukung program itu, Ir. Afdal mengungkapkan. pemerintahan Kabupaten Dharmas Raya dalam rangka untuk keberhasilan program tersebut telah mengalokasikan dana sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah kepada Kelompok Tani berupa bantuan bibit Unggul ditambah bantuan dari PT Semen Padang sebesar lima ratus lima puluh juta rupiah dalam bentuk bantuan pupuk serta obat – obatan..

Namun Terlepas dari semua itu, adapun dampak positif yang dirasakan oleh Ir. Afdal yaitu terbentuknya rasa kebersamaan yang tinggi antara gapoktan di kanagarian tebing tinggi kemudian masuknya listrik bagi 200 kk serta terbuatnya perpanjangan jalan sejauh empat puluh empat kilometer ke daerah pemukiman. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan sarana dan percepatan keberhasilan ketahanan pangan di kabupaten Dharmasraya.

Selama program berjalan Ir. Afdal mengungkapkan tidak terdapatnya masalah yang berarti yang terjadi. Masalah yang sekarang masih terjadi yaitu banjir. Hal ini ungkap Ir Afdal karena belum semuanya irigasi terkerjakan. Diharapkan pada tahun 2009, jaringan irigasi (JITUT)dapat ditambah lagi.

Pada waktu dan tempat yang sama, Dafris Januir Kepala Biro Lingkungan (Corporate Sosial responsibility) PT. Semen Padang mengatakan kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA. Kerjasama upaya peningkatan ketahanan pangan dengan Pemda Dharmasaraya dimulai semenjak bulan mei 2008 dan Alhamdulillah saya cukup puas dengan hasil kerja sama ini.

Dafris Januir menambahkan, alasan dipilih menjadi daerah binaan Biro Lingkungan PT. Semen Padang karena letaknya yang strategis, dimana daerahnya berdekatan dengan daerah propinsi lain, kemudian kelompok taninya yang terorganisir dengan baik, serta yang menariknya lagi terdapat 3 komunitas yang tergabung yaitu sunda, minang dan jawa.

Dalam kesempatan yang mulia ini Dafris Januir menghimbau kepada semua BUMN yang terdapat di Indonesia agar menerapkan hal serupa yaitu membina lingkungan yang terdapat di wilayahnya, yang tidak hanya mementingkan keadaan perusahaan saja, tapi juga ikut berkontribusi pada masyarkat.>>>Anton

Prospek Besar Usaha Ikan Lele.


Beternak Ikan Lele ternyata memiliki prospek yang mengiurkan di Sumatera Barat. Prospek ini semakin terbuka utuk wilayah perkotaan seperti Kota Padang. Paling tidak ini yang dirasakan oleh peternak ikan lele di kota ini. Begitu besarnya peluang, usaha ikan lele kini mulai menjalar ke berbagai daerah di Sumatera Barat.

Masril, salah seorang peternak lele di Padang Sarai Kota Padang mengaku bisa meraup untung kotor 10 juta per bulan dari usaha ternak ikan lele. Baik dari pembibitan maupun pembesaran. Usaha yang telah dilakoninya sejak tahun 2000 lalu, terbukti mampu memberi keuntungan yang besar terhadap kehidupannya.
Hal yang sama juga diungkapkan Novalindo, peternak ikan lele lain. Tidak saja kebutuhan hidupnya yang terpenuhi , dia pun mampuu menyekolah adik-adiknya dari beternak lele. “Dengan usaha lele ini saya dapat menguliahkan adik saya sebanyak 4 orang, membayarkan kredit motor empat buah dan membayar kredit mobil kuda satu buah. Alhamdulillah”. tutur Novalindo yang kini baru berusia 23 tahun ini.

Tidak hanya di Kota Padang, usaha ikan lele juga mulai dilirik orang di daerah lain di Sumatera Barat. Salah satu Kabupaten Dharmasraya. Perlahan tapi pasti, beberapa orang di kabupaten ini kini juga sudah mulai membudidayakan ikan ini.
Salah satu dari mereka yang tertarik mengembangkan ikan lele ini adalah M. Isa, seorang kepala sekolah di Nagari Siguntua, Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Bertempat dibelakang rumahnya dia. mencoba membuat beberapa petak kolam ikan lele..

Meski belum sebesar pengembangan ikan lele, di kota Padang, dia melihat prospek pengembangan ikan lele di Kabupaten Dharmasraya masih sangat besar. “Usaha yang saya kembangkan ini juga sangat cocok sebagai usaha sampingan,’ ucapnya M. Isa yang juga mengakui masih taraf belajar dalam membudidayakan ikan lele tersebut.

Peluang Pasar sangat terbuka
Tinggi peluang pasar ikan lele ini memang tidaklah mengherankan. Tinggi minat masyarakat terhadap ikan lele, terutama rumah-rumah makan merupakan salah satu faktor penyebab berkembangnya usaha ternak ikan lele. Abun, salah satu Toke Besar Lele yang terdapat di Kota Padang, mengungkapkan pada Tabloid Pertanian Suara Afta bahwa setiap bulannya dia membutuhkan pasokan lele dari Sumatera Barat sebanyak 30 Ton. Ikan lele ini dipasarkan ke Sumbar, Riau, jambi, Bangko, Sumsel, luar negeri serta lainnya.

Dia melihat, pasokan lele dari kota Padang saja kini sudah tidak mencukupi kebutuhannya. Untuk menutupi kekurangan pasokan lele tersebut, dia terpaksa , mengambilnya di beberapa lokasi tambak Di Sumatera Barat.
Hal senada diakui Masril, peternak ikan lele di kota Padang Dia menyebutkan , produksi lele ditambaknya hanya mencukupi kebutuhan 10 ton tiap bulannya. “Diperlukan pengembangan dan perluasan areal tambak untuk dapat memenuhi permintaan dari Toke Lele, ungkap Masril.

Masalah harga kata, Abun, juga masih sangat menguntungkan buat peternak. Saat sekarang 8 harga pasaran lele pedaging per kilogramnya diambil ke lokasi tambak, sebesar sepuluh ribu rupiah. Dengan harga penjualan di pasaran mulai dari tiga belas ribu rupiah hingga lima belas ribu rupiah sesuai ukuran dan jarak tempuh lokasi pemasaran.

Mulai dilirik Pemerintah Kabupaten.
Keberadaan usaha ika lele yang sangat potensial ini kini juga dilirik oleh pemerintah sebagai salah satu basis ekonomi masyarakat, khusus petani. Daerah yang kini betul-betul serius mengembangkan ikan lele adalah Kabupaten Padang Pariaman.

Perhatian serius , pemerintah Kabupaten ini terhadap pengembangan usaha lele,dibuktikan langsung oleh Bupati Kabupaten Padang Pariaman , Muslim Kasim yang mengunjungi areal pengembangan ikan lele pada Kabupaten itu, di Tanjuang Belibis.

“Kita bertekad menjadikan Kabupaten Padang Pariaman sebagai sentra pengembangan Ikan Lele di Sumatera Barat,” ucap Muslim Kasim kepada Tabloid Pertanian Suara AFTA. “Hal ini merupakan langkah pemerintah Kabupaten Padang Pariaman untuk meningkatkan lapangan usaha, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan ekonomi masyarakat.,” tuturnya lagi.

Ir. Nazran. MM, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman. Menyebutkan Kabupaten Padang Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman memang potensial sekali untuk dikembangkan usaha budidaya lele. Pasalnya Kabupaten itu memiliki banyak lahan rawa yang cocok untuk membudidayakan ikan lele.

Untuk mewujudkan Padang Pariaman sebagai sentra lele, dia telah menyusun rencana pengembangan. “Langkah yang kami buat kedepannya yaitu, terus mensosialisasikan budidya lele, memberikan subsidi benih, dan penguatan modal untuk petani lele. Mengingat daerah pemasaran lele yang terus meluas dan kebutuhan pasokan lele pedaging yang terus meningkat.,” ucapnya.

Bandi Amd. Kepala KCD Perikanan dan Kelautan Kecamatan batang Anai, Membenarkan potensi lele ini, masih banyak terdapat luas lahan rawa yang terdapat di Kecamatan Batang Anai untuk dimanfaatkan usaha lele.

Tantangan dan Hambatan Masril sekarang ini.
Meski memiliki potensi yang besar, namun pengembangan ikan lele bukan tidak ada hambata. Hambatan itu seperti yang diungkapkan Masril, pengusaha lele adalah, pasokan pakan cacing yang masih sedikit.

Salah satu kendala yang saya hadapi adalah kurangnya dalam pasokan pakan cacing untuk pembibitan lele yang bernama tobefact. Tobefact yang biasanya didapat dari hasil limbah karet, sekarang sudah sedikit ditemui. Hal ini dikarenakan pasokan pakan cacing yang didapatkan dari limbah pabrik karet yang terdapat di bay pass Kota Padang berhenti produksi. Menurut penuturan pencari cacing di limbah pabrik karet yang terdapat di bay pass kota padang, pabrik berhenti beroperasi akibat pasokan karet berkurang akibat krisis global yang terjadi.

Rencana Pengembangan Lele Kedepan
Masril Ketua Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya, kedepannya mengusahakan agar bukan saja memproduksi bibit lele dan Lele pedaging saja, tapi dapat memproduksinya ke berbagai bentuk macam pengolahan lele seperti kerupuk lele, Lele asap dll. Tapi hal ini tidak dapat dikerjakannya sendiri.

Masril Menghimbau melalui Tabloid Pertanian Suara AFTA, bagi ada Investor maupun pihak yang ingin mengembangkan budidaya lele atau produk olahannya ataupun pengolahan pakan cacing serta lain sebagainya. Ia akan siap untuk bekerjasama.****

Masril Peternak Ikan Lele


Raup Untung 10 Juta Rupiah Setiap Bulan.
Masril 42 tahun, pengusaha lele Dusun Tanjuang, Kecamatan Batang anai Kabupaten Padang Pariaman. Dengan keyakinan dan usaha sungguh – sungguh nya menjalan kan usaha budidaya lele, ia sekarang bisa meraup keuntungan lebih dari 10 juta rupiah tiap bulannya dan dapat membuka lapangan usaha baru bagi puluhan warga Kecamatan Batang Anai maupun warga Kabupaten lain yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat.

Dengan prinsip kekeluargaan dan pola syariah yang dijalankan masril, ia dapat membantu lebih dari 30 orang, untuk menjadi pengusaha lele yang tersebar baik di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Pesisir Selatan, Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele.

Merupakan fenomena yang menarik saat ini, dimana banyak pengusaha besar yang gulung tikar akibat krisis global, Masril malah mengembangkan sayapnya dan membantu banyak orang untuk membuka lapangan usaha baru untuk budidaya ikan lele.

Masril, yang hanya tamatan SD ini. Mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA saat ditemui di tambak lelenya yang terletak di Dusun Tanjuang, Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Jum’at 28 November 2008, “Setiap bulan pendapatan bersih yang bisa saya dapatkan lebih dari Rp 10 juta rupiah”.
Berawal Sebagai Pembongkar Ikan Lele.

Masril , bapak dari 4 orang anak ini bercerita, awalnya ia seorang pemasok Batako untuk pembuatan Perumnas di kota padang maupun luar kota padang, namun semenjak dilanda krisis moneter pada tahun 1997 hingga pada tahun 1998 perusahaan Batakonya bangkrut.

Berkat bantuan sang kakak Alitar yang saat itu berusaha membudidayakan ikan lele, Masril diterima bekerja sebagai pembongkar ikan lele hingga pada akhir tahun 1998.
Berawal dari hal itulah ia mulai mempelajari teknik budidaya ikan lele sehingga ia bisa membuka tambak lele secara mandiri di Perumahan Muaro Putih Kecamatan Muaro Kasang Kota Padang pada awal tahun 1999. Dimodali oleh Eni, teman lama Masril, sebesar Rp 20 juta rupiah dalam bentuk pinjaman lunak, dia mulai beternak lele. Alhasil dengan modal sebanyak itu, Masril bisa membuat tambak ikan lele sebanyak 6 buah kolam pembesaran dan pembibitan. Alhamdulillah lagi, dalam hitungan bulan saja, Masril mampu mengembalikan uang pinjaman yang telah diberikan Eni.
Namun diakuinya, beternak ikan lele tak semulus yang dibayangkannya. Banyak hambatan dan kendala yang dilaluinya. Salah satunya bencana Banjir yang meluluhlantakan usahanya. Tepanya pada akhir tahun 1999 terjadi bencana banjir di lokasi tambak masril, sehingga banyak ikan yang hanyut bersama air banjir tersebut.

Tetapi, suami dari Leni ini tak patah semangat dan kemudian berhenti. Satu-satunya keuntungan yang dia dapat ketika sebelumnya usaha lelenya, adalah pengalaman dalam bertenak ikan lele. Bermodalan pengalaman serta keyakinan, dia kembali mengembangkan usaha budidaya ikan lele. Dengan keterbatasan modal serta sumber daya yang ada, pada tahun 2000 dia kembali mencoba untuk membuka tambak ikan lele di Padang Sarai Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Untuk itu dia berhutang ke teman, karib kerabat dan sanak family. Kali ini membuat 11 kolam yang terdiri dari kolam pembesaran dan kolam pembibitan. Lagi- lagi Masril merugi, karena di akhir tahun 2000 terjadi bencana banjir di lokasi tambak sehingga banyak ikan yang hanyut. Total kerugian yang diderita masril saat itu mencapai lebih dari 30 juta rupiah. “Saya sempat stress ketika itu,” ucapnya.

Usaha Ikan Lele Masril Mulai Jaya
Meski sempat stress dan menjadi pengangguran sekitar 2 bulan lamanya. Namun akibat tuntutan kehidupan, kebutuhan keluarga dan nasehat seorang bapak-bapak. Masril bangkit lagi di awal tahun 2001, ia memulai usaha lelenya lagi di lokasi yang baru di Korong Sungai Pinang Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.

Disaat itu, Masril menuturkan. Ia merobah mekanisme kerjanya. Ia mencari seorang guru lele yang bernama Kemon. Kemon sang guru, di bayar oleh Masril dengan kesepakatan pembayaran uang sekolah (istilah Masril). Dibayar jika usaha lelenya tersebut telah berhasil sejumlah satu setengah juta rupiah. Dan ternyata, usaha yang ditempuh masril tidak sia-sia. Dalam hitungan 2 bulan, sambil berjalan, ia mampu membuat kolam pembesaran sebanyak 8 buah dan kolam pembenihan sebanyak 14 buah.

Tambah masril lagi, Berkat pengajaran yang diberikan Pak Kemon. Untuk tambak pembibitan lele, ia bisa menghasilkan uang (pendapatan kotor) lebih kurang sebesar dua puluh juta rupiah dengan pendapatan bersih lebih kurang delapan juta rupiah dalam satu bulan. Sedangkan untuk kolam pembesaran pendapatan kotornya bisa mencapai lebih kurang sebesar dua ton setara dengan uang dua puluh juta rupiah dengan pendapatan bersih delapan juta rupiah dalam satu bulannya.

Masril, Tidak mau mengulangi kesalahan yang pernah dialaminya pada tahun-tahun sebelumnya, Bersama guru Kemon, ia membuat tambak yang tidak bisa terkena banjir, meningkatkan produksi pembibitan ikan lele dan produksi lele pedaging.

Disaat itu , Masril bersama anggotanya berhasil mengembangkan usaha lele dan bisa memasok lele untuk wilyah padang maupun di luar kota padang. Sekarang nama perusahaan budidaya lelenya bernama Berkat Yakin.

Tidak hanya puas disitu saja, Masril terus mengembangkan usaha nya. Hingga pada tahun 2005 Ia memperluas tambak sebanyak 19 buah kolam pembesaran di Dusun Tanjuang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Disini saja tutur Masril lagi, modal yang dihabiskan untuk pembuatan kolam sebesar tiga puluh jutaan, belum termasuk pakan dan bibit. Sekarang, pendapatan kotor dalam satu bulannya mencapai lebih kurang sepuluh juta rupiah dan pendapatan bersih berkisar lebih kurang lima juta rupiah.,”tTutur masril

Masril Mengungkapkan, Nilai omzet usahanya sekarang ini berkisar lebih dari seratus juta rupiah. Omset peternakan terdiri dalam ikan, anak ikan dan bibit yang sudah besar. “Kunci dari semua ini , adalah keseriusan dan ketekuanan dalam berusaha. Satu lagi, tidak mudah menyerah hanya kita gagal pada tahap awal,” ucapnya.

Kelompok Ikan Lele Terbentuk
Secara berjalan, Masril mampu membuat Kelompok Ikan Lele dengan nama Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya yang mulai berdiri tahun 2005 beranggotakan sebanyak dua puluh orang.

Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya yang beranggotakan 20 orang ini, Tambah Masril Lagi pada tahun 2008 pernah mendapatkan penghargaan oleh Bupati Padang Pariaman sebagai Juara satu, Tingkat Kabupaten Padang Pariaman Khusus Di bidang Budidaya Ikan Lele.

Tidak hanya disitu saja, Masril juga membina dan membantu bagi ada orang yang tertarik dalam usaha lele baik di kabupaten padang pariaman maupun di luar kabupaten padang pariaman. Masril menuturkan, ini tidak hanya sekedar cerita saja, lebih dari 30 orang yang telah dibinanya untuk mengembangkan usaha budidaya lele di daerah masing –masing dengan sistem kerjasama Syariah. Salah satunya, pemuda yang tergabung Kelompok Ikan Lele Muaro Kasang Jaya Novalindo 23 tahun, yang sekarang ini pendapatan bersihnya mencapai lebih kurang sepuluh juta rupiah setiap bulannya.
Novalindo, mengatakan pada Tabloid Pertanian Suara AFTA. “Dengan usaha lele ini saya dapat menguliahkan adik saya sebanyak 4 orang, membayarkan kredit motor empat buah dan membayar kredit mobil kuda satu buah. Alhamdulillah”. Tutur Novalindo 23 tahun pengusaha muda lele.

Masril mengungkapkan, dalam mengembangkan usahanya. Ia menjalankan kiat – kiat berikut; Jujur dalam menjalankan usaha, Tekun, Bekerjasama baik dengan semua pihak, Terus belajar hal baru, Ikhlas dalam berusaha, Tanpa pamrih dan Jangan lupa berzakat. Alhamdulillah, dengan kiat ini usaha lele Masril dapat maju hingga sekarang ini,” tutur Masril lagi>>>Anton

Obrolan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x