Kamis, 05 Maret 2009

MANINJAU ANUGERAH YANG MEMBAWA MALAPETAKA


Danau Maninjau suatu anugerah tak ternilai yang tercipta di Sumatera Barat. Dikitari oleh bukit-bukit serta udara sejuk. Danau Maninjau memberikan pandangan yang eksotik jika dilihat dari Puncak Lawang.

Namun bila dilihat lebih dekat, keindahan tadi memudar. Terlihat air danau yang menghitam, punahnya beberapa satwa danau, Sampah yang berserakan, serta rusaknya lingkungan. Hal ini suatu malapetaka bagi Flora, Fauna dan Masyarakat yang memanfaatkan air Danau sebagai sumber kehidupan.

Belum lagi terpecahkan persoalan punahnya sejumlah satwa lokal danau seperti ikan cideh – cideh/ Ikan Balang Harimau, Ikan Supareh Batu dan tumbuhan lumut Jari Amon. Awal tahun 2009 ini, Masyarakat Sumatera Barat dan luar Sumbar dihebohkan dengan matinya ratusan juta ikan budidaya keramba di sekitar perairan Danau Maninjau. Hal ini membuat pasokan Ikan Nila dan Majalaya di pasaran berkurang secara dramatis.

Diperlukannya usaha keras bagi pemerintah , masyarakat dan peneliti untuk mengembalikan kondisi danau maninjau seperti sebelum tahun 1985 dan usaha ini mungkin saja tidak dapat dilakukan.

Untuk itu, diperlukannya solusi yang cerdas bagaimana Danau Maninjau bisa dijaga serta terawat yang tentunya tidak merugikan pihak-pihak yang memanfaatkan air danau maninjau sebagai sumber kehidupan.

Gindo 42 tahun, Ketua Kelompok Tani KJA (Keramba Jaring Apung) Bayua Saiyo di Nagari bayua Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Menyebutkan, Musibah kematian Ikan keramba yang baru – baru ini terjadi di Maninjau diakuinya akibat ulah manusia dan sebagai pemicunya peran alam.

Gindo menjelaskan, Sebagian besar petani ikan keramba terapung yang terdapat di danau maninjau menggunakan pelet ikan. Sisa dari pelet ikan yang sering disebut dengan residu pakan ikan, telah terakumulasi di dasar danau maninjau.

Kemudian, jelas Gindo. Akibat adanya badai yang berasal dari angin gunung, menimbulkan arus besar di permukaan dan di bawah permukaan air danau dan ditambah tidak bagusnya sirkulasi air danau, Hal ini di perparah dengan jumlah populasi ikan rata –rata pada tiap keramba di danau maninjau hanya berukuran 5x5 meter berjumlah melebihi kapasitas yang dianjurkan yaitu 5000 tiap satuan keramba, membuat air bersama residu pakan ikan tercampur dan mengurangi pasokan oksigen O2 di dalam air. Akibatnya kebutuhan oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh ikan berkurang dan tentu saja bagi ikan yang tidak sempat mencari lokasi yang masih banyak oksigen O2 mati dengan tragis.

Hal senada juga disampaikan oleh Haji Alfi, Pimpinan PT. Mayang Taurai, salah satu perusahaan keramba ikan terapung terbesar di maninjau yang sekaligus mengalami kerugian besar pasca tragedi kematian ikan menyebutkan. Peristiwa kematian ikan di maninjau ini bukan saja disebabkan faktor akumulasi residu pakan ikan, sirkulasi air danau yang tidak bagus dan kelebihan kapasitas populasi ikan. Juga disebabkan faktor limbah rumah tangga , hotel/ motel, erosi dari bukit – bukit yang mengandung logam – logam berat yang tercampur bersama dengan air danau. Sehingga pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh ikan berkurang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Akmal Sutan Pamenan 54 tahun, Wali Jorong Sungai Tampang Kanagarian Tanjung Sani Kecamatan Tanjuang Raya, faktor – faktor pemicu penyebab tragedi kematian ikan di danau maninjau seperti yang telah diungkapkan oleh bapak gindo dan bapak alfi, memang benar. Tragedi kematian ikan keramba di danau maninjau ini bukan disebabkan faktor gas belerang.

Akmal menjelaskan, Pada hari rabu 19 nopember 1997 danau maninjau pernah mengeluarkan gas belerang. Hal ini membuat sebagian besar ikan danau maninjau mati baik ikan keramba maupun ikan asli danau. Masyarakat Maninjau menyebut gas belerang dengan nama tubo belerang. Siklus alam ini biasanya terjadi satu kali dalam sepuluh tahun. Dan jika peristiwa ini terjadi, pasti akan menyisakan bau belerang di udara sekitar kawasan danau. Tapi pada tragedi kematian ikan danau pada awal januari tahun ini tidak menimbulkan bau belerang sedikitpun.

Tambah akmal lagi, Adapun peristiwa alam sebelum terjadinya tragedi kematian ikan danau maninjau januari 2009. Dimulai dengan adanya angin badai pada akhir bulan desember 2008, pada saat tersebut banyak keramba yang rusak akibat terjangan badai dan terjadi perubahan warna air danau yang agak kehitaman serta keruh. Pada tanggal 3 januari 2009 ikan – ikan sekitar danau mulai mati dan puncaknya tanggal 7 januari 2009.

Peristiwa diatas memang diakui oleh Hamdi Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Prasarana BAPEDA Kabupaten AGAM. “Air di Danau Maninjau sudah tercemar oleh limbah pakan pelet ikan atau residu pelet ikan. Kesimpulan ini saya dapatkan dari pengamatan di lapangan dan hasil data penelitian yang disampaikan oleh LIPI yang baru – baru ini melakukan penelitian dan uji labor terhadap kualitas air danau maninjau.

Gindo, selain sebagai petani keramba juga berprofesi sebagai Sekretaris Paguyuban Bravo Sentra Bujang 9 frekuensi 365 mhz roger. Menambahkan, Kematian ikan di daerah bayur terjadi dari tanggal 3-5januari 2009 yang dimulai dari daerah muko – muko hingga pandan.

Selain lokasi yang telah disebutkan diatas, berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa masyarakat di sekitar kawasan Maninjau . Wilayah yang mengalami dampak parah adalah sigiran, sungai tampang, batu anjiang, batu nanggai, galapuang, pandan, tanjuang sani, dan sungai batang. Sedangkan untuk nagari maninjau wilayah yang terkena dampak parah yaitu kukuban, bancah, kubu baru, paninggahan, pasa maninjau dan gasang

Haji Alfi, Pengusaha budidaya ikan majalaya dan nila yang berlokasi di kecamatan tanjung raya. Mengungkapkan, “Pada Musibah kematian ikan yang melanda danau maninjau baru- baru ini, telah merugikan saya hingga mencapai dua puluh miliyar rupiah, namun hal ini tidak membuat saya patah semangat untuk membudidayakan ikan lagi, karena semua kenikmatan dan musibah yang ada tersebut merupakan cobaan yang diberikan ALLAH SWT.” Yang penting, memikirkan bagaimana hal ini tidak terulang kembali di kemudian hari. Sehingga kedepan, anak cucu dan kemanakan bisa merasakan anugrah danau maninjau yang merupakan titipan dari ALLAH SWT .

Tragisnya, Saat ditanyakan pada Gindo, Haji Alfi, Akmal dan beberapa masyarakat maninjau dilokasi dan waktu yang berbeda. Sepakat menyebutkan tidak pernah mendapatkan pengarahan, pembinaan dalam mengusahakan budidaya keramba ikan oleh PPL Perikanan, bahkan LIPI yang berada dikawasan maninjau seakan – akan keberadaannya tidak terasa olah masyarakat mainjau.

Seharusnya dengan pengarahan dari PPL, peristiwa kematian ikan dapat di tekan berdasarkan teknologi – teknologi tepat guna yang telah di cobakan. Bahkan LIPI yang semustinya memberi peringatan warning atau waspada kepada masyarakat terhadap status air danau yang telah tercemar berat. Tidak tampak upaya konkrit dalam upaya mengatasi masalah kerusakan lingkungan ini. Dan pemerintah Pemkab AGAM semustinya memberikan upaya cepat tanggap mengambil keputusan mengatasi persoalan yang terjadi ini nyaris tidak terlihat, dimana tugas dari pemerintah adalah sebagai pelayan masyarakat dan pengayom masyarakat.

Untuk itu, diperlukannya upaya – upaya nyata yang diharapkan nantinya bisa menjaga kelestarian dari ekosistim danau maninjau ini. Sehingga kawasan danau maninjau yang digunakan sebagai daerah Wisata, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, BUMN/PLTA, Pemerintah dan Alam dapat bersinergi yang tentunya memberikan kontribusi yang besar baik oleh manusia maupun seisi alam.

Ikan keramba yang dikelola oleh Gindo Ketua Kelompok Tani Keramba Bayua Saiyo, tidak banyak mengalami kematian pada musibah yang terjadi beberapa waktu lalu. Malahan pada saat kejadian banyak ikan yang bisa diselamatkan. “ Kelompok kami yang memiliki 50 buah keramba menjaga dengan baik jumlah populasi ikan pada tiap keramba yaitu sebanyak 5000 ekor per keramba dan jarak antar keramba diatur dengan baik. Sehingga banyak ikan yang dapat diselamatkan dan pasokan oksigen dalam air terjaga”.

Ungkap Gindo lagi, Kedepannya upaya yang musti di tempuh oleh masyarakat maupun pemerintah sehingga kejadian kematian ikan dapat ditangani serta lingkungan dapat di jaga yaitu mengganti pelet ikan kimia menjadi pelet ikan organik. Hal ini merupakan salah satu faktor kunci, mengingat yang menjadi faktor kematian ikan di danau maninjau serta punahnya beberapa satwa lokal spesifik maninjau semenjak tahun sembilan puluhan adalah terakumulasinya residu pelet ikan kimia.

Selain itu tambah Gindo lagi, Dibuatnya semacam wadah kelembagaan baik itu berupa Koperasi maupun LSM atau Gabungan Kelompok Petani Ikan Keramba yang bersifat konstruktif.

Lanjut Gindo lagi, Kelembagaan ini mempunyai tugas penting untuk mengatur dan menjaga Kelestarian Danau. Serta berperan aktif membersihkan pantai, berprogram untuk meningkatkan ekonomi petani keramba, membuat pelet ikan organik, selalu waspada dan aktif memberikan informasi pada masyarakat mengenai keadaan air danau, mengatur tata ruang keramba serta menjaga sirkulasi air danau.

Jika upaya ini ditempuh, Gindo bapak dari 4 orang anak ini. Yakin, keadaan lingkungan danau maninjau bisa terjaga, bahkan kepariwisataan dapat ditingkatkan.

Hal senada juga disampaikan oleh Akmal 54 tahun, tokoh sekaligus pemerhati danau maninjau di tempat berbeda. Selain seperti yang disampaikan oleh bapak Gindo, Weer sebagai pintu utama dari keluaran air danau maninjau yang di kelola oleh PLTA di pasang balok-balok, seperti sebelum tahun 2007 dulu. Apabila air naik, balok di pasang dan bila air turun balok di buka. Yang jelas dengan upaya ini aliran permukan dan bawah danau lancar serta tidak terhambat.

Apabila Hal ini dilakukan, saya yakin. Masyarakat danau maninjau sangat berterimakasih sekali pada pemerintah PEMKAB AGAM sebagai pengambil kebijakan dan ini merupakan langkah kongkrit untuk penyelamatan ekologi danau.

Ditempat dan waktu yang berbeda. Rahman, SIP Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi Pemerintah Daerah Kabupaten Agam menyebutkan. BUPATI AGAM dan Jajarannya akan mengambil langkah dalam rangka penanggulangan bencana kematian ikan yang menimpa danau maninjau beberapa pekan silam. Namun hal ini perlu pengkajian yang lebih lanjut dan musyawarah secara seksama dengan berbagai pihak, Sehingga kebijakan yang akan diambil nantinya benar – benar tepat sasaran dan sesuai dengan yang diinginkan bersama.

Tambah rahman lagi. Untuk itu, berdasarkan rapat yang telah dilakukan BUPATI Agam bersama jajaran beberapa waktu lalu. Kita akan melakukan survei sekaligus sosialisasi rencana pengelolaan dan penetapan kawasan danau maninjau pasca bencana musibah kematian ikan keramba jaring apung di danau maninaju dari tanggal 30 januari hingga 4 februari 2009. Inshaallah, kesimpulan dari Survei dan sosialisasi ini akan kita umumkan dan pelaksanaan kebijakan diperkirakan akhir februari 2009.

Adanya isu yang beredar di tengah – tengah masayarakat bahwa PEMKAB AGAM tidak mendukung berkembangnya keramba ikan di danau maninjau serta isu tindakan untuk menertibkan dan melarang masyarakat untuk berkeramba ikan. Ditegaskan oleh Rahman, “ISU ITU TIDAK BENAR”. PEMKAB Agam bahkan mendukung berkembangnya usaha kerakyatan seperti keramba jaring apung danau maninjau. Bahkan PEMKAB Agam juga telah memberikan berbagai subsidi baik berupa bantuan bibit ikan maupun yang lainnya dalam rangka untuk menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan terutama keramba jaring apung. Serta PEMKAB AGAM tidak pernah mendapatkan intervensi oleh suatu perusahaan manapun untuk menghilangkan ekonomi kerakyatan berbasis Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung.

Berdasarkan berkas surat yang di dapatkan dari BAPEDA AGAM. Kesimpulan sementara yang dirumuskan saat ini dan diketahui oleh BUPATI AGAM dan Ketua DPRD Kabupaten AGAM yang dilampirkan tanda tangan semua peserta adalah sebagai berikut. Pertama, Penetapan zonasi dan pengaturan perizinan budidaya KJA dengan peraturan BUPATI AGAM. Kedua, Perbaikan sistim perikanan keramba dengan pendekatan teknologi yang meliputi pemeliharaan, pembibitan dan pengelolaan ramah lingkungan. Ketiga, Penetapan batas kuota keramba jala apung sesuai daya dukung danau. Keempat, Peningkatan sistim informasi perubahan perairan danau. Kelima, Peningkatan alternatif usaha ekonomi masayarakt selain di bidang perikanan. Keenam, Pengaturan sirkulasi air. Ketujuh, Indentifikasi petani KJA korban bencana. Kedelapan, Program mitigasi penanggulangan bencana danau maninjau.

Nama : Anton Wardani

Tidak ada komentar:

Obrolan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x